Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tips Mengelola Hubungan dengan Pasangan yang Workaholic, Jangan Sampai Terabaikan!

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi pasangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Komunikasikan kebutuhan emosionalmu dengan jelas dan spesifik
  • Buat jadwal khusus untuk waktu bersama dan konsisten melaksanakannya
  • Dukung passion kerja mereka sambil tetap menjaga boundaries yang sehat

Punya pasangan yang workaholic memang dilema tersendiri. Di satu sisi, kamu bangga punya partner yang berdedikasi tinggi dan ambisius dalam karier. Tapi di sisi lain, kamu sering merasa terabaikan karena waktu dan perhatiannya lebih banyak tersedot untuk pekerjaan. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, bukan gak mungkin hubungan kamu jadi renggang dan kehilangan keintiman yang dulu pernah terjalin erat.

Workaholic bukan sekadar kebiasaan kerja keras, tapi lebih ke obsesi terhadap pekerjaan yang sulit dikontrol. Pasangan workaholic cenderung sulit melepaskan diri dari rutinitas kerja, bahkan di waktu libur atau momen-momen penting. Mereka sering merasa bersalah kalau gak produktif dan selalu khawatir ada deadline yang terlewat. Nah, daripada hubungan kamu jadi korban dari kebiasaan ini, yuk simak lima tips ampuh untuk mengelola hubungan dengan pasangan workaholic tanpa harus mengorbankan kebahagiaan kamu berdua!

1. Komunikasikan kebutuhan emosionalmu dengan jelas dan spesifik

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Katerina Holmes)
Ilustrasi pasangan (pexels.com/Katerina Holmes)

Salah satu kesalahan terbesar dalam hubungan dengan workaholic adalah mengharapkan mereka bisa menebak apa yang kamu butuhkan. Pasangan workaholic biasanya sangat fokus pada tugas dan target, sehingga mereka gak selalu peka terhadap kebutuhan emosional orang lain. Daripada marah-marah atau ngambek karena merasa diabaikan, lebih baik kamu komunikasikan kebutuhanmu dengan jelas dan spesifik.

Misalnya, daripada bilang "kamu gak pernah ada waktu buat aku," coba ganti dengan "aku butuh quality time sama kamu minimal 2 jam setiap akhir pekan tanpa gangguan pekerjaan." Dengan komunikasi yang spesifik, pasanganmu bisa lebih mudah memahami apa yang kamu harapkan dan merencanakan waktu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ingat, workaholic biasanya lebih responsif terhadap permintaan yang jelas dan terstruktur daripada keluhan yang abstrak.

2. Buat jadwal khusus untuk waktu bersama dan konsisten melaksanakannya

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Klaus Nielsen)
Ilustrasi pasangan (pexels.com/Klaus Nielsen)

Pasangan workaholic biasanya hidup dengan jadwal yang ketat dan terstruktur. Nah, kamu bisa memanfaatkan sifat ini dengan membuat jadwal khusus untuk waktu bersama yang diperlakukan sama pentingnya dengan meeting kerja mereka. Diskusikan dengan pasangan kapan waktu yang ideal untuk kamu berdua, lalu jadikan itu sebagai komitment yang gak bisa diganggu gugat.

Contohnya, kamu bisa sepakat untuk dinner bersama setiap hari Jumat tanpa membahas pekerjaan, atau menghabiskan Minggu pagi untuk jalan-jalan tanpa bawa laptop. Yang penting, jadwal ini harus diperlakukan sebagai appointment yang sacred, bukan sesuatu yang bisa dibatalkan begitu saja kalau ada urgent call dari kantor. Dengan sistem seperti ini, pasangan workaholic akan lebih mudah mengalokasikan waktu untuk hubungan karena sudah masuk dalam "to-do list" mereka.

3. Dukung passion kerja mereka sambil tetap menjaga boundaries yang sehat

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Liliana Drew)
Ilustrasi pasangan (pexels.com/Liliana Drew)

Jangan pernah meminta pasangan workaholic untuk completely stop atau mengurangi dedikasi kerja mereka secara drastis, karena hal ini justru bisa bikin mereka stress dan malah jadi lebih defensive. Sebaliknya, tunjukkan bahwa kamu mendukung passion dan ambisi mereka, tapi dengan batasan yang jelas untuk menjaga keseimbangan hubungan.

Kamu bisa bilang, "Aku bangga sama dedikasi kerjamu, tapi aku juga butuh versi dirimu yang gak selalu mikirin deadline." Dengan approach yang supportive, pasanganmu akan merasa dihargai dan gak merasa guilty tentang work ethic mereka. Di sisi lain, kamu juga perlu tegas soal boundaries, misalnya gak boleh ada conference call saat dinner atau weekend adalah waktu yang sacred untuk hubungan. Balance antara dukungan dan batasan ini yang akan bikin hubungan kamu tetap harmonis.

4. Kembangkan kehidupan sosial dan hobi pribadi yang fulfilling

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)
Ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)

Salah satu kesalahan fatal dalam hubungan dengan workaholic adalah menjadikan mereka sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan dan interaksi sosial. Kalau kamu terlalu bergantung pada pasangan untuk segala bentuk hiburan dan companionship, kamu akan selalu merasa frustrated ketika mereka sibuk bekerja. Makanya, penting banget untuk mengembangkan kehidupan pribadi yang memuaskan dan gak bergantung pada kehadiran pasangan.

Coba ikut komunitas hobi, jaga friendship dengan teman-teman lama, atau develop skill baru yang udah lama kamu pengen pelajari. Dengan begitu, kamu punya sumber kebahagiaan sendiri dan gak akan merasa hampa ketika pasangan sedang dalam mode workaholic. Justru, ketika kamu punya kehidupan yang interesting dan fulfilling, pasanganmu akan lebih tertarik untuk menghabiskan waktu bersamamu karena kamu punya banyak cerita dan pengalaman menarik untuk dibagi.

5. Bantu mereka mengenali tanda-tanda burnout dan encourage work-life balance

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Workaholic sering gak sadar kalau mereka udah mencapai titik jenuh atau burnout karena terlalu fokus pada produktivitas. Sebagai pasangan, kamu punya posisi unik untuk mengobservasi perubahan mood, tingkat stress, atau gejala kelelahan yang mungkin mereka abaikan. Jadi partner yang care dengan mengingatkan mereka untuk istirahat ketika kamu melihat tanda-tanda kelelahan.

Gak perlu dramatic atau preachy, cukup subtle reminder seperti "Kamu terlihat capek hari ini, gimana kalau kita order makanan favorit dan nonton film bareng?" atau "Udah lama kita gak jalan-jalan, weekend ini gimana kalau kita explore tempat baru?" Dengan approach yang gentle dan caring, kamu bisa membantu pasangan menyadari pentingnya work-life balance tanpa terkesan menggurui atau mengkritik work ethic mereka. Ingat, perubahan harus datang dari kesadaran mereka sendiri, dan tugasmu adalah menjadi support system yang positif dalam proses tersebut.

Mengelola hubungan dengan pasangan workaholic memang butuh kesabaran ekstra dan strategi yang tepat. Yang paling penting adalah jangan sampai kamu kehilangan identitas diri sendiri dalam proses ini. Ingat, hubungan yang sehat adalah yang saling melengkapi, bukan yang saling mengorbankan. Dengan komunikasi yang baik, boundaries yang jelas, dan dukungan yang konsisten, hubungan kamu bisa tetap strong meskipun menghadapi tantangan workaholic. Jadi, siap untuk mencoba tips-tips di atas dan bikin hubungan kamu jadi lebih balanced dan bahagia?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us