Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Atasi Honor yang Dirapel, Freelancer Punya Hak Menolak

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Honor yang dirapel memudahkan penghitungan dan transfer bagi pemberi kerja, tetapi menyusahkan bagi pekerja lepas.
  • Pekerja lepas perlu mencatat honor yang belum dibayarkan, melampirkan foto atau salinan pekerjaan, dan hidup hemat.
  • Jika honor dirapel tidak segera cair, pekerja lepas harus waspada agar tidak kalap dalam pengeluaran, serta berani menagih haknya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Honor yang dirapel berarti tidak langsung dibayarkan setelah suatu pekerjaan selesai. Pembayarannya dapat sekalian menunggu honor-honor dari pekerjaan yang lain untuk memudahkan penghitungan. Proses transfer juga menjadi lebih simpel sebab cukup sekali.

Itu keuntungan di pihak pemberi kerja. Namun, bagaimana dengan orang yang bekerja? Walaupun banyak pekerja menerima saja kebijakan tersebut, sebetulnya sistem rapel begini cukup menyusahkan. Khususnya untukmu yang bekerja secara lepas.

Tanpa honor dirapel saja, kamu sudah punya tantangan dalam mengatur keuangan. Pendapatanmu tidak tetap setiap bulannya sehingga honor yang tak segera diterima bisa menambah kecemasanmu akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Belum lagi kalau-kalau klien mengingkari janjinya. Agar kamu lebih tenang dan hakmu aman, perhatikan enam tips ini.

1. Catat setiap honor yang belum dibayarkan

ilustrasi mencatat (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi mencatat (pexels.com/Ron Lach)

Kamu gak boleh percaya begitu saja pada pihak mana pun yang menggunakan jasamu. Kalian harus sama-sama memiliki catatan tentang honor yang belum dibayarkan. Tulis atau ketik di gadgetmu mengenai honor atas pekerjaan apa, kapan, berapa besarnya, serta kapan janji pencairannya. 

Jangan cuma mengandalkan ingatanmu dan mengabaikan pentingnya catatan. Bila kamu sampai lupa sedangkan klien juga kurang jujur, dirimu yang merugi. Apalagi honor yang dirapel baru akan turun 6 atau 12 bulan kemudian. Dengan banyaknya pekerjaan yang kamu terima rasanya mustahil dirimu akan terus ingat detailnya.

Latih dirimu agar tertib melakukan pencatatan. Kamu juga perlu melampirkan foto atau salinan pekerjaan supaya orang lain tidak dapat mengelak dari kewajibannya melakukan pembayaran. Buat catatan secara rapi, sesuai dengan siapa kamu bekerja sama. Jangan dicampur supaya dirimu tak bingung serta menagih pada orang yang salah.

2. Selagi honor belum cair, hidup hemat dengan uang yang ada

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Anna Shvets)

Pekerja kantoran juga bisa mengalami honor yang dirapel. Tapi mereka mempunyai gaji bulanan sehingga untuk belanja kebutuhan sehari-hari masih aman. Sementara itu, freelancer  hidup mengandalkan honor. Ini menuntutmu agar punya kemampuan yang tinggi dalam pengelolaan keuangan. 

Kamu harus akrab dengan konsep hidup hemat supaya tetap mampu bertahan sampai honor-honor cair. Fokus di kebutuhan sehari-hari dulu dan tunda segala bentuk keinginan. Dari mana sumber uangnya? Mau tidak mau dirimu harus memakai pendapatan sebelumnya yang sudah ada di tabungan.

Supaya tabungan gak habis begitu saja, batasi uang yang akan dipakai setiap bulannya. Misalnya, harus cukup 1,5 sampai 2 juta rupiah untuk segala keperluan. Kehidupanmu bakal amat kacau bila tabungan saja tidak punya. Freelancer tak bisa hidup dengan prinsip penghasilan bulan ini buat kebutuhan di bulan yang sama seperti pekerja kantoran.

3. Tapi setelah honor cair juga jangan kalap menggunakannya

ilustrasi banyak uang (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi banyak uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Setelah menahan diri sedemikian rupa selama honor yang dirapel belum cair, waspadai kemungkinan kamu kalap ketika menerimanya. Uang di tanganmu terasa begitu banyak dan cukup untuk apa saja. Sampai di sini, dirimu bisa amat tidak bijaksana dalam membelanjakannya.

Padahal lagi-lagi kamu tak punya penghasilan selain honor-honor itu. Maka seharusnya cairnya semua honor itu gak perlu disikapi secara berlebihan. Tetaplah hati-hati dalam memakai uangmu. Hemat masih menjadi gaya hidup yang paling baik buat pekerja lepas sepertimu.

Kamu boleh memberi reward untuk diri sendiri baik atas kerja keras maupun kesabaranmu dalam menunggu pencairan honor-honor. Namun, tetap mesti ada ukurannya agar uangmu tak banyak habis di situ. Besok-besok barangkali sebagian honormu kembali dirapel dan kamu harus bertahan hidup dengan tabungan.

4. Tagih kalau janji waktu pembayaran tak juga ditepati

ilustrasi percakapan (pexels.com/JULYANE FARIAS)
ilustrasi percakapan (pexels.com/JULYANE FARIAS)

Meski di awal perjanjian tentang waktu pembayarannya sudah jelas, dalam praktiknya dapat tidak berjalan. Entah karena lupa atau hal-hal lain, klien tidak juga mengirimkan honor-honormu. Kamu harus berani menagihnya dan jangan diam saja. 

Jika dirimu menunggu kesadaran darinya, jangan-jangan rekeningmu kering terus. Hubungi pihak yang bekerja sama denganmu. Tanyakan sudah sampai mana proses atas kumpulan honormu. Ingatkan pula perihal jatuh temponya. 

Seharusnya sih, klien langsung memberikan hakmu meski sempat lupa atau ada masalah. Tapi kalau gak, jangan capek buat menagihnya terus karena itu hakmu sekaligus nafkah untuk keluargamu. Apalagi bila jumlahnya lumayan. Apabila banyak honor yang macet direlakan begitu saja, bisa-bisa kamu gagal survive sebagai pekerja lepas.

5. Jangan malu minta transparansi bila ada kejanggalan

ilustrasi menunjukkan catatan (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi menunjukkan catatan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kejanggalan di sini misalnya, perbedaan antara catatanmu dengan perincian klien. Inilah pentingnya kamu mencatat setiap honor yang gak langsung dibayarkan. Juga jika ada potongan-potongan seperti pajak dan biaya transfer yang menurutmu terlalu besar.

Atau malah klien tidak memberikan bukti potong pajak, tetapi honormu tetap dipotong. Kebiasaan buruk klien dalam bekerja sama dengan pekerja lepas harus diubah dengan sikap kritis freelancer sendiri. Gak apa-apa kamu terkesan berisik daripada ke depan terus mengalami kejanggalan yang sama dan merugikanmu.

Semua orang bekerja untuk uang dan setiap pemberi kerja tidak boleh sembarangan mengotak-atik jumlahnya. Kalau mereka tidak siap buat bersikap transparan seharusnya mereka tak bekerja sama dengan siapa pun. Dari cara mereka merespons tuntutanmu mengenai transparansi dapat menjadi pertimbanganmu dalam menerima atau menolak tawaran kerja sama lagi di kemudian hari.

6. Kamu boleh menolak bila masih berupa penawaran

ilustrasi percakapan (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Thirdman)

Boleh gak sih, kamu menolak keinginan klien untuk merapel honormu? Tentu saja dirimu amat berhak sekalipun ada risiko mereka tidak mau memenuhi permintaanmu tentang pembayaran langsung. Itu berarti kalian bisa urung bekerja sama. 

Namun, semua kembali pada pertimbangan pribadimu. Apakah klien benar-benar dapat dipercaya? Hindari silau hanya pada nama besar perusahaan atau janji-janji manisnya. Pikirkan juga seperti apa kebutuhanmu dalam waktu dekat? 

Bila dirimu butuh dana cepat dan gak bisa percaya pada janji klien, tolak saja ketimbang hatimu tidak tenang dan hakmu benar-benar melayang. Jangan terlalu khawatir habis ini dirimu sepi job. Selain rezeki tak akan ke mana, ketegasanmu soal pembayaran justru dapat meningkatkan kesan profesionalitasmu. Kemampuan kerjamu yang tinggi harus segera ditukar honor yang menjadi hakmu.

Persoalan honor yang dirapel sering berbuntut hak freelancer tak terpenuhi dengan baik. Kamu kudu berhati-hati jika bekerja dengan sistem pembayaran honor seperti ini. Sekali ada masalah serius dalam pencairan honor yang dirapel lebih baik dirimu jangan mau lagi bekerja sama dengan orang atau perusahaan yang sama. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Dhana Kencana
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

7 Alasan Dating App Masih Relevan di 2025, Meski Banyak yang Skeptis!

04 Sep 2025, 13:00 WIBLife