Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sragen, IDN Times - Seorang siswa SMA di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah mendapatkan teror lantaran tak mengenakan jilbab. Kasus itupun mencuat dan menjadi perbincangan di dunia maya.
Baca Juga: Mengenal Sragen, Pesona Kota Purbakala di Jateng Jelang Pilkada 2020
1. Ganjar minta semua pihak saling menghormati
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Dok. Humas Pemprov Jateng Kabar tersebut sampai di telinga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ia pun meminta semua pihak untuk saling menghormati satu dengan lainnya, sebagaimana ia tulis dalam unggahan media sosial pribadinya.
"Banyak yang tanya kepada saya soal teror Whatsapp (WA) ke siswi tak berjilbab di SMA Sragen. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah besok (red: Kamis (9/1)) pagi akan klarifikasi ke sekolah. Mari kita hormati dan saling belajar dengan baik, tidak memaksa apalagi meneror. Saya akan ajak bicara siswa, guru, dan orangtua," jelas Ganjar dikutip IDN Times.
2. Masalah yang dialami telah selesai
Ilustrasi wanita mengenakan jilbab atau kerudung. Unsplash.com/ilham akbar fauzi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Jumeri menyatakan bahwa sejak kasus itu mencuat di media sosial pada Rabu (8/1), pihaknya langsung menerjunkan tim ke lokasi. Sampai saat ini, pihaknya masih terus melakukan pendalaman.
“Saat ini saya juga sudah berada di Sragen. Kemarin tim sudah turun ke lapangan dan melakukan berbagai tindakan. Alhamdulillah, kasus ini sudah selesai. Semua pihak sudah memberikan penjelasan dan siswi tersebut juga sudah menerima dan hari ini dia sekolah seperti biasa,” kata Jumeri, Kamis (9/1).
3. Yang mengirim pesan pendek adalah teman sendiri
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Ilustrasi aplikasi Whatsapp. Twitter.com/WhatsApp Lebih lanjut Jumeri menerangkan bahwa setelah diklarifikasi, pihaknya menemukan keterangan bahwa yang mengirim pesan teror melalui WA kepada siswi tersebut adalah temannya sendiri. Teror itu bukan dikirim oleh guru, pembina Rohani Islam (Rohis) atau kepala sekolah.
“Siswi itu adalah satu-satunya siswi di SMA yang tidak menggunakan jilbab. Kemudian teman-temannya mengirim pesan melalui WA itu. Teman-temannya mengingatkan bahwa siswi tersebut keliru, karena tidak memakai jilbab,” papar Jumeri.
4. Seluruh sekolahan akan dikumpulkan untuk diberikan pengarahan
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar siswa-siswi SMA. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas Meski demikian, Jumeri menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh teman-temannya itu merupakan tindakan intimidasi dan intoleransi. Untuk itu, pihaknya akan melakukan pembinaan supaya kejadian serupa tidak kembali terulang.
“Besok pagi (red: Jumat (10/1)) saya akan mengumpulkan seluruh siswa-siswi, kepala kekolah, guru, pembina Rohis dan pengurus OSIS untuk diberi pengarahan dan pembinaan. Kami tidak ingin, kedepan masalah intoleransi ini kembali terjadi. Semuanya harus saling menghormati dan menghargai perbedaan,” tegasnya.
Baca Juga: Muncul 158 Kasus Intoleransi di Jateng, Ganjar: Masih Terbilang Rendah