Kembang Desa IP Semarang: Ubah Perilaku Pemburu Jadi Pelopor Ekowisata

- Dusun Gunungsari Desa Ngesrepbalong menjadi saksi pertaubatan para pemburu satwa langka
- Local hero Polo dan Pokdarwis Gunungsari mengubah perilaku warga, menjual paket wisata pengamatan burung
- PLN IP Semarang dan Pokdarwis Gunungsari bekerja sama atasi masalah sampah, dukung program Kembang Desa untuk ekowisata
Semarang, IDN Times - Berada di titik ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut (Mdpl), wilayah Dusun Gunungsari Desa Ngesrepbalong di Kecamatan Limbangan menjadi saksi bisu kisah pertaubatan para pemburu satwa langka.
Dahulu kala banyak anak anak muda yang gemar merangsek ke dalam hutan. Sambil membawa perlengkapan senapan, mereka mengendap-endap untuk menembak sejumlah satwa.
Aktivitas perburuan seperti itu juga dijalani Supolo, seorang warga Dusun Gunungsari sebelum akhirnya bertaubat.
Dapat ilham untuk tergerak melestarikan burung-burung langka

Kisaran tahun 2019 perjalanan hidupnya berubah drastis. Polo seolah diingatkan kembali dengan situasi masa kecilnya yang sepi tanpa kehadiran orang tua.
Maka ia seolah dapat ilham dari Tuhan Yang Maha Esa untuk mengubah pandangannya dengan senantiasa melestarikan burung-burung langka agar tetap nyaring bunyinya. Sebagai warisan alami bagi anak cucu.
"Jadinya, saya mutusin berhenti berburu. Semenjak tahun 2019 sampai sekarang saya mulai berusaha mengubah pandangan bahwa melestarikan alam, menjaga ekosistem hutan di Gunung Ungaran lebih penting ketimbang terus-menerus berburu hewan. Ibaratnya kalau dulu apa saja saya tembak buat kesenangan saya, terus sekarang pola pikir saya ubah jadi lebih baik," kata Polo ketika berbincang dengan IDN Times belum lama ini.
Tak gampang memang mengubah kebiasaan dalam sekejap mata. Namun tekad kuat membuat pria setengah baya ini mampu membuktikan bahwa setiap perubahan perilaku selalu ada hikmahnya.
Kisah pertaubatan Polo belakangan ini memang lumrah terjadi di Dusun Gunungsari. Sudah banyak anak muda Dusun Gunungsari yang insyaf. Keberadaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gunungsari pun lambat laun berperan penting dalam mengubah perilaku warga terutama anak muda setempat.
Para pemburu insyaf jadi penggerak Pokdarwis Gunungsari

Ketua Pokdarwis Gunungsari, Wahyudi mengakui butuh waktu untuk mengubah pemahaman warga mengenai dampak bahaya dari aksi perburuan liar.
"Kita sadarkan anak muda yang suka berburu dengan edukasi yang pelan-pelan. Selalu kita kasih tahu kalau dulu suka berburu semata biar dapat penghasilan, maka sekarang kita beritahu ke mereka masih bisa berburu tapi dengan (menjual) gambar. Sama-sama penghasilan. Tetapi (ketimbang menembak burung) ya mending menguntungkan yang ini (memotret burung)," kata Wahyudi kepada IDN Times.
Tak kurang semenjak Pokdarwis Gunungsari terbentuk tahun 2016 silam, sampai sekarang jumlah anggotanya ada 30 orang. Mereka rutin menyadarkan masyarakat untuk menggalo banyak potensi wisata yang bisa dikunjungi para turis.
Sebab Pokdarwis Gunungsari memperkirakan banyak obyek yang awalnya dikira tidak punya potensi, nyatanya kini bisa dijual sebagai agenda pariwisata tahunan. "Artinya wilayah Dusun Gunungsari memang punya kearifan lokal yang bisa menarik event pariwisata lokal maupun mancanegara," akunya.
Jual paket wisata pengamatan burung

Satu titik obyek wisata yang belakangan jadi jujugan wisawatan adalah Curug Lawe Secepit yang letaknya kurang lebih sekilo dari warung Kopi Pucu'e Kendal.
Berkat keunikan Curug Lawe Secepit, Wahyudi bersama Polo dan para anggota Pokdarwis Gunungsari pun mampu menjual paket wisatanya.
Paket wisata yang dimaksud berupa titik pengamatan burung atau bahasa kerennya bird watching. Wisata pengamatan burung ini jadi obyek wisata favorit bagi anak-anak Gen Z dan Millennial.
"Dengan paket wisata yang dibuat teman-teman, setiap ada kunjungan wisata, ada burung atau tidak, kita tetap dapat cuan. Kita secara lisan rutin nginfo ke wisawatan kalau ada flyer daftar paket yang bisa dipilih. Anggota Pokdarwis semuanya kayak jadi marketingnya," ungkapnya.
Saban kali melakukan pengamatan burung, Pokdarwis Gunungsari mengajak wisawatan datang subuh subuh ke satu titik hutan yang sudah ditentukan. Tepat jam 06.00 pagi, mereka bisa memperlihatkan ke wisawatan rangkong julang emas maupun elang brontok yang berhasil diamati menggunakan teropong binokular maupun hasil jepretan kamera DSLR.
"Biasanya kami sering menginformasikan ke teman-teman turis kalau tepat jam enam harus sampai ke titik pengamatan untuk mencari aktivitas julang emas yang memberi makan anaknya. Dari titik itu kita bisa amati perilaku julang emas pakai binokular, DSLR atau alat teropong lainnya. Terus bisa juga mengamati aktivitas elang Jawa, elang brontok sampai lutung," urainya.
Pemburu yang bertaubat jadi local hero

Polo pun berkata dengan menjual paket wisata pengamatan burung, dirinya sekaligus berperan menjaga kelestarian burung-burung langka di hutan konservasi Gunung Ungaran.
Di Dusun Gunungsari, Supolo dan warga lainnya yang bertaubat dari perburuan liar merupakan bagian dari local hero. Mereka bisa menginspirasi warga kampungnya untuk menggiatkan pelestarian satwa dan ekosistem hutan.
Sebagai contoh dari awalnya rangkong julang emas hanya tersisa tiga ekor, beberapa tahun jumlah burung berparuh bengkok ini mampu berkembangbiak menjadi 10 ekor.
PLN IP Semarang ikut berperan jaga kelestarian hulu sungai di Gunung Ungaran
Keberhasilan meningkatkan pengembangbiakan julang emas tak lepas dari sinergi Pokdarwis Gunungsari dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Serta juga mendapat dukungan dari sejumlah instansi seperti PLN Indonesia Power UBP Semarang.
PLN IP Semarang jadi instansi pertama yang menginisiasi pengoperasian pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan mengolah sumber air sungai menjadi energi berkekuatan 4.000 Watt yang mampu mengaliri listrik bagi beberapa RT di Gunungsari termasuk warung Kopi Pucu'e Kendal.
Selain itu, Flavesius Erwin Putranto, Senior Manajer PLN IP Semarang mengatakan dengan dukungan dari Indonesia Power Semarang, paling tidak bisa berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan di wilayah hulu.
"Karena kita tahu bersama kondisi di hulu sangat mempengaruhi wilayah Kota Semarang. Misal di Gunung Ungaran kondisinya tidak lestari banyak penggundulan hutan, tentu menyebabkan banjir di Semarang," katanya.
"Selain berdampak ke masyarakat, (banjir) juga mempengaruhi proses produksi di Tambaklorok. Maka kita bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Kendal dan Pemkab. Kemudian melakukan pelestarian bersama Forum DAS," sambungnya.
Program Kembang Desa untuk giatkan reboisasi dan gulirkan ekowisata

Dengan posisi Curug Lawe Secepit sebagai tempat wisata favorit, ditambah keunikan citarasa robusta yang diracik di warung Kopi Pucu'e Kendal, membuat kawasan Dusun Gunungsari menjadi semakin ramai dikunjungi.
Terlebih lagi, tahun ini PLN IP Semarang menggaungkan program Kembangkan Pariwisata Ngesrepbalong, Dukung Ekonomi dan Pelestarian Alam (Kembang Desa) di Dusun Gunungsari Ngesrepbalong. Kembang Desa adalah salah satu program unggulan untuk menelurkan ekowisata sebagai sumber ekonomi baru bagi warga lokal.
"Di sini, kami melakukan reboisasi dengan menanam pohon endemik dan menjaga keanekaragaman hayati. Kami berharap ekowisata ini dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi alam," tambah Erwin.
PLN IP Semarang dan Pokdarwis Gunungsari atasi masalah sampah

Namun ramainya Curug Lawe Secepit bisa menimbulkan persoalan pembuangan sampah bila tidak ditangani dengan serius. Pihaknya pun bersama Pokdarwis Gunungsari sedang berusaha memasang sejumlah papan informasi untuk meningkatkan kesadaran wisatawan agar membuang sampah di tong sampah yang sudah disediakan di warung Kopi Pucu'e Kendal maupun jalur setapak menuju Curug Lawe Secepit.
"Masalahnya ketika di sini ramai adalah kegiatan membuang sampah. Maka kesadaran untuk membuat sampah perlu kita edukasikan dengan masif. Karena kalau sampah dibuang ke sungai akan mempengaruhi kondisi lingkungan," paparnya.