Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Kesalahan Pola Makan Anak yang Bisa Memicu Alergi, Perhatikan!

ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Pengenalan makanan alergen terlalu dini
  • Tidak memperhatikan riwayat alergi dalam keluarga
  • Terlalu cepat beralih ke susu sapi

Alergi makanan pada anak makin sering terjadi dan bisa memengaruhi kesehatan serta tumbuh kembangnya. Beberapa kasus alergi dapat muncul sejak usia dini, terutama jika pola makan tidak diperhatikan dengan baik. Reaksi alergi yang muncul bervariasi, mulai dari ruam kulit, gangguan pencernaan, hingga sesak napas yang berbahaya.

Pola makan yang kurang tepat dapat meningkatkan risiko alergi atau memperparah kondisi yang sudah ada. Kesalahan dalam memberikan makanan kepada anak sering kali tidak disadari, padahal dampaknya bisa berlangsung dalam jangka panjang. Memahami faktor pemicu alergi dari segi pola makan sangat penting agar anak dapat tumbuh sehat tanpa gangguan yang tidak diinginkan.

Supaya kamu tidak salah ambil langkah, yuk intip ketujuh kesalahan pola makan anak yang bisa memicu alergi di bawah ini. Scroll sampai akhir!

1. Pengenalan makanan alergen terlalu dini

ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)

Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah memberikan makanan alergen sebelum sistem pencernaan anak siap. Beberapa jenis makanan, seperti susu sapi, telur, kacang-kacangan, dan makanan laut, dapat memicu reaksi alergi jika diberikan terlalu dini. Pencernaan anak yang masih berkembang belum memiliki enzim yang cukup untuk mengolah zat tertentu dalam makanan tersebut.

Ketika sistem kekebalan tubuh belum terbentuk dengan sempurna, kemungkinan tubuh mengenali zat asing sebagai ancaman menjadi lebih besar, sehingga memicu reaksi alergi. Menunda pengenalan makanan alergen hingga usia yang tepat dapat membantu tubuh anak lebih siap dalam menerimanya.

Disarankan agar makanan berpotensi alergi diberikan secara bertahap setelah sistem pencernaan berkembang lebih baik. Selain itu, pemantauan terhadap reaksi tubuh anak sangat diperlukan setiap kali mencoba makanan baru. Jika muncul tanda-tanda alergi, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga medis untuk menentukan langkah selanjutnya.

2. Tidak memperhatikan riwayat alergi dalam keluarga

ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)

Faktor genetik berperan besar dalam menentukan kemungkinan anak mengalami alergi makanan. Kesalahan yang sering dilakukan adalah mengabaikan riwayat alergi dalam keluarga saat memberikan makanan baru. Jika salah satu orangtua atau saudara kandung memiliki alergi terhadap makanan tertentu, risiko anak mengalami kondisi serupa menjadi lebih tinggi. 

Mengidentifikasi pola alergi dalam keluarga sangat penting untuk menentukan makanan yang perlu dihindari atau diperkenalkan dengan hati-hati. Jika ada riwayat alergi yang kuat, langkah pencegahan seperti konsultasi dengan dokter atau melakukan uji coba makanan dalam jumlah kecil dapat membantu mengurangi risiko. Memahami kondisi keluarga dapat menjadi langkah awal dalam mengelola pola makan anak agar tetap aman dan bergizi.

3. Terlalu cepat beralih ke susu sapi

ilustrasi anak meminum susu sapi (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak meminum susu sapi (freepik.com/freepik)

Susu sapi sering kali dianggap sebagai sumber nutrisi utama bagi anak setelah berhenti menyusu. Namun, kesalahan dalam memberikan susu sapi terlalu cepat dapat meningkatkan risiko alergi. Sistem pencernaan bayi yang belum matang dapat kesulitan mencerna protein dalam susu sapi, sehingga tubuh menganggapnya sebagai zat asing. Hal ini dapat memicu reaksi alergi berupa gangguan pencernaan, ruam kulit, atau bahkan kesulitan bernapas.

Pemberian susu sapi sebaiknya dilakukan secara bertahap setelah anak mencapai usia yang sesuai. Jika terdapat riwayat alergi dalam keluarga, pilihan alternatif seperti susu hipoalergenik atau susu berbasis nabati bisa dipertimbangkan. Memastikan bahwa anak tidak mengalami reaksi negatif setelah mengonsumsi susu sapi sangat penting untuk mencegah risiko alergi yang lebih serius di masa depan.

4. Konsumsi makanan olahan berlebihan

ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/gpointstudio)
ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/gpointstudio)

Makanan olahan yang tinggi pengawet, pewarna, dan zat aditif lainnya sering kali menjadi bagian dari pola makan anak. Kandungan dalam makanan tersebut dapat memicu reaksi alergi pada beberapa anak yang sensitif terhadap bahan tambahan. Selain itu, makanan olahan sering kali mengandung bahan tersembunyi yang dapat menjadi alergen, seperti gluten, susu, atau kedelai.

Mengurangi konsumsi makanan olahan dan menggantinya dengan makanan segar dapat membantu menurunkan risiko alergi. Memilih bahan makanan alami yang lebih sehat dapat memberikan nutrisi yang lebih baik tanpa meningkatkan kemungkinan reaksi alergi. Membaca label makanan dengan cermat juga sangat penting agar anak tidak terpapar zat yang dapat memicu alergi secara tidak sengaja.

5. Tidak melakukan pengenalan makanan secara bertahap

ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)

Beberapa orangtua cenderung memberikan berbagai jenis makanan baru dalam waktu yang berdekatan. Hal ini dapat menjadi kesalahan karena sulit untuk mengidentifikasi makanan mana yang menyebabkan reaksi alergi. Jika anak mengalami gejala alergi setelah mengonsumsi beberapa jenis makanan dalam waktu singkat, menentukan penyebab pastinya akan menjadi lebih sulit.

Melakukan pengenalan makanan satu per satu dengan jeda beberapa hari dapat membantu memantau reaksi tubuh anak secara lebih efektif. Jika muncul tanda-tanda alergi, seperti ruam, muntah, atau diare, makanan terakhir yang dikonsumsi bisa menjadi penyebabnya. Pola pengenalan yang lebih teratur akan membantu orangtua dalam mengelola pola makan anak tanpa risiko alergi yang tidak terdeteksi.

6. Mengabaikan keseimbangan nutrisi

ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah memberikan makanan yang kurang seimbang, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh anak. Kurangnya asupan serat, vitamin, dan mineral dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat anak lebih rentan terhadap alergi. Selain itu, konsumsi makanan yang tinggi gula atau lemak jenuh juga dapat memperburuk reaksi alergi yang sudah ada.

Menyusun pola makan yang mencakup berbagai jenis nutrisi sangat penting untuk mendukung kesehatan anak. Sayur, buah, protein, dan lemak sehat perlu diberikan dalam jumlah yang seimbang untuk membantu tubuh anak lebih kuat dalam menghadapi potensi alergen. Pola makan yang baik tidak hanya mengurangi risiko alergi, tetapi juga membantu perkembangan anak secara keseluruhan.

7. Menghindari semua makanan alergen tanpa diagnosis yang jelas

ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak sedang makan (freepik.com/freepik)

Banyak orangtua langsung menghindari berbagai makanan alergen tanpa adanya diagnosis yang jelas dari tenaga medis. Kesalahan ini dapat menyebabkan anak kehilangan nutrisi penting yang sebenarnya masih dapat dikonsumsi dengan aman. Beberapa makanan yang sering dihindari secara berlebihan, seperti telur, susu, dan kacang-kacangan, sebenarnya mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak.

Jika dicurigai adanya alergi, langkah yang lebih tepat adalah melakukan tes alergi atau berkonsultasi dengan dokter sebelum mengeliminasi makanan tertentu dari pola makan anak. Dengan cara ini, orangtua dapat mengetahui makanan mana yang benar-benar perlu dihindari tanpa mengorbankan kebutuhan gizi anak.

Kesadaran terhadap pola makan yang tepat sejak dini dapat membantu mencegah berbagai risiko alergi pada anak. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, anak dapat tumbuh dengan lebih sehat dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih baik dalam menghadapi berbagai jenis makanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us