Merajut Asa di Senja Usia: BPJS Kesehatan Berdayakan Kesehatan Lansia
Kesehatan adalah hak dasar setiap manusia, termasuk lansia
Intinya Sih...
- Transformasi pelayanan kesehatan lansia di Indonesia melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan
- Peningkatan jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,6 juta jiwa atau 11,75 persen dari total penduduk pada tahun 2023
- Posyandu Lansia sebagai layanan kesehatan yang efektif dalam mendeteksi dini masalah kesehatan pada lansia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sore itu, Sabtu (15/6/2024), sejumlah lanjut usia (lansia) berkumpul dengan wajah sumringah di sebuah balai kelurahan sederhana di kawasan padat penduduk Kota Semarang. Mereka bukan sedang menghadiri arisan atau pengajian rutin, melainkan mengikuti kegiatan Posyandu Lansia.
Di antara mereka adalah Kasmini (60), yang tampak antusias menunggu giliran pemeriksaan.
"Dulu saya takut periksa kesehatan, Mas. Takut biayanya mahal. Sekarang? Wah, enak sekali. Gratis, lengkap lagi," katanya sambil tersenyum lebar, memamerkan kartu BPJS Kesehatannya.
Cerita Kasmini merupakan potret nyata transformasi pelayanan kesehatan lansia di Indonesia, yang tak lepas dari peran vital BPJS Kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Meski demikian, dari balik cerita sukses itu, tersimpan perjalanan panjang dan upaya gigih menghadapi tantangan demografis yang makin mendesak.
Ya. Kota Semarang, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah, dikenal dengan kepadatan penduduk yang tinggi, mencapai 4.425 jiwa per kilometer persegi. Dengan populasi sekitar 1,65 juta jiwa, sekitar 6,32 persen di antaranya adalah lansia berusia 65 tahun ke atas, yang berjumlah sekitar 104.500 jiwa.
Secara nasional, berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2023, jumlah lansia mencapai 22,6 juta jiwa atau 11,75 persen dari total penduduk Indonesia. Angka tersebut diproyeksikan akan melonjak hingga 20 persen atau sekitar 50 juta jiwa lansia pada tahun 2045.
Fenomena yang kerap disebut sebagai "tsunami perak" itu membawa tantangan besar bagi sistem kesehatan nasional. Sebab, penuaan populasi (aging population) bukan sekadar soal jumlah, melainkan juga kualitas. Tantangannya adalah memastikan peningkatan usia harapan hidup mereka juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup (successful aging).
Oleh karena itu, saat masa senja, kesehatan menjadi harta yang tak ternilai. Bagi para lansia, penyakit kronis bagaikan awan hitam yang mengancam kebahagiaan mereka.
Menghadapi tantangan tersebut, BPJS Kesehatan melakukan transformasi besar-besaran dalam pendekatannya terhadap kesehatan lansia. Salah satu terobosannya adalah program skrining kesehatan komprehensif bagi lansia yang dapat diakses melalui Posyandu Lansia.