Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Kartu Ucapan Lebaran 3D (shopee.com/Rushia Store)

Semarang, IDN Times - Bulan Ramadan tahun 2025 ini rasanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya saya sering mendatangi kegiatan silaturahmi atau bersosialisasi dengan memanfaatkan momen berbuka puasa bersama (bukber) di bulan Ramadan, tahun ini–bahkan dua tiga tahun terakhir–saya kehilangan antusias untuk melakukan itu. 

Tahun ini aktivitas sebelum buka puasa, saya lebih memilih pergi ke kolam renang melakukan terapi air untuk pemulihan sakit syaraf kejepit, lalu berbuka puasa bersama keluarga di rumah. Meskipun tak memungkiri, ada memang momen berbuka puasa dengan teman-teman dekat yang sefrekuensi, tapi itu bisa dihitung dengan jari.

Salah satunya, berbuka puasa bersama kawan-kawan semasa duduk di bangku SMP Negeri 1 Semarang, yang mana mereka juga teman main dan tetangga dekat rumah. Tidak menyangka ada momen saya tiba-tiba berkomunikasi dengan salah satu dari mereka, lalu membuat janji dan mengumpulkan tiga orang teman yang paling dekat dengan kami untuk menggelar buka puasa bersama di rumah teman saya itu. 

Ya…yaaa..buka puasa bersama ini memang sangat terbatas. Hanya lima orang saja. Sebab, semakin dewasa kami semakin sadar, tidak membutuhkan lingkaran pertemanan yang terlalu besar, yang penting berkualitas, tulus, setia, tidak toksik dan saling mengerti.

Dalam acara bukber itu, biar tidak merepotkan tuan rumah, kami sepakat melakukan dengan model potluck. Setiap orang boleh membawa makanan atau minuman apapun yang ingin mereka bawa untuk bukber. Aku memilih membawa daging kelem, masakan spesial ibuku yang disukai oleh kawan-kawanku. Makanan ini membuat teman-temanku berkesan, karena dulu mamaku sering menyajikan tiap mereka main ke rumahku. 

Pada hari H, kami berkumpul jelang waktu berbuka puasa. Sambil menyiapkan dan menata makanan serta minuman yang kami bawa, kami bercerita tentang masa-masa duduk di bangku SMP. Mulai mengenang guru-guru kami yang mengesankan, aktivitas di sekolah yang punya banyak cerita, gebetan hingga cinta monyet tak terlupakan. Kami menertawakan kebodohan dan keculunan kami pada masa 1990-an akhir atau dulu disebut tahun milenium. 

Nah, salah satu momen yang kami kenang saat bukber kemarin adalah tradisi bermaafan saat Lebaran. Meskipun, rumah kami berdekatan, tapi ada tradisi yang selalu dilakukan saat Hari Idulfitri, yakni berkirim kartu Lebaran.

Tradisi berkirim ucapan selamat Lebaran ini dulu sangat marak di zaman kami sekolah. Saya sendiri melakukannya setiap tahun saat Lebaran. Mulai dari menyisihkan uang saku untuk membeli kartu lebaran hingga meminta papaku untuk membelikan perangko.

Saya menulis ucapan maaf dan selamat Lebaran yang berbeda pada setiap nama. Kadang terselip juga pesan dan maaf jika saya pernah melakukan kesalahan secara personal kepada teman tersebut. Ya, tradisi ini memang berbeda dengan kiriman ucapan maaf dan Lebaran pada masa sekarang yang mengandalkan template sama dan dikirim secara broadcast lewat WhatsApp. 

Dulu setiap jelang Hari Idulfitri, yang aku tunggu adalah Pak Pos yang datang membawa kartu Lebaran dari kawan-kawanku. Ada perasaan yang menyenangkan saat menerima kartu Lebaran itu. Kadang aku berlomba dengan papaku, siapa yang paling banyak mendapat kartu Lebaran. Tradisi itu sangat berkesan dan tak terlupakan.

Setelah menerima dan membaca kartu Lebaran dari kawan-kawanku, aku menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Tradisi berkirim kartu Lebaran ini menjadi obrolan kami, gadis remaja 90-an di sela bukber. Begitu indahnya masa itu, meskipun belum ada teknologi yang memudahkan untuk mengirim pesan ucapan Selamat Lebaran.

Kini, tradisi mengirimkan ucapan Hari Idulfitri dengan kartu sudah jarang dilakukan atau mungkin sudah punah karena perubahan zaman. Masyarakat kini cukup menulis kalimat ucapan Lebaran lalu mengirimkannya melalui WhatsApp atau membagikannya di media sosial.

Saya bersama kawan-kawan pun sepakat, mungkin tahun depan kami bisa mengulang memori itu dengan berkirim ucapan Hari Idulfitri dengan kartu Lebaran. Kami berdoa semoga silaturahmi terus berjalan dan pertemanan kami langgeng hingga akhir masa. Aamiin Allahumma Aamiin. 

Editorial Team