TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kuatkan Literasi, Kemenko PMK Gencarkan Gerakan TBM

80 persen TBM juga melayani anak-anak

Kegiatan Forum TBM bekerjasama dengan program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kemenko PMK di Solo. (Dok/Istimewa)

Surakarta, IDN Times - Kesenjangan literasi di Indonesia masih tinggi. Hal ini ditunjukkan dari Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Indonesia tahun 2022 sebesar 64,48 dari skala 1--100. Angka itu menjadi fakta betapa pentingnya pembangunan literasi di Indonesia sebagai modal menuju negara maju dan Indonesia Emas 2045.

Kesenjangan yang masih cukup tinggi menyangkut pembangunan literasi itu harus segera diselesaikan, setidaknya ditingkatkan.

Target IPLM di akhir tahun 2024 adalah sebesar 71,4. Oleh karenanya, selain menyiapkan peta jalan pembudayaan literasi, Pemerintah terus mendorong kerjasama segenap pihak : Pemerintah, Dunia Usaha, Akademisi, Kelompok Masyarakat, hingga Media untuk meningkatkan budaya literasi sekaligus mencapai target tahun 2024.

Baca Juga: Resep Es Teh Viral khas Solo, Segarnya Bikin Nagih!

1. Kepedulian terhadap masa depan anak-anak Indonesia

Kegiatan Forum TBM bekerjasama dengan program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kemenko PMK di Solo. (Dok/Istimewa)

Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Didik Suhardi mengatakan inisiatif gerakan seperti yang nyata dilakukan oleh Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ini adalah gerakan yang dilandasi dari kepedulian terhadap masa depan anak-anak Indonesia.

"Pemerintah akan terus memfasilitasi gerakan-gerakan yang tumbuh dan mengakar dari masyarakat", ujarnya saat membuka kegiatan Forum TBM bekerjasama dengan program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kemenko PMK di Ballroom Sala View Hotel, Solo (09/11/2023).

Rembug Forum TBM kerjasama dengan Kemenko PMK ini bertujuan untuk membahas TBM yang ramah anak. Perumusan kebijakan TBM ramah anak sekaligus merespon berbagai kondisi dalam rangka pemenuhan Undang Undang tentang perlindungan anak.

2. 80 persen TBM juga melayani anak-anak

Kegiatan Forum TBM bekerjasama dengan program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kemenko PMK di Solo. (Dok/Istimewa)

Ketua Forum TBM, Opik, M.Pd, memgatakan jumlah kekerasan terhadap anak di tahun 2019 tercatat 11.057 kasus dan terus meningkat menjadi 16.106 kasus di tahun 2022. Jenis kekerasan yang diterima oleh anak-anak didominasi oleh kekerasan seksual yang mencapai 9.588 kasus.

"Banyak masalah yang menyangkut persoalan anak termasuk di dunia pendidikan. TBM ingin mewujudkan TBM yang memiliki ruang atau tempat yang layak bagi anak. Selain itu, kita juga akan menyusun model sebagai standarisasi TBM yang ramah anak sehingga dapat direplikasi pada TBM-TBM se Indonesia", jelas Opik.

Saat ini sesuai data yang dikumpulkan oleh Forum TBM, tercatat jumlah TBM se Indonesia sebanyak 2388 TBM dan Forum TBM meyakini ratusan TBM lainnya sedang dalam proses verifikasi. Dari jumlah tersebut, 80% TBM juga melayani anak-anak. Oleh karenanya, kebutuhan permodelan yang menetapkan standarisasi TBM yang ramah anak menjadi strategis dan penting. Adapun rancangan permodelan yang dibahas dalam rembug ini antara lain meliputi : Penyusunan instrumen kesiapan TBM model; Analisis data TBM yang menjalankan; Penilaian dan penentuan 3-9 TBM model; dan Pendampingan TBM.

"Salah satu yang jadi pembahasan permodelan TBM misalnya adalah penerapan aturan pengelolaan buku yang terstandar sesuai jenjang umur anak", tambah Opik.

3. Literasi tak hanya baca

Ilustrasi siswa SD belajar bersama (ANTARA FOTO/Fauzan)

Ketika menyebut literasi, seolah hanya tentang membaca saja. Ternyata literasi melampaui itu. Opik, Ketua Forum TBM mengungkap, setidaknya ada enam kecakapan literasi dasar yakni : literasi digital, literasi finansial, literasi numerasi, literasi science, literasi budaya, dan literasi kewargaan.

Forum TBM yang merupakan gerakan literasi yang diinisiasi oleh masyarakat dan untuk masyarakat, selain berupaya meningkatkan minat baca masyarakat melalui layanan membaca dan peminjaman buku gratis, juga memberikan edukasi beragam hal seperti melestarikan bahasa daerah, sosialisasi tentang pengelolaan keuangan menangkis maraknya pinjaman online dan judi online, pembuatan hutan buatan dalam rangka menghadapi perubahan iklim, pengelolaan sampah termasuk pemanfaatan sampah yang bernilai ekonomi hingga pengelolaan koperasi.

"TBM yang diinisiasi oleh masyarakat dapat menjadi wadah positif yang dapat membantu pemerintah dalam mengatasi persoalan sosial hingga mewujudkan SDM yang unggul. Harapan ke depan, Pemerintah lebih memberikan akses dan fasilitas serta dukungan agar TBM semakin berperan", ujar Opik.

Baca Juga: Peringati Hari Wayang Dunia, BHS Ajak Anak Muda Peduli Budaya

Berita Terkini Lainnya