TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sepekan 200 Anak di Jateng Positif Omicron, Bayi 2 Bulan Meninggal

Transmisi lokal bermunculan di Jawa Tengah

ilustrasi virus corona (IDN Times/Aditya Pratama)

Semarang, IDN Times - Kasus penularan COVID-19 varian Omicron dialami oleh sejumlah anak-anak yang tinggal di Jawa Tengah. Hanya dalam kurun sepekan terakhir, terdapat 200 anak berusia 2 bulan hingga belasan tahun yang dinyatakan positif varian Omicron. 

Baca Juga: 3 Masuk ICU Gegara Omicron, Anak-anak, Lansia Dirawat di RS Tugurejo

1. Sepekan terakhir ada 200 anak-anak positif Omicron

Ilustrasi siswa sekolah (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Tengah, Choirul Anam mengatakan lonjakan penularan varian Omicron telah mencapai 50 persen bahkan sampai 100 persen hanya dalam rentang waktu sepekan terakhir. 

Penularan varian Omicron saat ini tidak bisa lagi disepelekan mengingat di Jawa Tengah telah terjadi transmisi lokal dengan tingkat penularan yang sangat cepat. 

"Seminggu ini sudah ada 200 anak yang dinyatakan positif COVID-19 dan mengarahnya ke gejala Omicron. Data yang rutin kita update, kasusnya kini sudah mencapai 100 persen. Dan ada tiga anak yang meninggal dunia," ungkap Anam kepada IDN Times, Selasa (15/2/2022). 

2. Bayi berusia 2 bulan meninggal akibat tertular Omicron dari ibunya

Ilustrasi Mayat. IDN Times/Mardya Shakti

Menurutnya ketiga anak yang meninggal masing-masing seorang bayi berusia dua bulan, siswa sekolah berusia 10 tahun dan 16 tahun. 

Ketiga anak itu tercatat sebagai pasien yang mendapat perawatan intensif di salah satu rumah sakit negeri di Kota Semarang. Salah satu anak meninggal karena punya komorbid berupa penyakit kanker. 

"Anak-anak yang jumlahnya 200 orang itu emang sudah diperiksa pakai PCR. Hasil tes WGS-nya juga menunjukan bahwa mereka terpapar varian Omicron. Ini disebakan adanya transmisi lokal yang terjadi begitu cepatnya. Ditambah lagi sebagian besar masyarakat kita sudah mengendorkan protokol kesehatan. Seperti kasus meninggalnya bayi berusia 2 bulan ini akibat tertular dari ibunya," terangnya. 

3. Masih ada sekolahan yang nekat belajar tatap muka

Ilustrasi PTM (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Lebih lanjut, Anam menuturkan anak-anak yang tertular varian Omicron pada umumnya telah menjalani tes PCR. Kemudian sampelnya sudah diperiksa menggunakan peralatan whole genome sequencing (WGS).

Pemeriksaan memakai PCR hanya butuh waktu sehari sedangkan pemeriksaan melalui WGS harus memakan waktu dua minggu. 

Ia menyampaikan naiknya penularan varian Omicron di kalangan anak-anak telah menunjukkan Jawa Tengah memasuki grafik menuju puncak gelombang ketiga COVID-19 varian Omicron. 

Ia bilang penularan varian Omicron yang terjadi sangat masif juga dipicu masih ada beberapa sekolahan yang nekat menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Padahal di sisi lain, Pemprov Jateng dan Disdik telah mengeluarkan aturan terbaru jika PTM diubah menjadi pembelajaran online.

"Yang sangat disayangkan masih ada lho sekolah-sekolah yang memaksa belajar tatap muka. Mestinya semua sekolah mentaati aturan baru yang mewajibkan anak-anak sekolah belajar daring lagi. Nah, lonjakan penularan Omicron belakangan kita dapatkan dari hasil tes COVID-19 massal yang diadakan di sekolah-sekolah yang terpapar," bebernya. 

Baca Juga: JHT Baru Cair Di Usia 56 Tahun, KSPI Jateng: Pemerintah Melawan MK

Berita Terkini Lainnya