Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Fakta Vs Mitos Mikroplastik, Berbahaya bagi Kesehatan?

ilustrasi mikroplastik (pexels.com/Katerina Holmes)
Intinya sih...
  • Mikroplastik ditemukan di jaringan tubuh manusia, menimbulkan stres oksidatif dan kerusakan DNA yang berpotensi memicu penyakit serius.
  • Mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, udara, kontak kulit, dan telah ditemukan dalam air minum, makanan laut, garam meja, serta produk makanan olahan.
  • Penelitian menemukan mikroplastik tertanam dalam organ vital seperti paru-paru, hati, dan otak manusia, yang dapat menyebabkan gangguan neurologis seperti Alzheimer dan Parkinson.

Mikroplastik ada di mana-mana, di lautan, udara, bahkan dalam makanan yang kita konsumsi setiap hari. Keberadaannya yang meluas menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap kesehatan manusia.

Namun, banyak informasi yang beredar masih simpang siur. Ada yang menganggapnya tidak berbahaya, sementara yang lain percaya mikroplastik bisa menyebabkan penyakit serius.

Untuk memahami lebih jelas, mari kita bahas beberapa fakta dan mitos seputar mikroplastik. Yuk simak!

1. Mikroplastik tidak berbahaya bagi kesehatan manusia : Mitos

ilustrasi sakit (unsplash.com/Yuris Alhumaydy)

Sebagian orang berpikir bahwa mikroplastik hanya melewati tubuh tanpa menyebabkan efek negatif. Padahal, penelitian telah menemukan mikroplastik di berbagai jaringan tubuh manusia, termasuk paru-paru dan hati.

Tidak hanya itu, eksperimen laboratorium menunjukkan bahwa partikel ini dapat menyebabkan stres oksidatif dan kerusakan DNA dalam sel, yang berpotensi memicu penyakit serius seperti kanker. Para ilmuwan masih terus meneliti bagaimana mikroplastik berinteraksi dengan sel-sel dalam tubuh dan apakah paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan lainnya, seperti gangguan hormon dan peradangan kronis.

2. Mikroplastik dapat masuk ke tubuh melalui berbagai cara : Fakta

ilustrasi mikroplastik (pexels.com/Tara Winstead)

Mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia tidak hanya lewat makanan dan minuman, tetapi juga melalui udara yang kita hirup dan bahkan melalui kontak dengan kulit. Partikel mikroplastik telah ditemukan dalam air minum, makanan laut, garam meja, serta produk makanan olahan.

Selain itu, kamu juga bisa menghirup partikel mikroplastik yang melayang di udara, terutama di dalam ruangan dengan tingkat polusi tinggi, seperti rumah dengan banyak perabot plastik atau daerah perkotaan yang padat kendaraan. Manusia mungkin tidak hanya menelan mikroplastik tetapi juga menyerapnya dalam sistem pernapasan, yang bisa berakibat pada gangguan paru-paru dalam jangka panjang. 

3. Semua penelitian sepakat bahwa mikroplastik berbahaya: Mitos

ilustrasi penelitian (pexels.com/Chokniti Khongchum)

Banyak media yang memberitakan bahwa mikroplastik sangat berbahaya bagi kesehatan, tetapi dunia ilmiah masih memiliki perbedaan pendapat. Sebuah tinjauan terhadap penelitian mikroplastik menemukan bahwa 93% artikel media menyebutkan mikroplastik sebagai ancaman kesehatan, sementara hanya 24% dari penelitian ilmiah yang benar-benar menunjukkan risiko yang signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekhawatiran yang masuk akal, dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia masih belum sepenuhnya dipahami. Beberapa penelitian masih berlangsung untuk menentukan seberapa besar bahaya yang sebenarnya ditimbulkan oleh mikroplastik, apakah hanya sekadar mencemari tubuh atau benar-benar bisa memicu penyakit serius.  Oleh karena itu, penting untuk tidak langsung percaya pada klaim yang belum terbukti secara ilmiah.

4. Mikroplastik sudah ditemukan di organ tubuh manusia: Fakta

ilustrasi mikroplastik (pexels.com/Min An)

Penelitian terbaru menemukan bahwa mikroplastik tidak hanya masuk ke dalam tubuh tetapi juga bisa tertanam dalam organ vital seperti paru-paru, hati, dan bahkan otak manusia. Sebuah studi autopsi mengungkapkan bahwa sejumlah besar mikroplastik ditemukan di korteks prefrontal otak, bagian yang berperan dalam pengambilan keputusan dan kontrol perilaku.

Para peneliti khawatir bahwa jika mikroplastik bisa mencapai otak, maka efek jangka panjangnya bisa melibatkan gangguan neurologis, termasuk penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Meski demikian, penelitian ini masih dalam tahap awal, dan masih diperlukan bukti lebih lanjut untuk mengetahui apakah mikroplastik benar-benar memiliki efek langsung terhadap fungsi otak manusia. 

5. Tidak ada cara untuk mengurangi paparan mikroplastik: Mitos

ilustrasi mikroplastik (pexels.com/Julia M Cameron)

Meskipun sulit untuk benar-benar menghindari mikroplastik, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi paparannya. Menggunakan wadah kaca atau stainless steel daripada plastik, memilih teh daun lepas daripada kantong teh plastik, dan menggunakan filter air untuk minuman sehari-hari bisa membantu mengurangi jumlah mikroplastik yang masuk ke tubuh.

Selain itu, menghindari memanaskan makanan dalam wadah plastik dan mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai juga bisa menjadi solusi efektif. Banyak orang juga mulai memilih pakaian berbahan alami seperti katun dan linen daripada poliester, karena serat mikroplastik dari pakaian sintetis dapat terlepas saat dicuci dan masuk ke dalam sistem air. Dengan menerapkan kebiasaan ini, kamu dapat mengurangi paparan mikroplastik dan menjaga kesehatan tubuh lebih baik.

Perdebatan tentang mikroplastik dan dampaknya terhadap kesehatan masih terus berlangsung. Sementara beberapa penelitian menunjukkan risiko yang signifikan, sebagian lainnya belum menemukan bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa mikroplastik sangat berbahaya. Namun, fakta bahwa mikroplastik telah ditemukan dalam organ tubuh manusia tidak bisa diabaikan begitu saja.

Oleh karena itu, langkah terbaik yang bisa dilakukan saat ini adalah mengurangi paparan mikroplastik sebisa mungkin sambil mendukung penelitian lebih lanjut untuk memahami dampaknya secara lebih mendalam. Mengubah kebiasaan kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan, bisa menjadi langkah awal untuk melindungi diri dari potensi bahaya mikroplastik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ignatius Drajat Krisna Jati
EditorIgnatius Drajat Krisna Jati
Follow Us