Hasil Deteksi Dini, 720 Siswa di Semarang Kena Gangguan Mental

- Dinas Pendidikan Kota Semarang dan RSWN melakukan deteksi dini gangguan mental remaja di SMP
- Hasilnya, 720 siswa terkena gangguan mental dan membutuhkan pendampingan kesehatan mental
- Tindakan deteksi dini ini penting untuk memberikan perhatian pada kesehatan mental para siswa
Semarang, IDN Times - Dinas Pendidikan Kota Semarang bersama Rumah Sakit Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro (RSWN) melakukan deteksi dini gangguan mental remaja kepada para siswa di jenjang SMP. Dari hasil pemeriksaan tercatat 720 siswa membutuhkan terkena gangguan mental dan membutuhkan pendampingan kesehatan mental.
1. 6.000 siswa dari 15 sekolah lakukan skrining mandiri

Jumlah tersebut merupakan 11,6 persen dari total 6.000 siswa SMP yang ada di Ibu Kota Jawa Tengah. Pemeriksaan itu dilakukan melalui instrumen deteksi dini gangguan mental remaja berbasis digital bernama Sultan Mataram, yang terintegrasi dalam aplikasi MyRSWN.
Direktur RSWN, dokter Eko Krisnarto, Sp.KK mengatakan, kesehatan jiwa menjadi salah satu masalah kesehatan terpenting di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 35 juta orang mengalami depresi, dan sebagian besar berasal dari kelompok usia remaja.
"Sejak tahun 2024, RSWN telah mengunjungi 15 sekolah dengan lebih dari 6.000 siswa melakukan skrining mandiri, dan 720 di antaranya terindikasi membutuhkan pendampingan psikolog,’’ ungkapnya di sela peluncuran program Pijar Semarang yang berkolaborasi DPD KNPI Kota Semarang, dan BEM Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (Undip), Selasa (14/10/2024).
2. Program Pijar akan dampingi kesehatan mental remaja

Melalui program Pijar, akan bergerak dengan mengunjungi sekolah-sekolah dan mendampingi para siswa usia remaja yang membutuhkan bantuan atau bimbingan psikologis.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bambang Pramusinto mengatakan, hasil survei atau pemeriksaan tersebut menjadi perhatian serius.
"Makanya hari ini program Pijar Semarang ini diluncurkan untuk mendampingi kesehatan mental anak-anak," tuturnya.
3. Penggunaan gawai bisa picu persoalan psikologis remaja

Menurut dia, masalah utama yang dihadapi remaja saat ini berkaitan dengan kedewasaan dalam menggunakan teknologi, terutama media sosial. Penggunaan gawai yang tidak bijak bisa memicu berbagai persoalan psikologis pada remaja.
"Anak-anak remaja ini kan masih dalam tahap tumbuh kembang. Seringkali mereka belum cukup dewasa dalam menggunakan gadget. Media sosial jadi salah satu pemicu utama masalah yang mereka alami," jelasnya.
Adapun, melalui kolaborasi antara pemerintah, rumah sakit, organisasi kepemudaan, dan institusi pendidikan, kesehatan mental pelajar di Semarang diharapkan bisa lebih terjaga.