Jasa Servis Hape Lesu, Teknisi di Banjarnegara Sebut Banjir Ponsel Murah Jadi Ancaman

- Harga ponsel terjangkau dan tren Konsumen BaruAda kebiasaan membeli ponsel baru daripada memperbaiki yang rusak. Banjirnya ponsel murah dari marketplace online membuat harga perbaikan terasa tidak sebanding.
- Banyak usaha gulung tikarSejumlah jasa servis HP di Banjarnegara terpaksa menutup usahanya, teknisi khawatir akan semakin banyak tenaga kerja kehilangan mata pencaharian.
- Tantangan industri servis di era digital, Perubahan perilaku konsumen di era digital mencerminkan persimpangan apakah jasa servis HP bisa bangkit dengan inovasi, atau perlahan akan hilang ditelan tren teknologi baru.
Banjarnegara, IDN Times - Ratusan pelaku usaha jasa servis handphone (HP) di Kabupaten Banjarnegara kini tengah menghadapi masa sulit. Sejak beberapa bulan terakhir, jumlah pelanggan yang datang menurun drastis. Kondisi ini membuat banyak teknisi mengeluh karena pemasukan harian kian menipis.
Suparno, salah satu teknisi servis HP di Terminal Banjarnegara, mengaku omzetnya turun tajam. Jika dulu ia bisa menerima 5 hingga 10 unit per hari, kini hanya 1 sampai 2 unit yang masuk. Bahkan, tak jarang sehari penuh tanpa pelanggan.
"Dulu sehari bisa dapat 5 sampai 10 unit yang masuk servis, sekarang paling cuma 1 atau 2 atau bahkan tidak ada sama sekali,"ungkap Suparno kepada IDN Times, Sabtu (13/9/2025)
1. . Harga ponsel terjangkau dan tren Konsumen Baru

Ada beberapa faktor yang membuat bisnis servis HP kian lesu. Pertama, kebiasaan masyarakat yang lebih memilih membeli ponsel baru dibanding memperbaiki yang rusak. Kedua, banjirnya ponsel murah dari marketplace online membuat harga perbaikan terasa tidak sebanding dengan membeli perangkat baru.
Hal senada juga disampaikan Arjun (25), warga Desa Blambangan yang juga membuka jasa servis HP. Menurutnya, situasi ini bukan hanya dialami dirinya, tapi hampir semua rekan seprofesi di Banjarnegara.
"Kalau biaya servis sampai Rp400 ribu, banyak orang lebih pilih beli HP baru yang harganya Rp1 jutaan, jadinya kami makin sulit bersaing," tambah Arjun.
2. . Banyak usaha gulung tikar

Dampak dari situasi ini sangat terasa. Sejumlah jasa servis HP di Banjarnegara terpaksa menutup usahanya, sementara yang masih bertahan hanya mengandalkan pelanggan lama atau kenalan.
Teknisi khawatir, jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, akan semakin banyak tenaga kerja kehilangan mata pencaharian. Pada akhirnya, masalah ini bisa memperburuk tingkat pengangguran di Banjarnegara.
Para pelaku jasa servis HP berharap ada terobosan dan dukungan nyata, baik dari pemerintah maupun asosiasi. Misalnya melalui pelatihan keterampilan tambahan agar teknisi bisa beradaptasi dengan tren teknologi baru.
"Kalau ada pelatihan soal software, coding, atau servis perangkat lain selain HP, mungkin kami bisa tetap bertahan. jangan sampai kami ditinggalkan zaman,"ujar Suparno.
3. . Tantangan industri servis di era digital

Suparno menambahkan fenomena ini mencerminkan perubahan perilaku konsumen di era digital. Ketika harga ponsel semakin terjangkau, servis tradisional makin terpinggirkan.
Namun, di sisi lain, kebutuhan akan teknisi dengan keahlian lebih khusus (seperti perbaikan software, laptop, atau perangkat IoT) justru semakin tinggi.
"Banjarnegara dan mungkin daerah lain kini berada di persimpangan apakah jasa servis HP bisa bangkit dengan inovasi, atau perlahan akan hilang ditelan tren teknologi baru,"pungkasnya.