Rajin Keliling Kampung, Mungkin Pria Ini yang Sudah Perbaiki Payungmu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Suhu udara yang panas di Kota Semarang tak menyurutkan niat Sumiat untuk mengais rezeki. Sedari pagi, pria berkulit legam tersebut sudah menyusuri puluhan gang sempit di sejumlah kelurahan.
Di usianya yang tak muda lagi, langkah kakinya masih gesit. Siang itu, ia mampir di Jalan Menoreh. Ia membawa sejumlah tongkat besi saat rutin keliling kampung. Tongkat yang menyerupai bentuk payung itulah yang jadi peralatannya tatkala sedang memperbaiki payung milik warga yang rusak.
"Setiap hari kerjaan saya nyervis payung, berangkat dari rumah pagi-pagi, seringnya satu rombongan sama teman sekampung," aku pria asli Kecamatan Boja, Kendal tersebut, Rabu (30/9/2020).
1. Pak Sumiat rutin blusukan ke puluhan kampung
Sudah tak terhitung berapa banyak payung milik warga Semarang yang sudah diperbaikinya. Yang pasti, Sumiat berkata pekerjaannya sebagai tukang reparasi payung sudah ia lakoni sejak 30 tahun terakhir.
Payung yang ia perbaiki biasanya dalam kondisi robek, gagangnya patah maupun jahitannya copot. Saban hari ia berangkat ke Semarang dengan menumpang truk pengangkut sayur. Sejak Subuh ia sudah berpamitan kepada keluarganya untuk pergi ke Ibukota Jateng.
"Biasanya pagi sampai badan capek. Saya sudah hampir 30 tahun keliling jalan kaki reparasi payung," katanya.
Baca Juga: 5 Alasan Kalau Pepatah 'Sedia Payung Sebelum Hujan' Itu Ada Benarnya
2. Kalau lagi hoki, Pak Sumiat bisa dapat Rp200 ribu sehari
Editor’s picks
Debu jalanan yang berterbangan tak ia hiraukan. Gang-gang sempit ia sambangi. Hingga siang hari, Sumiat mengaku sudah memasuki 20 gang.
Penghasilan yang ia peroleh pun tak menentu. Tiap payung yang diperbaiki, ia hanya memasang tarif Rp10 ribu. Jika sedang hoki, ia bisa mengumpulkan beberapa ratus ribu rupiah. Namun, bila kondisinya sedang sepi, ia harus pulang dengan tangan hampa.
"Sehari pas laris bisa ngumpulin Rp200 ribu. Tapi seringnya gak dapat uang sama sekali,"
"Sekarang lagi sepi, mau gimana lagi. Biasanya reparasi payung rame pas rendeng di Januari, Februari, Maret. Ini kan belum masuk banyak hujan. Cuma sebatas hujan rintik-rintik," jelasnya.
3. Pak Sumiat andalkan kemampuannya sebagai tukang reparasi payung untuk hidup keluarganya
Sumiat hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini. Bagi pria kelahiran kelahiran 1959 tersebut, jasa reparasi payung jadi modal satu-satunya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
"Garapan kayu sedang sepi. Di rumah butuh ini dan itu. Kalau nggak mayung mau kerja apa," ungkapnya.
Baca Juga: 13 Produk Inovasi Unik Xiaomi yang Gak Kamu Tahu, Ada Payung Juga!