Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda Kamu dan Pasangan Punya Love Language yang Bertolak Belakang, Perlu Penyesuaian!

ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)
Intinya sih...
  • Kamu merasa effort kasih sayang yang diberikan gak pernah cukup atau tepat sasaran
  • Sering terjadi salah paham meskipun niat masing-masing baik
  • Ada perasaan bahwa pasangan gak berusaha atau kurang romantis

Pernah gak sih kamu merasa sudah berusaha banget nunjukin rasa sayang ke pasangan, tapi dia malah terlihat cuek atau gak terlalu appreciate? Atau sebaliknya, pasanganmu sudah memberikan perhatian dengan caranya sendiri, tapi kamu justru merasa kurang tersayang? Nah, bisa jadi kamu punya love language yang bertolak belakang. Love language adalah cara unik setiap orang dalam mengekspresikan dan menerima kasih sayang, dan sayangnya gak semua pasangan punya bahasa cinta yang sama.

Ketika love language berbeda drastis, komunikasi emosional jadi terhambat meskipun niat masing-masing baik. Misalnya, kamu tipe yang butuh kata-kata manis buat merasa disayang, tapi pasanganmu lebih suka ngungkapin cinta lewat tindakan praktis kayak masakin atau beresin rumah. Akibatnya, kalian bisa saling merasa gak dihargai padahal sebenarnya sama-sama sayang. Biar hubungan kalian gak stuck di miscommunication terus, yuk kenali lima tanda kalau kalian punya love language yang bertolak belakang dan butuh penyesuaian!

1. Kamu merasa effort kasih sayang yang diberikan gak pernah cukup atau tepat sasaran

ilustrasi pasangan (pexels.com/Katerina Holmes)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Katerina Holmes)

Salah satu tanda paling jelas kalau love language kamu berdua bertolak belakang adalah ketika kamu sudah berusaha keras memberikan perhatian, tapi pasangan malah terlihat biasa aja atau bahkan gak responsive. Misalnya, kamu rajin ngirimin pesan romantis dan ngomong "aku sayang kamu" setiap hari, tapi pasanganmu malah terlihat bosan atau cuma bales dengan emoticon doang. Padahal buatmu, kata-kata adalah cara utama merasakan dan mengungkapkan cinta.

Hal ini juga bisa terjadi sebaliknya. Pasanganmu mungkin sudah capek-capek mengajak quality time bareng atau ngasih kado-kado kecil, tapi kamu malah merasa itu biasa aja karena yang kamu butuhkan adalah physical touch atau acts of service. Ketika usaha kasih sayang yang diberikan gak "nyampe" ke hati masing-masing, itu tandanya perlu ngobrol tentang cara kamu masing-masing merasa cinta dan mulai belajar "bahasa" pasangan.

2. Sering terjadi salah paham meskipun niat masing-masing baik

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perbedaan love language sering banget jadi sumber kesalahpahaman yang sebenernya gak perlu terjadi. Kamu mungkin merasa pasangan gak peduli karena dia jarang ngomong kata-kata manis, padahal dia sudah nunjukin sayang dengan cara dia sendiri. Atau sebaliknya, pasanganmu merasa kamu gak appreciate usahanya karena kamu gak terlalu excited sama surprise atau gift yang dia kasih.

Contoh klasiknya adalah ketika kamu capek dan pengin dipeluk atau didengarkan curhatnya, tapi pasangan malah langsung nyaranin solusi praktis atau nawarin bantuan mengerjakan sesuatu. Buatmu, yang dibutuhkan adalah physical touch atau words of affirmation, tapi pasangan mikir acts of service adalah cara terbaik bantuin kamu. Akibatnya, kamu berdua merasa frustrasi meskipun sama-sama punya niat baik. Salah paham kayak gini akan terus berulang kalau kalian gak mulai belajar "ngomong" dalam bahasa cinta yang dipahami masing-masing.

3. Ada perasaan bahwa pasangan gak berusaha atau kurang romantis

ilustrasi pasangan (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Ketika love language berbeda jauh, sering muncul perasaan kalau pasangan kurang berusaha atau gak romantis. Kamu yang butuh quality time mungkin merasa pasangan gak peduli karena dia lebih sering kasih kado daripada mengajak ngobrol atau jalan bareng. Atau kamu yang butuh physical touch merasa hubungan kamu kurang intimate karena pasangan lebih ekspresif lewat kata-kata daripada sentuhan fisik.

Perasaan ini sebenernya wajar banget karena kita cenderung mengukur kasih sayang berdasarkan cara kita sendiri mengungkapkan cinta. Kalau kamu tipe yang suka memberi surprise dan gift, kamu bakal expect hal yang sama dari pasangan. Tapi kalau pasanganmu lebih tipe acts of service yang lebih suka nunjukin sayang lewat bantuan praktis, dia mungkin gak kepikiran buat kasih surprise karena menurutnya itu gak penting. Padahal, dia sudah nunjukin sayang dengan caranya sendiri yang mungkin kamu gak recognize sebagai bentuk kasih sayang.

4. Komunikasi sering terasa gak nyambung meskipun topiknya sederhana

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Perbedaan love language gak cuma mempengaruhi cara kamu berdua mengungkapkan cinta, tapi juga cara kalian berkomunikasi secara umum. Kamu mungkin butuh validasi verbal dan kata-kata penyemangat ketika lagi down, tapi pasangan malah langsung ambil action buat bantu tanpa ngomong apa-apa. Atau sebaliknya, kamu sudah kasih solusi praktis pas pasangan cerita masalahnya, tapi dia malah merasa kamu gak dengarkan dengan baik.

Contohnya, ketika kamu cerita tentang hari yang berat di kantor, kamu mungkin pengin didengerin dan dikasih kata-kata penyemangat. Tapi kalau pasanganmu tipe acts of service, dia bakal langsung nawarin bantuan praktis kayak "besok aku anterin ke kantor aja biar gak capek naik transportasi umum." Buat dia, itu adalah cara nunjukin empati dan dukungan, tapi buatmu mungkin terasa kayak dia gak bener-bener dengarkan perasaanmu. Komunikasi kayak gini sering terasa gak nyambung padahal sebenernya kamu sama-sama care.

5. Masing-masing merasa gak dihargai atau dimengerti oleh pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Tanda paling serius dari perbedaan love language adalah ketika kamu sama-sama merasa gak dihargai atau dimengerti, meskipun masing-masing sudah berusaha. Kamu mungkin merasa effort yang kamu kasih gak pernah disadari pasangan, sementara pasangan juga merasa hal yang sama. Perasaan ini bisa bikin kalian jadi defensive atau malah jadi malas berusaha karena merasa percuma.

Misalnya, kamu sudah rajin banget mengerjakan tugas rumah tangga dan mengurus kebutuhan praktis pasangan (acts of service), tapi dia malah komplain karena kamu jarang mengajak ngobrol atau spend time bareng (quality time). Sementara itu, kamu merasa gak fair karena sudah capek-capek mengurus semuanya tapi gak diapresiasi. Perasaan gak dihargai ini bisa bikin hubungan jadi toxic kalau gak segera di-address. Yang penting adalah ngobrol terbuka tentang apa yang kamu masing-masing butuhkan buat merasa disayang dan dihargai.

Punya love language yang berbeda sebenarnya bukan masalah besar, asalkan kalian mau belajar dan saling menyesuaikan. Yang penting adalah komunikasi yang jujur tentang kebutuhan emosional masing-masing dan effort dari kedua belah pihak buat "belajar bahasa" pasangan. Ingat, cinta itu gak cuma tentang kasih, tapi juga tentang cara kita mengkomunikasikan kasih itu dengan cara yang bisa dipahami dan dirasakan oleh orang yang kita sayang. Jadi, mulai sekarang, coba deh ngobrol sama pasangan tentang love language kamu masing-masing dan mulai eksperimen dengan cara-cara baru buat nunjukin sayang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us