Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Jangan Percaya Omongan Motivator, Manis tapi Mematikan!

ilustrasi pria pemimpin (unsplash.com/Austin Distel)
ilustrasi pria pemimpin (unsplash.com/Austin Distel)

Hidup tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, kita membutuhkan motivasi untuk mengembalikan semangat yang telah redup. Mencari motivasi bisa dari berbagai macam cara, salah satunya menonton motivator yang membagikan motivasi hidup. Cara tersebut terbukti ampuh bagi sebagian orang untuk membangkitkan semangat dalam dirinya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah semua perkataan yang diucapkan motivator itu benar? Perkataan motivator yang begitu manis dengan mudah membuat orang yang mendengar ucapannya tergugah. Padahal, tidak semua yang diucapkan motivator itu benar dan dapat dterapkan di kehidupan semua orang. Berikut alasan jangan memercayai omongan motivator.

1. Motivator hanya membicarakan tentang dirinya

ilustrasi cowok pemimpin (unsplash.com/Austin Distel)
ilustrasi cowok pemimpin (unsplash.com/Austin Distel)

Perlu diketahui kalau seorang motivator akan membicarakan tentang hidupnya sebagai pekerjaan. Dia akan terus mengulang cerita hidupnya kepada pada audiens. Kisah hidup yang berujung sukses akan menjadi cerita manis yang akan terus dibagikan kepada audiens.

Padahal, kondisi setiap orang pasti berbeda-beda. Mungkin saja kamu tidak peduli dengan kehidupan motivator dan hanya membutuhkan saran yang konkret. Kenyataannya, motivator hanya terus memberikan pendapat dari sudut pandangannya. Yang kita butuhkan hanyalah solusi berdasarkan masalah dan perspektif kita, bukan dari ucapan motivator yang hanya berdasarkan pengalaman pribadinya saja.

2. Ucapan motivator manis, namun mematikan

ilustrasi pria berbicara (pexels.com/nappy)

Ucapakan motivator ibarat gula, manis tapi membahayakan kesehatan. Pasti banyak orang akan terbuai dengan ucapan yang dilontarkan motivator. Apa yang mereka ucapkan seakan-akan benar dan harus kita ikuti.

Percayalah, hidup tidaklah semudah yang diucapkan motivator. Motivator yang memang hidupnya telah berubah menjadi jauh lebih baik pasti terdapat hal-hal lain yang mendukungnya.

Faktanya, hidup ini kejam dan penuh persaingan. Fakta ini jarang diucapkan motivator karena bisa membuat mental audiens menjadi ciut. Alhasil, kata-kata motivator yang manis akan membuat kamu lalai dan tidak siap menghadapi dunia yang keras ini.

3. Motivator hanya menjual mimpi

ilustrasi cowok berinvestasi (usplash.com/Frank Busch)

Tidak mungkin bagi seorang motivator memberikan kenyataan pahit bagi audiensnya. Mereka pasti akan memberikan mimpi-mimpin manis dari ucapannya. Mereka dengan yakin kalau semua orang akan sukses dan masa depan akan lebih baik. Tapi, apakah faktanya seperti yang disebutkan seorang motivator? Kamu bisa menilai sendiri.

Motivator hanya menjual mimpi-mimpin dari ucapannya tanpa ada garansi. Kamu tentu boleh mengikuti seluruh saran motivator, tapi tidak ada jaminan hidup kamu akan menjadi jauh lebih baik. Sedikit perubahan pada hidup kamu saja sudah harus kamu syukuri.

4. Cara setiap orang tentu berbeda

ilustrasi dua orang yang ngobrol (pexels.com/Jopwell)

Dengan mudah, motivator akan menyuruh kepada audiensnya untuk melakukan atau meninggalkan suatu hal. Sekilas, ucapan tersebut terdengan benar karena dia sendiri yang telah membuktikannya. Motivator seringkali tidak melihat kalau kehidupan orang lain tentu berbeda-beda.

Mungkin ada beberapa saran yang dapat kamu terapkan di kehidupan kamu. Sisanya, kamu harus menemukan cara terbaik dari dalam diri sendiri. Kamu sendirilah yang amat tahu mengenaik kondisi dan cara hidup kamu, makanya kamu tidak perlu mendengarkan berbagai cara hidup dari motivator. Ambil cara hidupnya yang memang cocok dan bermanfaat, tapi jangan sampai seluruh cara hidupnya kamu ambil.

5. Ucapan motivator adalah ilusi dari kesuksesan

ilustrasi pria duduk (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Terdapat perbedaan yang cukup terlihat dari ucapan motivator dan filsuf. Umumnya, motivator akan menyuruh audiensnya untuk memiliki mimpin setinggi-tingginya. Berbeda dengan filsuf kuno yang justru menyuruh kita untuk lebih mensyukuri kehidupan saat ini dan memiliki mempi yang realistis.

Kenyataannya, ucapan filsuf yang justru benar. Kita harus mengejar mimpi yang realistis dengan tetap mensyukuri kehidupan saat ini. Perspektif tentang kesuksesan pun berbeda setiap orang. Kamu tidak harus memiliki mimpi yang terlampau tinggi seperti ucapan motivator sampai-sampai kamu tidak bisa menikmati kehidupan saat ini.

Tidak ada salahnya kalau kamu memercayai ucapan motivator. Mungkin saja kamu mengalami perubahan yang signifikan setelah mengikuti acara motivasi. Yang terpenting, kamu harus meyakini kalau ucapan dari seorang motivator pun belum tentu layak kamu ikuti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Athallah Hanan Adhasubhi
EditorAthallah Hanan Adhasubhi
Follow Us