Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Peternak Sapi di Boyolali Mandi Susu, Gelar Protes Pembatasan Kuota

Peternak sapi perah dan pengepul susu dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menggelar aksi mandi. (IDN Times/Larasati Rey)

Boyolali, IDN Times - Ratusan peternak sapi perah dan pengepul susu dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menggelar aksi mandi susu hingga membuang susu hasil perah peternakan di kawasan Tugu Susu Tumpah, Sabtu (9/11/2024). Mereka menyerukan protes kepada pemerintah atas pembatasan kuota penjualan susu ke pabrik atau industri pengolahan susu (IPS).

1. Aksi peternak membawa 50 ribu liter susu

Peternak sapi perah dan pengepul susu dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menggelar aksi membuang susu ke TPS Winong. (IDN Times/Larasati Rey)

Aksi para peternak dan pengepul susu itu dimulai dengan mengangkut 50 ton atau 50 ribu liter susu dalam puluhan tangki yang dibawa dengan mobil terbuka. Mulai dari lokasi pengepulan, susu tersebut lantas dibawa menuju Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali dan berlanjut ke Tugu Susu Tumpah.

Di kawasan pusat kota itu, para peternak memulai aksi mandi susu di tengah kerumunan warga yang menonton. Mereka juga membuang susu yang tersisa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Winong. 

Para peternak juga membagikan sebagian susu segar kepada warga secara gratis.

 

2. Bentuk protes peternak atas kebijakan pemerintah

Peternakan sapi (Pixabay)

Koordinator Aksi Sriyono Bonggol mengungkap susu yang dibuang tersebut sebagai bentuk keprihatinan para peternak dan pengepul susu sapi. Sementara aksi mandi dengan susu sapi sebagai bentuk solidaritas kepada para peternak.

Ia mengatakan susu yang dibuang berasal dari 20 ribu peternak dari berbagai daerah di Kabupaten Boyolali.

"Jika dirupiahkan, uang yang dibuang dalam aksi ini mencapai Rp 400 juta. Ini sebagai wujud protes terhadap kondisi susu lokal saat ini. Akibat pembatasan kuota itu, setiap hari ada 30 ribu liter susu dari Boyolali tidak bisa diserap oleh pabrik karena alasan pembatasan itu," ujar Sriyono.

Kebijakan itu membuat banyak peternak sapi perah di Boyolali merugi. Sriyono mengungkap, dari 140 ribu liter susu yang dihasilkan peternak setiap hari, sebanyak 30 ribu liter susu di antaranya tidak dapat terserap karena tak dibeli oleh IPS. Bila kejadian tersebut terus berlanjut, maka peternak tak mampu bertahan.

"Jika pengepul tak lagi beroperasi maka peternak yang akan menanggung kerugiannya. Sapi terus makan, sementara susu tak ada yang bisa membelinya," keluhnya.

Menurutnya, kebijakan pemerintah justru menjadi anomali. Selama ini, produksi susu dari peternak hanya 20 persen terserap dari kebutuhan secara nasional, tetapi pabrik besar IPS justru melakukan pembatasan.

"Kami menduga adanya impor susu yang tak dibatasi jadi penyebab utama masalah ini," ujarnya. 

 

3. Dinas Peternakan Boyolali sebut penurunan serapan susu lokal sejak September

Peternak sapi perah dan pengepul susu dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menggelar aksi membuang susu ke TPS Winong. (IDN Times/Larasati Rey)

Atas protes dari para peternak sapi, Kepala Dinas Peternakan (Disnakkan) Boyolali Lusia Diah Suciati mengatakan menurunnya serapan susu lokal oleh IPS mulai terlihat sejak September lalu. Hal itu terjadi karena maintenance pabrik. 

"Alasan kedua kelesuan konsumen (daya beli masyarakat turun). Masalah ketiga, ada perbaikan grade standar kualitasnya,” terang Lusia saat ditemui awak media.

Pihaknya menambahkan, di KUD Mojosongo per hari menampung 23 ribu liter susu lokal. Tapi IPS hanya bisa menerima 16 ribu liter.

"Itu yang kemudian menyebabkan susu yang tak dibeli IPS kembali ditampung di mesin pendingin, sehingga overload. Terjadilah fenomena membuang susu sapi di wilayah Boyolali hingga Pasuruan, Jawa Timur," jelasnya. 

Ia memastikan aksi para peternak dan pengepul susu tak ada kaitannya dengan politik. Hal itu murni karena keprihatinan mereka terhadap persoalan yang mempengaruhi usahanya.

"Ini murni sebagai bentuk keprihatinan kami terkait permasalahan yang sedang kami hadapi dan tidak ada kaitannya dengan politik," tukasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Larasati Rey
EditorLarasati Rey
Follow Us