TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Awas! Diabetes Mengintai Anak-Anak di Semarang, Ini Langkah Dinkes  

Jumlah kasus terus meningkat dari tahun ke tahun

ilustrasi diabetes (pixabay/Stevepb)

Semarang, IDN Times - Kasus penyakit diabetes melitus mengintai anak-anak di Kota Semarang. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang mencatat, jumlah kasus terus meningkat dalam dua tahun terakhir. 

Baca Juga: Dokter Spesialis di Semarang Gak Merata, Pilih ke Kota, Cuan Gede

1. Kasus diabetes tembus 377 kasus

Infografis Penyakit Diabetes Melitus (IDN Times/Mardya Shakti)

Berdasarkan data Dinkes Kota Semarang, kasus diabetes baik tingkat satu maupun dua pada anak tahun 2022 sebanyak 377 kasus. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan temuan pada tahun 2021 sebanyak 269 kasus.

Pada tahun 2021, dari 269 kasus diabetes anak, sebanyak 27 kasus tergantung insulin dan 242 kasus tidak tergantung dengan insulin. Kemudian, pada 2022, dari 377 kasus diabetes anak, sebanyak 33 kasus tergantung pada insulin, sedangkan yang tidak tergantung insulin sebanyak 344 kasus.

Untuk menangani kasus diabetes melitus pada anak, Dinkes Kota Semarang melakukan berbagai upaya seperti mengoptimalkan peran pos pembinaan terpadu (Posbindu) sebagai salah satu langkah untuk mencegah penyakit tersebut pada anak.

2. Deteksi dini pada remaja di posbindu

ilustrasi tes diabetes (freepik.com/goffkein)

Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, pihaknya memanfaatkan Posbindu sebagai upaya advokasi dalam penanggulangan penyakit diabetes pada anak yang semakin marak.

"Kalau balita di kampung itu posyandu (pos pelayanan terpadu), kalau remaja namanya posbindu atau posrem (pos remaja). Posbindu ini menyasar remaja usia 15--18 tahun," ujarnya, Minggu (12/2/2023).

Dalam Posbindu dilakukan sejumlah kegiatan seperti deteksi dini, pencegahan, dan edukasi kepada orang tua dan remaja agar menjalankan pola hidup yang seimbang. Adapun, kegiatan Posbindu tersebut digelar setiap bulan.

Menurut Hakam, pemicu diabetes pada anak umumnya karena pola makan yang tidak sehat dan aktiivitas fisik yang tidak dilakukan setiap hari. Namun, dalam penanganan penyakit tersebut tidak lantas menganjurkan untuk mengurangi porsi makan, melainkan memiliki makanan yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan kalori setiap harinya.

"Kebutuhan kalori itu kan berbeda setiap orang. Tergantung berat badan dan aktivitas fisik yang dilakukan," jelasnya.

Baca Juga: Lokasi Vaksin COVID-19 Booster Kedua di Semarang, Tersedia Pfizer dan Indovac 

Berita Terkini Lainnya