5 Mitos Seputar Hepatitis B yang Bikin Kaget, Cek Faktanya!

- Hepatitis B hanya menular melalui darah, cairan tubuh saat hubungan seksual tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik tidak steril, atau dari ibu ke bayi.
- Hepatitis B sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, namun berisiko menyebabkan kerusakan hati kronis dan membutuhkan tes darah untuk deteksi dini.
- Sebagian besar orang dewasa sehat yang terinfeksi hepatitis B akut bisa pulih dalam enam bulan karena sistem imun mereka berhasil membersihkan virus dari tubuh.
Pernah dengar orang bilang hepatitis B bisa menular lewat pelukan, atau semua penderitanya pasti sakit parah? Eits, jangan gampang percaya! Banyak banget mitos soal hepatitis B yang bikin orang salah paham. Padahal, penyakit ini masih jadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Yuk, kenali fakta sebenarnya supaya gak gampang termakan hoaks kesehatan dan lebih peduli dengan kesehatan hati kamu.
1. Hepatitis B bisa menular lewat pelukan atau ciuman? salah besar!

Masih banyak orang yang mengira hepatitis B bisa menular lewat pelukan, jabat tangan, atau ciuman biasa. Faktanya, virus hepatitis B hanya menular melalui kontak dengan darah, cairan tubuh saat hubungan seksual tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik tidak steril, atau dari ibu ke bayi ketika melahirkan. Artinya, interaksi sehari-hari dengan penderita hepatitis B aman dilakukan.
Mitos ini sering bikin stigma sosial terhadap penderita hepatitis B. Banyak orang dijauhi karena ketakutan yang salah kaprah. Padahal, menurut WHO, penularan hepatitis B tidak bisa terjadi lewat batuk, bersin, berbagi makanan, atau sekadar duduk berdampingan. Edukasi masyarakat jadi sangat penting agar penderita tidak merasa terdiskriminasi.
Dengan memahami fakta ini, kamu bisa lebih peduli dan mendukung mereka yang hidup dengan hepatitis B. Dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Jadi, jangan lagi menjauh hanya karena percaya mitos yang menyesatkan.
2. Tidak semua penderita hepatitis B langsung mengalami sakit parah

Banyak orang mengira kalau seseorang terinfeksi hepatitis B, maka langsung jatuh sakit parah. Padahal, kenyataannya sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala apa pun pada tahap awal. Hepatitis B sering disebut sebagai penyakit “silent” karena bisa berkembang dalam tubuh tanpa tanda-tanda khusus.
Justru karena sifatnya yang “diam-diam”, hepatitis B berisiko besar menyebabkan kerusakan hati kronis. Penderita bisa merasa sehat bertahun-tahun, lalu tiba-tiba didiagnosis sirosis atau kanker hati. Data WHO menunjukkan sekitar 820.000 orang meninggal tiap tahun akibat komplikasi hepatitis B kronis, sebagian besar karena tidak terdeteksi sejak dini.
Inilah alasan kenapa tes darah untuk deteksi hepatitis B sangat penting, apalagi bagi mereka yang punya faktor risiko seperti riwayat transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersama, atau ibu hamil. Skrining rutin bisa menyelamatkan nyawa karena penanganan lebih cepat selalu memberikan hasil yang lebih baik.
3. Hepatitis B tidak bisa sembuh, sama seperti HIV, benarkah?

Ada anggapan bahwa hepatitis B sama seperti HIV, tidak bisa sembuh sama sekali. Faktanya, sebagian besar orang dewasa sehat yang terinfeksi hepatitis B akut bisa pulih dalam enam bulan karena sistem imun mereka berhasil membersihkan virus dari tubuh.
Namun, pada sebagian kasus, infeksi hepatitis B berkembang menjadi kronis. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi yang tertular dari ibu atau anak kecil yang terinfeksi sejak dini. Mereka akan membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mengendalikan virus agar tidak merusak hati. Menurut Verywell Health, meski belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan hepatitis B kronis, terapi antivirus bisa menekan jumlah virus dan mencegah komplikasi serius.
Jadi, hepatitis B tidak sepenuhnya sama dengan HIV. Ada peluang sembuh pada kasus akut, sementara kasus kronis tetap bisa dikelola. Hal ini menunjukkan pentingnya deteksi dini agar penanganan tepat bisa dilakukan sesuai kondisi masing-masing pasien.
4. Vaksin hepatitis B berbahaya dan mahal, ternyata cuma mitos belaka

Mitos yang sering terdengar adalah vaksin hepatitis B berbahaya atau terlalu mahal untuk masyarakat umum. Faktanya, vaksin ini termasuk vaksin paling aman dengan tingkat efektivitas tinggi. WHO bahkan menyebutnya sebagai vaksin pertama yang bisa mencegah kanker, yaitu kanker hati akibat infeksi kronis hepatitis B.
Di Indonesia, vaksin hepatitis B sudah menjadi bagian dari imunisasi rutin nasional. Bayi baru lahir mendapat vaksin HB0 dalam 24 jam pertama kehidupan, lalu dilanjutkan dengan dosis lanjutan secara gratis di fasilitas kesehatan pemerintah. Menurut Kementerian Kesehatan, cakupan imunisasi ini terus ditingkatkan untuk menekan angka infeksi hepatitis B sejak dini.
Dengan fakta ini, tidak ada lagi alasan untuk ragu vaksin hepatitis B. Vaksinasi adalah langkah paling efektif melindungi diri, keluarga, dan generasi mendatang dari ancaman hepatitis B. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.
5. Pengobatan antivirus terlalu mahal dan sulit dijangkau, tidak sepenuhnya benar

Banyak yang khawatir biaya pengobatan hepatitis B kronis sangat mahal. Memang benar, terapi antivirus membutuhkan waktu panjang, bahkan seumur hidup. Namun, kini tersedia obat-obatan efektif seperti entecavir, tenofovir, dan tenofovir alafenamide (TAF) yang lebih aman dan makin terjangkau di banyak negara, termasuk Indonesia.
Kabar baiknya, pemerintah Indonesia mulai memperluas akses terapi antivirus, khususnya untuk mencegah penularan dari ibu hamil ke bayi. WHO melaporkan bahwa sejak 2024, Indonesia sudah memasukkan profilaksis antivirus tenofovir sebagai bagian dari program nasional kesehatan ibu dan anak.
Dengan kebijakan ini, biaya bukan lagi penghalang utama. Akses lebih luas terhadap obat antivirus memungkinkan lebih banyak penderita hepatitis B kronis mendapat penanganan tepat. Ini langkah penting untuk menekan angka komplikasi sekaligus mengurangi beban ekonomi jangka panjang akibat penyakit hati.
Hingga Juli 2025, diperkirakan ada sekitar 6,7 juta orang di Indonesia yang terinfeksi hepatitis B, banyak di antaranya bahkan tidak menyadarinya. Momentum Pekan Peduli Hepatitis B mengingatkan kamu semua untuk tidak sekadar peduli, tapi juga aktif terhadap vaksinasi, skrining rutin, dan dukungan pada penderita.
Meluruskan mitos adalah langkah pertama. Setelah itu, giliran kamu bertindak. Yuk, mulai dari diri sendiri, cek status vaksin, edukasi orang sekitar, dan jangan ragu melakukan tes kesehatan hati. Ingat, peduli sekarang artinya melindungi masa depan kamu dari ancaman hepatitis B.