Padi Biosalin Tumbuh Subur di Kawasan Pesisir Semarang, Siap Panen!

- Padi varietas biosalin ditanam di lahan pesisir Semarang akan siap panen akhir Oktober.
- Kolaborasi BRIN dan Pemkot Semarang, serta universitas lokal dalam penanaman varietas padi tersebut.
- Padi biosalin memiliki hasil panen lebih banyak, 6-7 ton per hektar dibandingkan dengan padi inpari 32 yang hanya 3 ton.
Semarang, IDN Times - Padi varietas biosalin yang ditanam di lahan pesisir di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang akan siap panen akhir bulan Oktober ini. Penanaman varietas padi yang dirancang untuk ditanam di lahan dengan kadar garam cukup tinggi itu merupakan kolaborasi antara Pemkot Semarang dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
1. Akan dipanen pada 25 Oktober 2024

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, varietas ini tidak hanya tahan terhadap salinitas tetapi juga memiliki potensi hasil yang tinggi.
Padi biosalin yang ditanam di lahan seluas satu hektar beberapa bulan lalu ini merupakan hasil kolaborasi antara BRIN, Brida Kota Semarang, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, dan Kelompok Tani Sumber Rejeki Mangunharjo Kecamatan Tugu.
"Alhamdulillah, teman-teman juga bisa melihat hasilnya sangat luar biasa gemuk-gemuk (padinya). Ini hari ke-64 (sejak ditanam), jadi nanti tanggal 25 Oktober akan dilakukan panen dan panen akan menjadi benih," ungkapnya, Rabu (16/10/2024).
Ada dua sistem penanaman padi biosalin. Pertama, yaitu penyemaian dulu baru kemudian ditanam. Kedua, yaitu sistem tabila (tanam benih langsung). Nantinya, bulir hasil panen padi biosalin ini akan menjadi benih yang ditanam di lahan pertanian payau di Jepara dan Batang, bekerja sama dengan Universitas Diponegoro.
2. Pemkot pastikan ketersediaan alat dan mesin pertanian

"Undip juga akan melakukan tanam percontohan di Jepara dan di Batang. Kami akan mengajak Kelompok Tani Sumber Rejeki yang nantinya bisa menjual benih ini kepada masyarakat. Jadi selain menanam untuk dikonsumsi, lebih menguntungkan juga dengan penjualan benih," jelas perempuan yang akrab disapa Ita.
Pemkot Semarang juga berkomitmen memastikan ketersediaan alat dan mesin pertanian (Alsintan). Kemudian, saluran-saluran air yang memadai untuk menunjang panen padi biosalin secara optimal. Maka itu, pemkot akan menggandeng CSR dari perusahaan-perusahaan untuk pelaksanaannya.
"Kami sudah minta, ini sedang berproses dengan Bank Jateng untuk membuat embung pakai geomembran dan juga alat bantuan cultivator untuk mengolah karena kelompok tani juga belum punya. Bahan bakarnya dari petrasol (hasil olahan sampah plastik) sehingga petani tidak mengeluarkan dana untuk bahan bakar," jelasnya.
3. Padi biosalin bisa hasilkan 6-7 ton per hektar

Selain bisa bertahan di kawasan pesisir, varietas padi biosalin juga memiliki keunggulan, yaitu hasil panen yang lebih banyak. Padi biosalin bisa menghasilkan 6-7 ton per hektar. Sebagai perbandingan, padi inpari 32 hanya bisa menghasilkan 3 ton per hektar. Adapun untuk perawatannya, para petani mengaku tidak jauh berbeda antara kedua varietas tersebut.
"Kalau untuk perawatan saya rasa sama saja dengan inpari atau lainnya sama saja. Hanya istilahnya baru saya pupuk satu kali saja karena musim kemarau kekurangan air. Itu memupuk hanya satu kali (hasilnya bagus)," kata Anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki Mangunharjo Kecamatan Tugu, Muhson.
Ita pun berharap, upaya-upaya mengoptimalkan hasil panen padi biosalin ini akan mendorong multiplier effect dan meningkatkan kesejahteraan petani. Terlebih saat ini pemerintah pusat tengah gencar melakukan berbagai inovasi yang menunjang ketahanan pangan.
"Nah diharapkan kalau dengan seperti ini petani-petani yang ada di pesisir juga akan sama sejahteranya dengan petani yang ada di kawasan airnya biasa (tidak payau)," tandasnya.