TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pakar Kritisi GeNose, Satgas Jateng: Presisi Cegah Penularan COVID-19

"GeNose bukan alat deteksi, tapi screening metabolisme."

GeNose buatan UGM. Dok: Humas UGM

Semarang, IDN Times - Tim Satuan Gugus Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jawa Tengah menyatakan sampai saat ini penggunaan GeNose C19 masih layak dipakai sebagai alat pelacakan gejala COVID-19. Sebab, GeNose telah dirancang memudahkan proses pemeriksaan virus corona dengan memakai alat tiup untuk menampung udara yang dikeluarkan dari tenggorokan manusia. 

"Dan tingkat efektifnya mencapai 90 persen. Toh, GeNose kan murah, tarifnya sangat terjangkau bagi segala lapisan masyarakat," ujar Anggota Tim Satgas COVID-19 Jateng, dr Budi Laksono ketika dikontak IDN Times, Kamis (1/4/2021). 

1. GeNose diklaim cegah resiko ketularan COVID-19 pada moda transportasi

Petugas di Stasiun KA Senen menjelaskan kepada pengguna transportasi kereta api soal cara kerja Genose. Dokumentasi Kemenhub

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan GeNose saat ini menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat yang ingin berpergian jarak jauh menggunakan moda transportasi darat, laut maupun udara.

"Karena orang-orang pada gak mau pakai antigen, jadinya GeNose jadi pilihan yang tepat saat ini. Penggunaan GeNose pada penumpang transportasi umum juga bagus untuk mencegah resiko penularan dalam perjalanan KA, mobil maupun pesawat yang mana punya sirkulasi udara yang tertutup," aku pria yang juga dosen Magister Epidemiologi di FKM Undip tersebut. 

Baca Juga: Tes GeNose, 208 Penumpang di Stasiun Tawang Semarang Positif COVID-19

2. GeNose diklaim perpaduan IT dan biokimia yang sangat presisi

Calon penumpang perempuan dites rapid antigen di Stasiun Tawang Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia menyebutkan di sejumlah negara macam Israel, Amerika Serikat dan Jepang juga telah mengembangkan peralatan biokimia guna mengatasi penularan COVID-19 di setiap wilayahnya. 

GeNose yang dibuat dan dikembangkan oleh putra-putri bangsa Yogyakarta, ia menganggap juga sangat ideal untuk membantu pemeriksaan COVID-19 di tempat-tempat keramaian umum ketimbang menggunakan alat rapid antigen

Menurut Budi, akurasi alat tersebut cukup bagus, bahkan lebih baik dari pada rapid antigen yang sering dilakukan dengan mengintervensi bagian tubuh seseorang. 

"GeNose adalah perpaduan biokimia science dan IT yang sangat presisi. Walau konsep sama juga sedang dikembangkan di beberapa negara maju. GeNose kan tinggal ditiup kantong udaranya. Yang antigen, kita lihat banyak mengintervensi organ tubuh dengan memasukan alatnya ke rongga hidung" terang pemilik kafe jamban itu.

3. GeNose dipakai untuk screening metabolisme penularan virus corona

Seorang anak melakukan tes deteksi COVID-19 dengan metode GeNose C19 di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/2/2021). (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Meski begitu, ia menyebut bahwa selama ini sebagian masyarakat salah kaprah mengartikan pemakaian GeNose. Pasalnya, GeNose dirancang bukan untuk mendeteksi virus corona melainkan melakukan screening metabolisme COVID-19 yang telah berkembangbiak pada tubuh manusia. 

"GeNose bukan alat deteksi. Tapi alat screening metabolisme atau istilahnya mencari buntutnya virus corona yang kemungkinan sudah masuk ke dalam tubuh kita," katanya. 

Oleh karena itu, pihaknya menyarankan kepada pemerintah untuk tetap memakai GeNose sebagai alat pencegahan penyebaran COVID-19. Hasil screening menggunakan GeNose juga muncul diagnosa reaktif atau gejala yang mengarah pada penularan COVID-19. 

4. Penggunaan GeNose di moda transportasi berisiko

Mesin GeNose. Dok. Humas Pemprov Jateng

Sebelumnya Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban mengatakan penggunaan GeNose di berbagai moda transportasi cukup berisiko apalagi tingkat penularan COVID-19 di Indonesia masih tinggi. 

"Saya mau bilang, screening COVID-19 itu krusial. Tetapi, (screening) untuk penumpang pesawat, kereta api atau transportasi publik ya lain (berbeda). Ini kan soal nyawa, keselamatan keluarga. Jangan nekat (gunakan GeNose)," cuit Zubairi melalui akun Twitternya, @ProfesorZubairi, Selasa 30 Maret 2021. 

Pernyataan serupa keluar dari epidemiolog Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman. Ia bahkan tegas menyebut GeNose belum diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk digunakan sebagai alat screening

"Sejauh ini, WHO baru merekomendasikan dua (alat) PCR yang gold standar dan rapid test antigen. Kalau dalam kaitan screening yang dipakai rapid test antigen. Bukan semata-mata alat screening dipilih karena mudah, murah, dan produksi dalam negeri," ujar Dicky kepada IDN Times melalui pesan suara.

Baca Juga: IDI: Jangan Nekat Gunakan GeNose di Berbagai Moda Transportasi

https://www.youtube.com/embed/10Yy4leh-e8
Berita Terkini Lainnya