5 Alasan Kenapa Banyak yang Menghindari Membaca Buku Self Improvement

- Buku self improvement kurang praktis, lebih banyak teori daripada solusi yang bisa diterapkan langsung.
- Isi buku sering terasa berulang dan tidak memberikan wawasan baru yang berguna bagi pembaca.
- Buku self improvement terlalu idealis, tidak mempertimbangkan realitas kehidupan yang kompleks dan situasi individu pembaca.
Buku self improvement sering dianggap sebagai sumber inspirasi dan motivasi untuk mengubah hidup jadi lebih baik. Banyak orang membacanya untuk mencari cara meningkatkan produktivitas, membangun kebiasaan positif, atau mencapai kesuksesan. Tapi, meskipun buku-buku ini punya manfaat, gak semua orang tertarik buat membacanya. Bahkan, ada yang sengaja menghindari buku self improvement karena beberapa alasan tertentu.
Menariknya, sebagian besar alasan ini gak cuma soal malas baca atau gak punya waktu. Ada banyak faktor lain yang bikin orang skeptis atau ragu buat menghabiskan waktu dengan buku-buku pengembangan diri. Bisa karena pengalaman pribadi, anggapan kalau isinya terlalu berulang, atau bahkan merasa kalau buku-buku ini gak benar-benar membantu. Kalau kamu penasaran kenapa ada banyak orang yang memilih buat menjauhi buku self improvement, berikut beberapa alasan yang paling sering terjadi.
1. Terlalu banyak teori, susah diterapkan di dunia nyata

Salah satu alasan utama kenapa banyak orang menghindari buku self improvement adalah karena isinya lebih banyak teori dibandingkan dengan solusi yang bisa langsung diterapkan. Buku-buku ini sering memberikan konsep-konsep tentang bagaimana cara berpikir positif, mengatur waktu dengan baik, atau membangun kebiasaan sukses, tapi gak semuanya relevan dengan kehidupan nyata. Kadang, apa yang ditulis di buku terasa mudah secara teori, tapi begitu dicoba di dunia nyata, malah terasa sulit atau bahkan mustahil buat diterapkan.
Banyak pembaca yang merasa kalau buku self improvement cuma menawarkan motivasi sesaat tanpa memberikan langkah konkret yang benar-benar bisa membantu mereka. Misalnya, ada buku yang bilang kalau rahasia sukses adalah disiplin dan kerja keras, tapi gak menjelaskan gimana caranya tetap disiplin saat lingkungan sekitar gak mendukung. Akhirnya, orang-orang yang butuh solusi praktis malah merasa kalau buku self improvement gak lebih dari sekadar kumpulan kata-kata penyemangat yang sulit diterapkan.
2. Terlalu umum dan banyak pengulangan

Banyak buku self improvement yang punya pola penulisan mirip satu sama lain. Intinya, mereka mengulang-ulang konsep yang sama dengan cara yang sedikit berbeda. Misalnya, hampir semua buku self improvement pasti membahas tentang pentingnya berpikir positif, membuat target hidup, atau mengelola waktu dengan baik. Padahal, informasi seperti ini sudah sering muncul di berbagai artikel atau video motivasi di internet.
Karena isinya terasa berulang, banyak pembaca yang akhirnya merasa bosan. Mereka mengharapkan sesuatu yang baru, tapi malah menemukan konsep yang sudah mereka tahu sebelumnya. Bahkan, ada beberapa buku yang isinya bisa dirangkum dalam satu halaman karena poin utamanya sebenarnya gak banyak. Ini yang bikin sebagian orang malas membaca buku self improvement, karena mereka merasa gak mendapatkan wawasan baru yang benar-benar berguna.
3. Gak semua masalah bisa diselesaikan dengan self improvement

Salah satu kesalahpahaman yang sering muncul dari buku self improvement adalah anggapan kalau semua masalah bisa diselesaikan dengan mengubah pola pikir dan kebiasaan pribadi. Padahal, gak semua masalah datang dari diri sendiri. Ada faktor eksternal yang gak bisa dikontrol, seperti kondisi ekonomi, lingkungan kerja, atau keadaan sosial yang bisa sangat mempengaruhi hidup seseorang.
Misalnya, ada orang yang sedang mengalami tekanan finansial berat karena kehilangan pekerjaan. Buku self improvement mungkin menyarankan mereka untuk tetap berpikir positif, mengambil kesempatan baru, atau mengembangkan keterampilan baru. Tapi kenyataannya, mencari pekerjaan gak semudah membalikkan telapak tangan, dan berpikir positif aja gak cukup buat mengatasi masalah ekonomi. Hal ini bikin banyak orang merasa kalau buku self improvement terlalu idealis dan gak mempertimbangkan realitas kehidupan yang lebih kompleks.
4. Banyak yang ditulis dari sudut pandang privilege

Sebagian besar buku self improvement ditulis oleh orang-orang yang sudah sukses dan punya kehidupan yang stabil. Mereka berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana mereka mencapai kesuksesan dan berharap orang lain bisa mengikuti jejak yang sama. Masalahnya, gak semua orang punya titik awal yang sama dalam hidup.
Misalnya, seorang pengusaha sukses mungkin mengatakan kalau kunci keberhasilan adalah kerja keras dan pantang menyerah. Tapi, dia mungkin lupa kalau dia punya jaringan yang kuat, akses ke modal, atau kesempatan yang gak semua orang punya. Hal ini bikin beberapa pembaca merasa kalau buku-buku self improvement terlalu berorientasi pada mereka yang sudah punya keistimewaan tertentu. Karena itu, banyak orang merasa gak bisa relate dengan isi buku dan akhirnya memilih buat menghindarinya.
5. Bisa bikin rasa bersalah dan tekanan berlebih

Alih-alih memberi motivasi, buku self improvement justru bisa bikin seseorang merasa bersalah atau terbebani karena merasa belum cukup baik. Banyak buku yang mengajarkan kalau kesuksesan sepenuhnya ada di tangan individu. Kalau seseorang gagal, berarti mereka kurang usaha, kurang disiplin, atau kurang percaya diri. Padahal, seperti yang disebutkan sebelumnya, ada banyak faktor eksternal yang bisa mempengaruhi keberhasilan seseorang.
Tekanan ini bisa bikin seseorang merasa cemas atau malah kehilangan motivasi. Misalnya, ada orang yang sudah mencoba berbagai tips dari buku self improvement tapi tetap merasa gak ada perubahan dalam hidupnya. Akhirnya, mereka malah menyalahkan diri sendiri dan merasa gagal, padahal mungkin yang mereka butuhkan bukan buku self improvement, tapi lingkungan yang lebih mendukung atau bantuan profesional. Inilah alasan kenapa banyak orang justru memilih buat menghindari buku-buku semacam ini, karena mereka gak mau terjebak dalam perasaan bersalah yang gak perlu.
Buku self improvement memang bisa memberikan inspirasi dan wawasan baru, tapi gak semua orang cocok atau merasa terbantu dengan membacanya. Pada akhirnya, membaca atau gak membaca buku self improvement adalah pilihan masing-masing. Jika kamu merasa buku self improvement gak cocok buatmu, gak apa-apa, karena ada banyak cara lain buat terus berkembang tanpa harus membaca buku semacam itu.