4 Perbedaan Ghosting dan Breadcrumbing dalam Hubungan Asmara, Kenali!

- Ghosting adalah menghilang total, breadcrumbing adalah muncul-tenggelam
- Pelaku punya tujuan yang berbeda
- Pola komunikasinya berbeda
Dunia kencan modern, apalagi sejak era aplikasi kencan marak, memunculkan banyak sekali istilah baru untuk menggambarkan perilaku-perilaku yang membingungkan. Dua istilah yang paling sering kamu dengar dan mungkin pernah kamu alami adalah ghosting dan breadcrumbing. Buat kamu yang belum update istilah tersebut, wajib simak, deh.
Keduanya sama-sama menyebalkan dan sering kali membuat kamu bertanya-tanya, "Salahku apa, ya?" Meskipun sama-sama meninggalkan korbannya dalam ketidakpastian, keduanya adalah dua perilaku yang sangat berbeda, baik dari segi niat maupun cara eksekusinya. Biar kamu bisa lebih paham dan tidak terjebak dalam harapan palsu, yuk bedah tuntas perbedaannya.
Simak sampai tuntas, ya!
1. Ghosting adalah menghilang total, breadcrumbing adalah muncul-tenggelam

Ghosting, seperti namanya, adalah tindakan menghilang total layaknya hantu. Pelaku akan memutus semua komunikasi secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan. Pagi hari kalian mungkin masih asyik mengobrol, tapi siangnya semua chat-mu hanya di-read, telepon tidak diangkat, dan tahu-tahu kamu sudah tidak bisa lagi melihat media sosialnya.
Sementara itu, breadcrumbing berarti memberi "remah-remah roti" perhatian. Pelaku tidak benar-benar menghilang, melainkan akan muncul dan tenggelam sesuka hatinya. Ia mungkin akan mengabaikanmu selama seminggu, lalu tiba-tiba muncul lagi dengan membalas story-mu atau mengirim chat singkat, sekadar untuk memastikan kamu tidak benar-benar pergi.
2. Pelaku punya tujuan yang berbeda

Niat di balik ghosting, meskipun caranya sangat pengecut, sebenarnya cukup jelas, yaitu si pelaku ingin mengakhiri hubungan atau interaksi denganmu. Mereka terlalu takut atau tidak mau repot menghadapi konfrontasi putus hubungan yang canggung, sehingga memilih untuk kabur begitu saja.
Sebaliknya, niat seorang pelaku breadcrumbing justru jauh lebih egois. Tujuannya adalah agar hubungan tidak berakhir, tapi ia juga tidak mau berkomitmen. Ia sengaja menahanmu dalam ketidakpastian, menjadikanmu sebagai "opsi" atau cadangan yang bisa ia hubungi kapan saja saat ia merasa bosan atau kesepian.
3. Pola komunikasinya berbeda

Pola komunikasi saat kamu mengalami ghosting tuh sangatlah brutal dan jelas. Komunikasi akan berubah dari yang tadinya mungkin intens (100), langsung menjadi nol total (0) dalam sekejap. Tidak ada lagi balasan, tidak ada lagi panggilan. Yang ada hanyalah keheningan total yang menyisakan kebingungan.
Berbeda dengan itu, breadcrumbing memiliki pola tarik-ulur yang sangat tidak menentu dan bikin frustrasi. Pelaku mungkin akan menghilang berhari-hari, membuatmu berpikir semuanya sudah berakhir. Namun, tepat saat kamu mulai ingin move on, ia akan tiba-tiba muncul lagi dengan sebuah like di media sosial atau chat singkat "lagi apa?", sekadar untuk menarikmu kembali ke dalam ketidakpastian.
4. Dampak emosionalnya berbeda

Saat mengalami ghosting, kamu akan merasakan sakit hati yang tajam dan kebingungan karena ditinggalkan tanpa penjelasan. Rasanya seperti sebuah penolakan yang brutal. Namun, karena pesannya sangat jelas, yaitu dia sudah pergi dan kamu bisa secara perlahan memulai proses untuk menerima kenyataan dan move on.
Sementara itu, breadcrumbing sering kali jauh lebih menyiksa secara mental dalam jangka panjang. Kamu akan terjebak dalam siklus harapan palsu dan kecemasan yang tidak pernah berakhir. Kondisi "digantung" seperti ini menciptakan sisi emosional yang membuatmu sulit untuk move on, karena si pelaku selalu memberimu alasan untuk tetap berharap.
Pada akhirnya, baik ghosting maupun breadcrumbing adalah perilaku yang sama-sama menyakitkan dan menunjukkan kurangnya respek dari pelaku. Dengan mengenali perbedaannya, setidaknya kamu bisa memberi nama pada rasa sakitmu dan mulai mengambil langkah selanjutnya.
Solusi untuk keduanya, meskipun sulit, sebenarnya sama, yaitu hargai dirimu sendiri! Jika kamu di-ghosting, terimalah bahwa diamnya dia adalah sebuah jawaban dan berhentilah mencari-cari alasan untuknya. Jika kamu menjadi korban breadcrumbing, sadarilah polanya dan kumpulkan keberanian untuk memutus siklus tersebut. Ingat, kamu berhak mendapatkan kejelasan dan seseorang yang memberimu "roti utuh", bukan hanya remah-remah sisa, ya!