Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rahmadi, Pejuang Listrik di Jawa: Tiga Dekade Jemput Cahaya untuk Negri

IMG_6987.jpeg
Rahmadi, pensiunan PLN yang saat itu masih bekerja di UP3 Manahan.(Dok/Rahmadi)
Intinya sih...
  • Rahmadi, pejuang listrik di Jawa Tengah selama tiga dekade
  • Membuka jalur listrik di daerah terpencil dengan gotong royong
  • Perubahan besar dalam PLN: gardu induk tersebar, pelayanan digital, dan harapan untuk generasi muda
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surakarta, IDN Times – Di usia 59 tahun Rahmadi masih tampak bersemangat saat mengenang masa-masa awal kariernya di Perusahaan Listrik Negara (PLN). Rambutnya mulai memutih, namun semangat dan nada suaranya tetap penuh energi, seolah kembali ke masa muda ketika ia ikut menyalakan lampu pertama di desa-desa pelosok Jawa Tengah. Ia bukan pejabat tinggi, tapi Rahmadi begitu antusias menceritakan pengalamannya membuka jalur listrik dan sebagai ujung tobak PLN di masyarakat.

“Saya masuk PLN tahun 1985, tepatnya tanggal 18 Juni. Dulu saya di bagian teknik, di PSB — Penyambungan dan Perluasan Jaringan,” kenangnya saat diwawancarai IDN Times di rumahnya, pada Rabu (15/10/2025).

Di masa itu, PLN belum sebesar sekarang. Jaringan listrik masih terbatas di kota-kota besar, sementara sebagian besar masyarakat pedesaan belum menikmati penerangan. Rahmadi dan rekan-rekannya menjadi garda depan dari gerakan besar: listrik masuk desa.

Menjemput Langganan di Daerah Terpencil

IMG_6984.jpeg
Rahmadi, pensiunan PLN yang saat itu masih bekerja di UP3 Manahan.(Dok/Rahmadi)

Bagian Layanan Penyambungan Baru Listrik di UP3 Manahan tempat Rahmadi bekerja bertugas memperluas jaringan listrik ke daerah-daerah yang belum tersentuh. Ia masih ingat betul istilah yang digunakan waktu itu: jemput langganan.

“Kami datang ke desa-desa yang belum ada listrik. Membangun jaringan dari nol. Dari pasang tiang, tarik kabel, sampai nyalakan lampu pertama,” ujarnya.

Pada masa itu, wilayah kerja Rahmadi sangat luas, meliputi Wonogiri, Karanganyar, Boyolali, Sragen, Klaten, hingga perbatasan Gunung Kidul dan Jawa Timur. Ia dan timnya harus melewati medan sulit seperti di gunung, hutan, dan jalan berbatu demi menyalurkan listrik.

“Kadang kami harus buka jalur di hutan. Pohon-pohon ditebang, mengangkat tiang dengan manual, pakai gerobak roda dua. Belum ada kren, belum ada alat berat. Semua dikerjakan gotong royong, antara petugas PLN dan warga,” tuturnya.

Rahmadi tertawa kecil saat mengenang bagaimana dulu mereka bekerja tanpa alat canggih. “Sekarang kan enak, ada kren, ada alat pemutar tiang, semua serba cepat. Kalau dulu, semua manual. Mau geser tiang saja, pakai sayang, tokaki tiga, atau alat kayu sederhana. Tiang kami dorong ramai-ramai,” ujarnya.

Bagi Rahmadi, masa-masa itu bukan sekadar kerja fisik, tapi juga latihan mental dan kebersamaan. Ia menyebut perjuangan di lapangan mengajarkan arti gotong royong sebenarnya.

“Kami satu tim, tapi warga desa juga bagian dari tim itu. Mereka bantu, bukan karena dibayar, tapi karena mereka ingin listrik sampai ke rumahnya. Itu yang paling berkesan,” tambahnya.

Antusiasme Warga yang Tak Terlupakan

IMG_6986.jpeg
Rahmadi, pensiunan PLN yang saat itu memberikan pengarahan kepada timnya saat bekerja di UP3 Manahan.(Dok/Rahmadi)

Rahmadi tak pernah lupa suasana di desa-desa ketika listrik pertama kali menyala. Baginya, momen itu seperti pesta rakyat.

“Masyarakat itu senangnya luar biasa. Kami disambut seperti tamu kehormatan. Warga ikut bantu menyiapkan lahan, bahkan ikut mengangkat tiang. Begitu lampu menyala, semua orang bersorak. Perangkat desa, tokoh masyarakat, semua keluar rumah. Rasanya bangga sekali,” ujarnya dengan mata berkaca.

Kadang perjalanan panjang dan berat terbayar dengan sambutan hangat itu. Karena akses sulit, mereka sering kali harus menginap di lokasi.

“Kalau jaraknya jauh dan jalannya sulit, ya nginap. Bisa di rumah warga, bisa di kantor desa, kadang di tempat vendor. Kalau maksa pulang, bisa habis waktu di jalan,” katanya.

Transportasi pun masih terbatas. Jalanan sebagian besar belum diaspal, dan kendaraan pengangkut sering terjebak di tanjakan berbatu. “Mobil sering nyangkut. Dulu belum ada jalan beton. Kami dorong bareng-bareng, kadang pakai tali. Tapi semangatnya luar biasa. Karena kami tahu, yang kami bawa itu cahaya harapan untuk banyak orang,” tutur Rahmadi.

Kini PLN Berubah, Teknologi Semakin Maju

IMG_6988.jpeg
Rahmadi, pensiunan PLN yang saat itu memberikan pengarahan kepada timnya saat bekerja di UP3 Manahan.(Dok/Rahmadi)

Setelah puluhan tahun, Rahmadi melihat perubahan besar dalam tubuh PLN. Gardu induk kini tersebar di berbagai daerah, jaringan listrik tertata rapi, dan sistem pelayanan sudah serba digital.

“Sekarang tinggal menikmati hasilnya. Dulu jaringan masih acak, sekarang semua sudah tertata, peralatan juga maju. PLN juga sudah punya Yantek, yang langsung tangani laporan pelanggan di lapangan,” katanya bangga.

Menurutnya, kehadiran Yantek (Pelayanan Teknik) membuat pelayanan PLN semakin cepat dan efisien. “Kalau dulu harus koordinasi panjang, sekarang pelanggan tinggal lapor, petugas langsung datang. Itu kemajuan luar biasa,” ujarnya.

Sebagai mantan pegawai PLN yang telah mengabdi lebih dari tiga dekade, Rahmadi berharap generasi muda PLN tidak melupakan semangat pengabdian yang dulu menjadi jiwa perusahaan.

“Saya ini mungkin sudah termasuk veteran PLN. Harapan saya, PLN ke depan makin maju, tapi jangan lupa pada akar perjuangannya. Tetap utamakan keselamatan dan pelayanan kepada masyarakat,” pesannya.

Ia menegaskan bahwa pelanggan kini harus diposisikan sebagai prioritas utama. “Sekarang pelanggan adalah raja. Kalau listrik padam, penanganannya harus cepat. Itu wujud tanggung jawab kita sebagai pelayan publik,” katanya tegas.

Meski telah pensiun, Rahmadi merasa bangga melihat PLN tumbuh pesat menjadi perusahaan modern. Namun, di balik kemajuan itu, ia tak pernah lupa masa-masa penuh peluh dan lumpur di pelosok desa, saat listrik pertama kali menembus gelap malam.

“Dulu kami yang jemput langganan. Sekarang generasi baru tinggal menikmati hasilnya. Tapi semoga mereka tetap ingat, listrik itu bukan sekadar kabel dan tiang, tapi hasil perjuangan bersama untuk menerangi negeri,” tutupnya dengan senyum hangat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us

Latest News Jawa Tengah

See More

Rahmadi, Pejuang Listrik di Jawa: Tiga Dekade Jemput Cahaya untuk Negri

16 Okt 2025, 06:47 WIBNews