TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keren! Kok Bulu Tangkis dari Batang Mendunia, Diakui BWF dan PBSI

Shuttlecock dibuat secara tradisional, nih

Perajin memproduksi kok di industri rumahan produksi kok CV Ind Shuttlecock, Pasekaran, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (23/2/2022). (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

Batang, IDN Times - Kamu sering bermain bulu tangkis? Pastinya menggunakan raket dan kok. Ternyata, seorang warga di Batang, Jawa Tengah sukses membuat kok hingga diakui oleh Badminton World Federation (BWF) dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Simak kisah inspiratifnya berikut ini.

Baca Juga: 5 Kisah Mistis di Batang yang Serem Abis, Sumur Keramat di Alas Roban

1. Membutuhkan tambahan tenaga kerja

unsplash.com/Frame Harirak

Adalah Ahda Al Faizu, warga Pasekaran, Kabupaten Batang yang sukses menjadi perajin kok (shuttlecock) berstandar internasional. Tidak hanya itu, kok produksinya telah bersertifikasi standar BWF dan PSBI.

Tingginya permintaan kok memaksa Ahda memerlukan tenaga kerja tambahan untuk mengejar target produksi di home industry IND Shuttlecock.

"Saya sudah perintahkan Disperindaskop membuat pelatihan khusus pembuatan shuttlecock. Usai pelatihan bisa langsung dipekerjakan," katanya pria berusia 35 tahun itu.

2. Berawal dari produksi kecil-kecilan

Perajin memproduksi kok di industri rumahan produksi kok CV Ind Shuttlecock, Pasekaran, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (23/2/2022). (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

Faizu terinspirasi memproduksi shuttlecock setelah berhenti bekerja sebagai karyawan kerajinan bola bulu tangkis tersebut di Malang, Jawa Timur.

"Saya bertekad dan memiliki cita-cita untuk memproduksi sendiri sehingga pulang ke kampung halaman di Kabupaten Batang. Pada awalnya, saya memproduksi bola bulu tangkis itu secara kecil-kecilan dan diterima di pasaran," ucapnya.

Kini usahanya sudah mempekerjakan 10 orang dan berhasil memasarkan produknya di 30 provinsi dan beberapa negara seperti Malaysia dan Amerika Serikat.

"Awal pemasaran produk, saya promosikan shuttlecock di website dan karena sudah terkoneksi sama orang Amerika. Pertama permintaan dari Malaysia dan percaya dengan produk saya," akunya.

3. Sesuai standar BWF dan PBSI

Ilustrasi Shuttlecock (pexels.com/SHVETS production)

Faizu menyebut, bahan baku shuttlecock sebagian besar masih didatangkan impor karena ketersediaan bahan baku lokal belum bisa mencukupi.

Sesuai standar BWF, kok produk IND Shuttlecock memiliki berat 5 gram hingga 5,2 gram. Namun untuk Indonesia sesuai standar PBSI beratnya 4,9 gram.

"Shuttlecock produk saya jual seharga Rp35 ribu hingga Rp80 ribu per slof," imbuhnya.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Kafe di Batang, Dari yang Unik hingga Bisa Lihat Senja

Berita Terkini Lainnya