TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Laju Insidensi COVID-19 Kota Semarang Tertinggi Ke-2 Nasional 

Laju insidensi Kota Semarang di angka 2,03

Ilustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Semarang, IDN Times - Dari hasil analisis Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 laju insidensi di Kota Semarang termasuk yang tertinggi secara nasional. Data per 19 Juli 2020, Ibu Kota Jawa Tengah ini menduduki peringkat kedua dari seluruh kabupaten dan kota di Indonesia.

Insidensi merupakan angka kasus baru dari suatu penyakit dari populasi yang berisiko selama periode waktu tertentu kasus positif.

Baca Juga: Perawat di Semarang Meninggal karena Corona, Suami dan Anak Diisolasi 

1. Laju insidensi kasus positif COVID-19 Kota Jayapura tertinggi di Indonesia

Ilustrasi Suasana Pandemik COVID-19 di Hong Kong, Tiongkok (ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato)

Untuk diketahui, Kota Jayapura menjadi kota yang memiliki laju insidensi kasus positif COVID-19 tertinggi. Kemudian, diikuti oleh Kota Semarang, Jakarta Pusat, Bangli dan Kota Banjarbaru.

Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan, mulai 21 Juli 2020 pemerintah tidak lagi mengumumkan jumlah kasus virus corona secara langsung.

Akan tetapi, masyarakat dapat mengakses data kasus COVID-19 melalui portal covid19.go.id. Melalui itu pihaknya mengajak masyarakat untuk memahami data COVID-19 lewat definisi laju insidensi.

2. Ajak masyarakat memahami data kasus COVID-19 lewat laju insidensi

Virus corona telah ditemukan di 188 negara di dunia. Al Jazeera

"Kita jangan melihat angka kasus COVID-19 di Indonesia secara mentah saja, melainkan kita bisa melihat dan menganalisis lewat definisi laju insidensi," ungkapnya melalui keterangan resmi, Jumat (24/7/2020). 

Laju insidensi merupakan jumlah kasus positif COVID-19 dibagi dengan jumlah penduduk di sebuah tempat. ‘’Kita bisa menggunakan perumpamaan jika ada dua daerah yang memiliki kasus positif COVID-19 sama namun jumlah penduduknya berbeda, hal itu tidak menjadikan suatu daerah memiliki kondisi yang rentan penularan COVID-19.  Ini dilihat dari banyaknya penduduk yang tinggal pada daerah tersebut,’’ tuturnya.

Dia menjelaskan, misalnya di daerah A dan B jumlah kasusnya sama-sama 50 orang. Tapi ternyata di daerah A penduduknya 200 orang sedangkan B hanya 120 orang. Bisa dilihat bahwa angka laju insidensi lebih tinggi pada daerah yang jumlah penduduknya lebih sedikit.

3. Indikator penentuan zonasi daerah yang terdampak COVID-19

IDN Times/Candra Irawan

"Laju Insidensi menjadi salah satu indikator dalam menentukan zonasi daerah terdampak COVID-19, yang sering kita paparkan sebagai peta zonasi risiko daerah," imbuhnya.

Indikator laju insidensi digunakan untuk melihat daerah mana saja yang penambahan kasusnya lebih cepat sehingga kebijakan dan cara penanganannya dapat disesuaikan dengan potensi penularan yang masih terjadi pada daerah terkait.

Hal ini juga menjadi pemantauan yang dilakukan oleh Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dengan membandingkan laju insidensi pada minggu berikutnya dengan minggu sebelumnya.

"Kami juga melakukan pemantauan terkait kecepatan laju insidensi pada suatu daerah dengan perbandingan, yaitu kecepatan laju insidensi pada minggu berikutnya akan dikurangi laju insidensi pada minggu sebelumnya. Hal ini dapat menjadi gambaran bahwa walaupun kasus positifnya meningkat tapi kecepatan penularan COVID-19 sudah terkendali atau belum," ujarnya.

4. Jangan terpaku pada jumlah angka kasus positif COVID-19 saja

Pasar Minggu ditutup (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Maka, lanjut dia, melalui indikator laju insidensi ini masyarakat tidak hanya terpaku pada jumlah angka saja tapi dapat menganalisis bagaimana suatu daerah dapat mengendalikan penularan COVID-19. ‘’Sehingga, bukan hanya menilai berdasarkan jumlah kasusnya, tapi bagaimana penanganan dan pengendalian penularan COVID-19," tegasnya.

Selain itu, menyampaikan kota dan kabupaten dengan laju insidensi positif COVID-19 tertinggi, Satgas Penanganan COVID-19 juga mencatat sebanyak 188 kabupaten/kota tidak ada penambahan kasus dalam waktu satu minggu. "Walaupun daerah tertentu sudah tidak ada kasus, tapi kita tetap harus hati-hati dan waspada, jangan cepat merasa puas karena penularan masih terjadi dan harus tetap bisa kita sama-sama kendalikan," ujarnya.

Baca Juga: Satu Keluarga Dokter di Semarang Meninggal Akibat Virus Corona

Berita Terkini Lainnya