Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Perbedaan Sindiran Halus dan Sarkasme Pedas, Jangan Sampai Kena!

Ilustrasi berbincang dengan atasan (Pexels.com/August de Richelieu)
Intinya sih...
  • Sindiran halus dan sarkasme memiliki perbedaan signifikan dalam gaya komunikasi sehari-hari.
  • Nada bicara yang tenang dan pesan ganda menandai sindiran halus, sementara sarkasme cenderung tajam dan menyakitkan.
  • Reaksi terhadap sindiran halus biasanya santai, sementara sarkasme bisa memicu reaksi emosional dan konflik.

Pernah gak sih, kamu dengar seseorang ngomong sesuatu yang terdengar manis di telinga, tapi kok rasanya nyelekit di hati? Nah, itu bisa jadi sindiran halus atau malah sarkasme pedas. Dalam kehidupan sehari-hari, dua gaya komunikasi ini sering digunakan, entah buat bercanda, menyampaikan ketidaksetujuan, atau bahkan untuk menyindir seseorang secara halus.  

Meski terdengar mirip, sindiran halus dan sarkasme punya perbedaan yang cukup signifikan. Sindiran halus biasanya dikemas dengan cara yang lebih sopan dan bisa bermakna ganda, sementara sarkasme lebih blak-blakan dan cenderung menyakitkan. Biar gak salah paham dan malah kena sindiran tanpa sadar, yuk, kenali beberapa perbedaan antara sindiran halus dan sarkasme berikut ini!  

1. Nada bicara: lembut vs tajam

Ilustrasi berbincang dengan atasan (Pexels.com/August de Richelieu)

Salah satu cara paling mudah buat membedakan sindiran halus dan sarkasme adalah dari nada bicaranya. Sindiran halus biasanya disampaikan dengan nada yang tetap tenang dan cenderung terdengar seperti pujian atau pernyataan biasa. Bahkan, kalau gak peka, orang yang disindir mungkin gak langsung sadar kalau itu adalah sindiran.  

Sebaliknya, sarkasme sering kali disampaikan dengan nada yang lebih tajam, sinis, atau bahkan ketus. Terkadang, orang yang menggunakan sarkasme juga menambahkan ekspresi wajah tertentu, seperti menaikkan alis atau memberikan senyuman sinis, yang makin memperjelas maksud dari ucapannya. Jadi, kalau kamu merasa ada seseorang yang berbicara dengan nada yang terdengar agak menyakitkan, bisa jadi itu adalah sarkasme, bukan sekadar sindiran halus.  

2. Tujuan: mengingatkan atau menyindir

Ilustrasi berdebat dengan pasangan (Pexels.com/Alex Green)

Perbedaan lain yang cukup jelas, ada pada tujuan penggunaannya. Sindiran halus biasanya digunakan untuk mengingatkan atau memberi pesan secara tidak langsung tanpa menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, kalau ada teman yang selalu telat datang ke acara, kamu mungkin berkata, “Wah, kita beruntung banget bisa lihat kamu hari ini, padahal biasanya sibuk kayak pejabat!” Nada ini terdengar ringan dan bercanda, tapi sebenarnya menyampaikan pesan bahwa dia sering terlambat.  

Sementara itu, sarkasme lebih cenderung digunakan untuk menyindir dengan nada yang lebih tajam dan bisa menyakitkan. Misalnya, kalau ada teman yang datang telat, orang yang sarkas bisa berkata, “Wah, gak nyangka banget kamu bisa datang, aku kira udah gak kenal kita lagi.” Nada seperti ini bisa membuat orang yang disindir merasa tersinggung atau bahkan marah. Jadi, meskipun terkadang lucu, sarkasme tetap harus digunakan dengan hati-hati agar gak menyinggung perasaan orang lain.  

3. Efek pada lawan bicara: bingung vs tersinggung

Ilustrasi berbicara serius (Pexels.com/Christina Morillo)

Reaksi orang yang menerima sindiran halus dan sarkasme juga bisa sangat berbeda. Ketika menerima sindiran halus, seseorang mungkin akan merasa bingung dan bertanya-tanya apakah itu sindiran atau pujian. Ada juga yang baru sadar setelah beberapa saat dan akhirnya tersenyum sendiri. Biasanya, sindiran halus masih bisa diterima dengan santai dan gak langsung menimbulkan konflik. 

Sebaliknya, sarkasme sering kali langsung memicu reaksi emosional dari orang yang mendengarnya. Karena nada dan kata-katanya cenderung tajam, orang yang disindir dengan sarkasme bisa merasa tersinggung atau bahkan marah. Makanya, kalau kamu bukan tipe orang yang suka konfrontasi, lebih baik pakai sindiran halus daripada sarkasme yang bisa bikin hubungan jadi tegang.  

4. Daya serang: terselubung vs terang-terangan

Ilustrasi tersinggung(Pexels.com/Keira Burton)

Sindiran halus lebih bersifat terselubung dan bisa diartikan dengan banyak makna. Seseorang yang menerima sindiran halus mungkin masih bisa menafsirkannya sebagai candaan atau pesan yang gak langsung. Hal ini membuat sindiran halus lebih aman digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama kalau tujuannya hanya untuk mengingatkan tanpa menimbulkan konflik. 

Sedangkan sarkasme bersifat lebih terang-terangan dan langsung mengenai sasaran. Kalau sindiran halus masih bisa ditanggapi dengan senyuman, sarkasme sering kali terasa seperti serangan verbal yang menyakitkan. Misalnya, kalau ada seseorang yang gak membantu saat kerja kelompok, sindiran halusnya bisa seperti, “Wah, pasti kerja kita jadi lebih cepat karena ada yang spesial jadi pengamat.” Sementara sarkasmenya bisa lebih kasar seperti, “Gak heran kalau kerjaan kita gak kelar-kelar, habisnya kamu gak ada kontribusi apapun.” Jelas banget kan perbedaannya?  

Gaya komunikasi itu bisa disesuaikan dengan situasi dan orang yang diajak bicara. Kalau kamu mau menyampaikan sesuatu tanpa menyinggung, sindiran halus bisa jadi pilihan yang lebih aman. Tapi kalau kamu berhadapan dengan orang yang memang udah akrab dan terbiasa dengan gaya bicara sarkastik, sarkasme mungkin masih bisa diterima dengan baik.  

Tapi ingat, gak semua orang bisa menerima sarkasme dengan santai. Salah paham bisa saja terjadi, apalagi kalau orang yang kamu sindir merasa tersinggung atau gak terbiasa dengan gaya bicara seperti itu. Jadi, kalau gak mau drama atau konflik, lebih baik gunakan kata-kata yang lebih sopan dan tetap menjaga perasaan orang lain. Karena pada akhirnya, komunikasi yang baik adalah yang bisa dipahami dan diterima dengan nyaman oleh semua pihak.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putri Rezekina
EditorPutri Rezekina
Follow Us