TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Unik! Dokter di Semarang Sosialisasi Pakai Masker ala Mobil Sales

Budi Laksono melakukan dengan modal sendiri

ilustrasi pakai masker (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Semarang, IDN Times - Mengajak dan menyadarkan masyarakat untuk berperilaku sehat memang tak terutama pada masa pandemik virus corona (COIVD-19). Penerapan protokol kesehatan terus digalakkan guna guna memutus mata rantai virus. Salah satunya penggunaan masker, yang saat ini cukup banyak diabaikan.

1. Keliling Kota Semarang ajak masyarakat pakai masker seperti sales

Mobil yang digunakan Doktor dokter Budi Laksono di Semarang untuk kampanye masif ubah perilaku cegah COVID-19. Dok. Dr Budi Laksono

Apa yang dilakukan Dr Budi Laksono terbilang unik dan inspiratif. Dosen Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang itu punya cara tersendiri menyosialisasikan protokol kesehatan COVID-19. Ia mengajak masyarakat memakai masker dengan berkeliling Kota Semarang bak mobil sales yang berputar menawarkan barang atau produk unggulannya.

"Bapak ibu sedanten, sampean obrolan-obrolan podo nganggo masker. nek ngagem masker panjenengan sehat sedoyo nggih kanthi sehat. Koncone sehat keluarga ne sehat. nek ora nganggo masker risiko keno sawan COVID-19, sing saiki sampun mateni koncone dewe, wis ewonan. Makane sedoyo mawon ngangem masker, langkung sae kagem sak keluarga. masker re ojo dikekne gulu (red: Bapak ibu semuanya, anda berbicara dan ngobrol harus memakai masker. Kalau mengenakan masker anda akan sehat, semuanya juga akan sehat. Teman dan keluarga juga sehat juga. Kalau tidak memakai masker, bisa terkena penyakit COVID-19, yang sekarang sudah membunuh teman kita, sudah ribuan. Makanya semuanya saja memakai masker, untuk kebaikan sekeluarga. Masker jangan dipakai di lehr/dagu)," sekilas cuplikan apa yang disampaikan Budi Laksono saat berkeliling sosialisasi menggunakan mobil di Semarang.

Semua dilakukan Budi tersebut murni modal atau biaya sendiri. Mulai dari mobil pribadinya sampai membuat spanduk yang berisi imbauan cegah COVID-19. Bahkan untuk woro-woro ke masyarakat di sepanjang jalan, dia membuat pengeras suara yang dikreasikan sendiri.

‘’Untuk melakukan kampanye ini kami tidak punya apa-apa. Pakai mobil sendiri, lalu pengeras suara saya manfaatkan tape kecil yang disambungkan ke speaker dan dikasih mikrofon,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Kamis (16/7/2020).

Baca Juga: Klaster Perusahaan Semarang, PDP yang Kerja di Pabrik Tulari 300 Orang

2. Woro-woro cegah COVID-19 dilakukan saat berangkat dan pulang kerja

Dr dokter Budi Laksono, relawan peduli COVID-19 di Semarang. Dok. Dr Budi Laksono

Budi memulai aksinya rutin setiap pagi pukul 07.00 WIB saat berangkat kerja. Dari rumahnya di daerah Manyaran Semarang Barat, menuju tempat kerjanya di kampus Universitas Diponegoro Semarang, Jalan Imam Bardjo. Dalam perjalanan tersebut, Budi woro-woro di jalan mengajak masyarakat lebih disiplin terhadap protokol kesehatan COVID-19.

‘’Kampanye atau sosialisasi ini sudah berjalan sejak sepekan terakhir. Setiap hari saya berkeliling Kota Semarang dengan rute yang berganti-ganti di jam-jam tertentu mengikuti waktu saya memburu keramaian. Seringnya ya pas sekali jalan saat berangkat atau pulang kerja,’’ tutur lelaki kelahiran Semarang, 6 Maret 1963 itu.

Sebagai dokter yang peduli terhadap virus corona, sekaligus tim ahli Satgas COVID-19 Provinsi Jawa Tengah, Budi sadar bahwa virus tersebut harus diperangi.

‘’Butuh upaya semaksimal mungkin untuk memerangi wabah ini. Sebab, yang namanya COVID-19 adalah virus yang mudah menular sehingga tidak mudah untuk mengatasinya. Meskipun, sudah mati-matian melakukan tracing, menemukan pasien, merawat, mengisolasi dan sebagainya, tetapi banyak orang yang tidak bergejala itu membuat penularan tidak bisa dicegah,’’ akunya.

3. Upaya melawan COVID-19 dengan mengubah perilaku masyarakat dan imbau pemerintah buat legislasi

Penyemprotan disinfektan di ruang tunggu Stasiun. Dok. Humas KAI

Sasaran dari aksinya ala sales itu adalah berupaya mengubah perilaku masyarakat. Sebab, menurut dosen yang mengajar mata kuliah kesehatan masyarakat itu, ada tiga pokok persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengubah perilaku. Diantaranya dengan pendekatan individual personal, yakni memberi pengetahuan dan edukasi.

Kemudian, bagi orang yang tidak takut COVID-19 perlu menyadari jika dia memang tidak sakit, tapi orang lain bisa sakit diakibatkan dia. Kemudian, perlu mengingatkan secara terus menerus kepada masyarakat satu sama lain untuk menyadari dan berperilaku yang sehat.

‘’Maka itu kita ikut woro-woro ke masyarakat. Ayo disiplin dan patuhi protokol, ayo pakai masker, ayo cuci tangan, ayo hidup bersih dan sehat. Ya, memang kadang jenuh dan perlu refresh, tapi ini harus terus dilakukan. Selain itu, kita juga menyadarkan pada sektor pemerintah bahwa perubahan perilaku tidak hanya melalui imbauan-imbauan tetapi juga menyiapkan infrastruktur yang lain seperti legislasi,’’ jelas Budi yang juga Epidemiolog Undip Semarang.

4. Masih banyak warga yang tidak pakai masker dan tidak menjaga jarak

Penertiban warga yang melanggar protokol COVID-19 di Malioboro. Dok. Humas Kota Yogyakarta

Adapun selama kampanye masif perihal perilaku sehat untuk mencegah virus corona yang dilakukan, Budi banyak menemui yang ditemui. Seperti masih banyaknya warga yang tak mengenakan masker dan menjaga jarak.

‘’Dalam seminggu ini masih banyak ditemui orang yang kumpul-kumpul dengan temannya. Mereka ngobrol, nongkrong berdekatan, tapi maskernya dicopot. Buruh pabrik juga mereka makan siang bersama, tapi berdekatan alias tidak menjaga jarak. Selain itu, masih ada ditemui orang di luar atau di jalan tidak pakai masker atau maskernya ditaruh di dagu, kita ingatkan langsung dipakai,’’ ujarnya yang juga dikenal sebagai Doktor Jamban karena pernah melakukan gerakan jambanisasi di pelosok desa.

Baca Juga: Gairahkan Toko Ritel, Kawan Lama Terapkan Protokol Kesehatan COVID-19

Berita Terkini Lainnya