5 Hubungan Antara Umur dengan Gangguan Tidur, Alami Perubahan Tidur

- Teror malam dan tidur sambil jalan: Gangguan umum pada anak usia 1-12 tahun. Orang tua perlu menciptakan lingkungan tidur yang aman.
- Delayed Sleep Phase Syndrome (DSPS): Remaja cenderung tidur larut malam, bisa mengganggu produktivitas. Mengatur rutinitas tidur konsisten sangat penting.
- Insomnia & kurang tidur: Banyak orang dewasa muda mengalami susah tidur karena stres, kecemasan, atau tekanan pekerjaan dan kuliah. Kurang tidur kronis bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kelelahan berkepanjangan.
Tidur nyenyak itu penting di setiap usia, tapi seiring bertambahnya umur, pola tidur kita dan tantangan yang muncul bisa berubah drastis. Nah, ini dia 5 cara bagaimana usia memengaruhi kualitas tidur serta gangguan tidur yang umum muncul di setiap tahap kehidupan.
Banyak orang tidak menyadari bahwa usia bisa menjadi faktor besar dalam perubahan tidur yang mereka alami. Yuk simak selengkapnya!
1. Pola tidur pada anak dan remaja

Pada masa anak-anak dan remaja, tidur sangat penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Namun, ada beberapa gangguan tidur yang lebih sering terjadi di kelompok usia ini.
- Teror malam dan tidur zambil jalan: Gangguan ini sering muncul pada anak usia 1 hingga 12 tahun. Teror malam biasanya terjadi saat anak tiba-tiba bangun dari tidur nyenyak dengan berteriak atau menangis, tapi mereka tidak sadar dan tidak ingat kejadiannya keesokan hari. Sementara itu, tidur sambil jalan paling sering terjadi pada anak usia 8–12 tahun. Anak bisa berjalan, berbicara, atau melakukan aktivitas lain tanpa benar-benar bangun. Walaupun terdengar menakutkan, gangguan ini biasanya akan berkurang atau menghilang seiring bertambahnya usia. Orang tua perlu menciptakan lingkungan tidur yang aman dan tenang untuk mengurangi risiko terjadinya hal-hal seperti ini.
- Delayed Sleep Phase Syndrome (DSPS): Remaja sering mengalami perubahan alami dalam jam biologis mereka. Mereka cenderung tidur larut malam dan bangun lebih siang. Sayangnya, hal ini sering bertabrakan dengan jadwal sekolah yang menuntut mereka bangun pagi. Akibatnya, mereka kekurangan tidur dan menjadi mudah mengantuk di siang hari. Jika tidak ditangani, pola tidur seperti ini bisa berlanjut hingga dewasa dan mengganggu produktivitas. Mengatur rutinitas tidur yang konsisten sangat penting untuk mengatasi DSPS.
2. Tantangan tidur pada dewasa usia muda

Saat memasuki usia dewasa muda, banyak orang menghadapi berbagai tantangan baru yang bisa mengganggu pola tidur mereka. Ini dia beberapa tantangan tidur yang terjadi di usia dewasa muda:
- Insomnia: Banyak orang dewasa muda mengalami susah tidur karena stres, kecemasan, atau tekanan pekerjaan dan kuliah. Insomnia bisa membuat sulit tertidur, sering terbangun di malam hari, atau bangun terlalu pagi dan tidak bisa tidur lagi. Gaya hidup seperti begadang, terlalu banyak waktu di depan layar, dan kurang olahraga juga bisa memperburuk masalah ini. Tidur yang tidak cukup dalam jangka panjang bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. Menciptakan rutinitas tidur yang sehat sangat disarankan untuk menghindari insomnia.
- Kurang tidur: Sibuk bekerja, bersosialisasi, dan mengurus hal lain sering membuat orang dewasa muda mengorbankan waktu tidur mereka. Mereka mungkin merasa mampu menahan kantuk, tetapi kurang tidur bisa menurunkan daya ingat, memperburuk suasana hati, dan meningkatkan risiko penyakit. Efeknya bisa langsung terasa atau muncul secara bertahap. Kurang tidur kronis bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kelelahan berkepanjangan. Itulah sebabnya tidur minimal 7-8 jam per malam sangat disarankan untuk kelompok usia ini.
3. Gangguan tidur di usia paruh baya

Saat memasuki usia 40-an hingga 60-an, tubuh mulai mengalami banyak perubahan, termasuk dalam hal hormon dan kesehatan yang bisa berdampak pada tidur. Beberapa orang dalam rentang usia ini mengalami gangguan tidur seperti:
- Sleep apnea: Gangguan ini ditandai dengan napas yang berhenti sejenak selama tidur, lalu disusul dengan dengkuran keras. Sleep apnea semakin umum di usia paruh baya, terutama pada orang yang memiliki berat badan berlebih. Selain membuat tidur terganggu, kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami sleep apnea karena gejalanya terjadi saat tidur. Pemeriksaan medis dan penggunaan alat bantu tidur seperti CPAP bisa sangat membantu.
- Restless legs syndrome (RLS): Ini adalah kondisi di mana seseorang merasa tidak nyaman di kaki dan punya dorongan kuat untuk menggerakkannya, terutama saat sedang berbaring atau mencoba tidur. Rasa tidak nyaman ini bisa berupa sensasi geli, kesemutan, atau seperti ditarik. Gangguan ini bisa sangat mengganggu tidur malam, dan jika dibiarkan, dapat menyebabkan kelelahan di siang hari. Faktor genetik, kekurangan zat besi, atau gangguan saraf bisa menjadi penyebabnya. Mengubah pola makan, rutin olahraga ringan, dan konsultasi dengan dokter bisa menjadi solusi yang efektif.
4. Tidur di usia lanjut

Tidur pada orang lanjut usia mengalami banyak perubahan yang seringkali menyebabkan gangguan tidur. Berikut adalah gangguan tidur yang dialami kelompok orang lanjut usia:
- Advanced sleep phase syndrome: Lansia cenderung merasa mengantuk lebih awal di malam hari dan bangun terlalu pagi. Perubahan ritme sirkadian ini sering membuat mereka sulit menyesuaikan diri dengan aktivitas sosial atau keluarga. Walaupun tidur mereka masih cukup secara durasi, banyak yang merasa tidurnya tidak nyenyak. Mengatur pencahayaan alami dan menjaga rutinitas tidur bisa membantu mengelola gangguan ini.
- Tidur terfragmentasi: Orang tua cenderung terbangun lebih sering di malam hari, dan durasi tidur nyenyaknya pun semakin pendek. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh nyeri kronis, masalah kandung kemih, atau efek samping obat-obatan. Hasilnya, banyak lansia merasa lelah meskipun tidur cukup lama. Kurangnya tidur berkualitas juga dapat memperburuk kondisi kesehatan lainnya. Mengidentifikasi penyebab dan berkonsultasi dengan dokter bisa membantu memperbaiki kualitas tidur mereka.
- Peningkatan risiko gangguan tidur: Semakin tua usia seseorang, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami gangguan tidur seperti insomnia, sleep apnea, atau gangguan gerakan saat tidur. Faktor-faktor seperti penyakit kronis, konsumsi obat-obatan, dan penurunan hormon melatonin dapat memperparah situasi. Menerapkan gaya hidup sehat dan pengawasan medis sangat penting untuk menjaga kualitas tidur di usia ini.
5. Dampak kognitif dari gangguan tidur di segala usia

Tidur yang terganggu tidak hanya membuat tubuh lelah, tapi juga memengaruhi fungsi otak. Berikut adalah beberapa dampak kognitif yang terjadi akibat gangguan tidu:
- Masalah daya Ingat dan konsentrasi: Kurang tidur secara terus-menerus dapat menyebabkan sulit fokus, pelupa, dan penurunan kinerja mental. Hal ini bisa dialami di semua usia, mulai dari remaja hingga lansia. Otak membutuhkan tidur untuk memperkuat memori dan menyusun informasi yang diterima sepanjang hari. Tanpa tidur yang cukup, otak kesulitan bekerja optimal.
- Risiko penyakit saraf: Pada usia lanjut, gangguan tidur yang kronis seperti insomnia atau sleep apnea telah dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit neurodegeneratif, termasuk Alzheimer dan demensia. Tidur yang terganggu dapat mempercepat penumpukan plak di otak yang menjadi ciri khas penyakit tersebut. Menjaga tidur yang cukup dan berkualitas sejak dini bisa menjadi salah satu cara mencegah penurunan fungsi otak.
Hubungan antara usia dan gangguan tidur sangat erat dan nyata. Mengenali perubahan tidur berdasarkan tahap usia dapat membantumu mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kualitas tidur. Jangan abaikan sinyal-sinyal gangguan tidur, karena dampaknya bisa serius terhadap kesehatan fisik dan mental. Tidur bukan sekadar istirahat, tapi juga fondasi penting untuk hidup sehat dan bahagia di setiap fase kehidupan.