5 Tips Mengatasi Diri Sendiri dengan Rasa Egois yang Setinggi Langit

- Bergabung ke lingkungan yang dipenuhi oleh orang-orang egois untuk menyadarkan diri
- Belajar menghargai orang lain jika ingin dihargai, termasuk dalam bersikap tidak egois
- Gunakan rasa egois untuk melindungi diri, tapi tetap dengan batasan dan porsi yang sudah tertakar
Sebagai manusia biasa, tak heran jika kerap kali tampil egois demi menguntungkan dirinya sendiri. Meski tak bisa dibenarkan, nyatanya hal tersebut banyak dianggap normal hingga lumrah terjadi, nih.
Padahal, jika ditelurusi lebih lanjut, memelihara rasa egois apalagi yang setinggi langit itu hanya akan menjerumuskan pelakunya sendiri, lho. Sebaliknya, dengan hidup tidak egois justru punya banyak keuntungan. Lantas, bagaimana cara mengatasi diri yang terlanjur terbiasa egois? Language simak ulasan berikut.
1. Coba bergaul dengan lingkungan yang isinya orang-orang egois

Bisa jadi, selama ini kamu terus bersikap egois karena tak pernah sadar bahwa kamu itu seorang pelaku, bukan korban. Nah, untuk menyadarkan kamu, maka bergabung ke lingkungan yang dipenuhi oleh orang-orang egois bisa jadi pilihan yang bijak.
Di sana, coba rasakan bagaimana menjadi korban dari keegoisan orang-orang. Bukankah begitu menyediakan saat pelaku keegoisan itu bisa menang banyak sedang kamu yang dikorbankan? Ya, kamu sengsara karena perbuatannya.
Setelah kamu mengamati hingga merasakan langsung dampak dari sikap egois yang setinggi langit. Seharusnya kamu bisa sadar bahwa itulah yang kamu lakukan pada orang-orang di sekitarmu. Bagaimana? Masih belum sadar untuk menyudahi keegoisanmu?
2. Terapkan prinsip jika tak ingin diperlakukan egois, maka juga kamu jangan egois

Terlihat klise tapi nyata adanya, bahwa statement untuk bisa belajar menghargai orang lain jika kamu ingin dihargai oleh orang lain pula. Hal tersebut juga berlaku dalam bersikap, termasuk tentang keegoisan, ya.
Jika kamu tak ingin terkena dampak egoisnya seseorang, maka kamu juga ya jangan bersikap egois yang bisa merugikan orang lain. Hidup di alam semesta akan selalu menggunakan hukum tabur tuai. Apa yang kamu tanamkan, ya itu yang ada kamu dapatkan.
3. Jika stop egois demi orang lain terasa sulit, lakukan untuk diri sendiri

Namanya juga sudah terbiasa, apalagi jika dengan bersikap egois itu dapat memberikan banyak keuntungan, punya manfaat yang membahagiakanmu secara sepihak. Tentunya, kamu jadi tak bisa semudah itu lepas dari kebiasaan bersikap egois ke orang lain, ya.
Dengan begitu, satu-satunya cara untuk bisa melawan rasa terbiasamu itu ya dengan keuntungan saat stop bersikap egois. Jika bersikap egois punya keuntungan, maka tidak bersikap egois juga punya keuntungan yang jauh lebih besar lagi, berlipat ganda untuk menggodamu.
Misalnya saja punya manfaat dalam memiliki banyak teman yang bisa saling memahami. Pun punya hubungan dua arah yang saling menguntungkan. Bangun relasi yang baik dengan sekitar, kehidupan sosialmu akan terasa jauh lebih aman, damai, dan nyaman saat tak bersikap egois.
4. Banyak kerugian jika terus memelihara rasa egois

Coba pikirkan, bukankah kamu itu termasuk mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain? Maka, jangan bersikap egois jika merasa masih butuh pertolongan orang lain, ya. Kamu tidak akan pernah tahu orang yang kamu curangi dengan sikap egoismu itu di masa depan akan menjadi sumber pertolongan atau solusi atas masalah hidupmu.
Bisa jadi, sikap egois yang kamu banggakan karena memberikan keuntungan itu hanya bermanfaat saat ini. Tapi, perlahan menghancurkanmu secara jangka panjang. Ingat, tidak bersikap egois bukan artinya jadi orang yang selalu mengalah dan kalah. Tapi, lebih pada hidup bijaksana dengan mengejar kebaikan sesuai porsinya, bukan dengan keserakahan rasa egois.
5. Egois boleh, asal tahu tempat, porsi, dan batasannya

Puncaknya, tak bisa dipungkiri bahwa terkadang keegoisan itu dibutuhkan pada situasi dan kondisi tertentu. Terlebih, untuk menghadapi orang-orang tak tahu diri yang memanfaatkan kebaikanmu.
Jadi, pakai rasa egois itu untuk melindungi diri. Misalnya saja dengan melawan rasa sungkan untuk menolak permintaan tolong orang lain yang menyita banyak waktu dan tenagamu. Belum bisa membantu artinya bukan egois, melainkan lebih pada memprioritaskan diri terlebih dahulu.
Hanya saja, rasa egois itu juga harus ada batasannya, punya porsi yang sudah tertakar. Terlebih harus tahu tempat, karena memang ada momen kamu harus mengalah. Seperti misalnya tak boleh egois memikirkan kepentingan pribadi di atas kepentingan kelompok.
Jadi, kamu boleh dan berhak egois pada momentum tertentu, tapi tak setinggi langit juga yang sampai-sampai merugikan orang lain. Hiduplah penuh keuntungan tanpa merebut apalagi merusak milih orang lain, itulah keegoisan yang bijaksana, ya.