Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Keluar dari Scarcity Mentality, Biar Lebih Tenang dan Optimis!

Ilustrasi seorang pria berdiri (Pexels.com/Arina Krasnikova)
Ilustrasi seorang pria berdiri (Pexels.com/Arina Krasnikova)

Pernah gak sih merasa selalu kekurangan? Entah itu uang, waktu, kesempatan, atau bahkan perhatian dari orang lain. Kalau kamu sering merasa hidupmu gak cukup, mungkin kamu sedang terjebak dalam "scarcity mentality."

Istilah ini menggambarkan pola pikir yang selalu merasa kekurangan dan berfokus pada apa yang gak ada, bukannya bersyukur atas apa yang sudah ada.

Mentalitas ini bisa membuat kita stres, cemas, bahkan merasa gak pernah cukup. Namun, kabar baiknya adalah, kamu bisa keluar dari sana! Di artikel ini, kita bakal bahas cara-cara sederhana namun efektif untuk mengubah pola pikir tersebut, biar hidupmu lebih optimis dan jauh lebih tenang.

1. Ubah fokus dari apa yang kurang jadi apa yang ada

Ilustrasi seorang wanita bercermin (Pexel.com/Kevin Malik)
Ilustrasi seorang wanita bercermin (Pexel.com/Kevin Malik)

Cara pertama untuk keluar dari "scarcity mentality" adalah dengan mulai fokus pada apa yang sudah kamu miliki. Terkadang, kita terlalu terfokus pada apa yang kita belum punya, sehingga kita lupa mensyukuri segala yang sudah ada.

Misalnya, daripada terus-menerus memikirkan berapa banyak uang yang belum kamu kumpulkan, coba pikirkan tentang kualitas hidup yang sudah kamu nikmati, atau hubungan yang kamu bangun dengan orang-orang sekitar. Ini bukan soal mengabaikan kekurangan, tapi lebih kepada mengalihkan perhatianmu pada hal-hal positif yang sudah ada di hidupmu.

Praktikkan ini dengan cara rutin menulis hal-hal yang kamu syukuri setiap harinya. Mulailah dengan hal kecil, seperti bisa menikmati secangkir kopi atau mendapat dukungan dari teman. Kalau kita bisa lebih sering melihat hal-hal baik, lama-lama "scarcity" itu akan tergantikan dengan rasa cukup dan penuh.

2. Ganti mindset persaingan dengan kolaborasi

Ilustrasi kerja bersama (Pexels.com/Diva Plavalaguna)
Ilustrasi kerja bersama (Pexels.com/Diva Plavalaguna)

Mentalitas kekurangan seringkali muncul karena kita merasa harus bersaing dengan orang lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. “Kalau mereka sukses, berarti aku kalah,” begitu mungkin yang sering kamu pikirkan, kan?

Namun, pandangan seperti ini cuma bikin kamu merasa cemas dan tertekan. Coba ubah pola pikir itu. Daripada merasa harus bersaing, cobalah untuk melihat kesuksesan orang lain sebagai inspirasi. Ini bisa membuka peluang baru untuk berkolaborasi, bukan saling menjatuhkan.

Banyak orang sukses yang justru berhasil karena mereka bekerja sama dengan orang lain. Jadi, alih-alih membandingkan dirimu dengan orang lain, coba lihat apakah ada kesempatan untuk saling membantu dan berbagi. Keberhasilan orang lain bisa jadi pintu terbuka buat kamu, bukan ancaman.

3. Berhenti takut mencoba hal baru

Ilustrasi seorang wanita berolahraga (Pexels.com/Allan Mas)
Ilustrasi seorang wanita berolahraga (Pexels.com/Allan Mas)

Scarcity mentality sering datang dari rasa takut gagal. Kamu takut mencoba hal baru karena khawatir kalau itu tidak berhasil atau kamu tidak cukup baik.

Padahal, kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan, bukan akhir dari segalanya. Berhenti takut untuk mencoba hal baru, bahkan kalau itu di luar zona nyamanmu. Ketika kamu terbuka pada pengalaman baru, kamu membuka lebih banyak peluang untuk berkembang.

Mulailah dengan langkah kecil. Misalnya, coba ambil kesempatan untuk belajar keterampilan baru atau mengembangkan hobi yang sebelumnya kamu anggap tidak penting. Setiap pengalaman baru memberi kamu pelajaran berharga yang akan membuatmu semakin percaya diri dan lebih optimis dengan kehidupan.

4. Pahami bahwa cukup itu relatif

Ilustrasi seorang wanita minum kopi (Pexel.com/MART PRODUCTION)
Ilustrasi seorang wanita minum kopi (Pexel.com/MART PRODUCTION)

Seringkali kita terjebak dalam pemikiran bahwa untuk merasa "cukup," kita harus memiliki segalanya. Tapi kenyataannya, "cukup" itu gak ada standar tetapnya. Apa yang cukup bagi satu orang, bisa jadi belum cukup bagi orang lain. Jadi, belajar untuk mendefinisikan "cukup" versi kamu sendiri adalah kunci untuk menghilangkan scarcity mentality.

Cobalah untuk berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain, dan fokus pada apa yang benar-benar penting buatmu. Apa yang membuat kamu merasa puas dan bahagia? Jika kita bisa memahami bahwa "cukup" itu sangat pribadi, kita akan lebih mudah melepaskan perasaan kekurangan yang gak berujung.

5. Investasi pada diri sendiri, bukan hanya pada materi

Ilustrasi seorang wanita sedang belajar (Pexels.com/George Milton)
Ilustrasi seorang wanita sedang belajar (Pexels.com/George Milton)

Salah satu bentuk scarcity mentality adalah menganggap bahwa kebahagiaan dan kesuksesan hanya bisa datang dari materi atau status sosial. Padahal, investasi terbaik yang bisa kamu lakukan adalah pada diri sendiri: kesehatan mental, keterampilan, dan hubungan yang berkualitas. Dengan memiliki mindset yang sehat dan keterampilan yang terus berkembang, kamu akan selalu punya sumber daya untuk menghadapi tantangan hidup.

Luangkan waktu untuk self-care dan terus belajar hal-hal baru. Ini bukan soal menghabiskan uang untuk barang-barang, tapi untuk memperkaya diri secara batiniah dan mental. Ketika kamu merasa puas dengan diri sendiri, kamu gak akan merasa lagi kekurangan apa-apa.

Keluar dari scarcity mentality bukanlah hal yang mudah, namun itu bisa dilakukan dengan langkah-langkah kecil yang konsisten. Perubahan dimulai dari cara kita melihat dunia dan diri kita sendiri. Begitu kita berhenti fokus pada apa yang tidak ada, dan mulai menghargai apa yang sudah kita punya, kehidupan kita akan terasa lebih kaya, lebih tenang, dan lebih penuh harapan. Jadi, jangan biarkan rasa kekurangan menguasai hidupmu. Ingat, kehidupan yang cukup itu ada dalam cara kita memandang dan menjalaninya setiap hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us