Warga Ikut Berdana saat 32 Biksu Thudong Istirahat di Vihara Buddha Jayanti
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Sejumlah umat lintas agama ikut memasak ketika para biksu Thudong mampir ke Vihara 2500 Buddha Jayanti, di Bukit Wungkal Kasap, Pudakpayung, Banyumanik Semarang.
Para biksu Thudong tiba di Vihara Buddha Jayanti sekitar jam 12.00 WIB.
Mereka semula mampir ke Vihara Buddhadipa Pakintelan setelah berjalan kaki dari Vihara Adi Dharma Widoharjo Bubagan.
1. Para biksu Thudong seberangi Sungai Kaligarang
Agar bisa menuju Vihara Buddha Jayanti, mereka menuruni tebing yang curam di belakang Vihara Buddhadipa Pakintelan.
Lalu menyeberangi arus Sungai Kaligarang kemudian naik ke atas bukit Wungkal Kasap.
"Panitia tidak menyiapkan penyambutan khusus karena vihara ini letaknya di hutan yang luasnya 82 hektare, selama 56 tahun ditinggalkan, dan baru empat tahun terakhir diaktifkan lagi. Maka kami minta maaf kepada masyarakat yang datang berduyun-duyun ke Bukit Kasap tetapi penyambutannya kurang dikehendaki," kata Sekretaris Vihara 2500 Buddha Jayanti, Santhipala Wahyudi, Senin (29/5/2023).
Baca Juga: Biksu Thudong Rasakan Suhu Udara 43 Derajat saat Lewati Thailand dan Malaysia
2. Warga Pudakpayung bantu kebutuhan Vihara Buddha Jayanti
Editor’s picks
Wahyudi berharap adanya kedatangan rombongan biksu Thudong jangan hanya disambut umat Buddha melainkan juga harus didukung oleh masyarakat berbagai agama yang ada di masing-masing daerah.
Oleh sebab itulah, ketika pihaknya berniat menyambut kedatangan biksu Thudong, pihak kelurahan Pudakpayung, camat Banyumanik dan warga RT 01 Pudakpayung ikut bahu-membahu membantu kebutuhan di Vihara Buddha Jayanti.
3. Warga ikut berdana
Selain sibuk memasak, terdapat warga dari berbagai kalangan yang berdana untuk membantu kebutuhan logistik selama para biksu istirahat di vihara tersebut.
Berdana merupakan tradisi umat Buddha dengan melepaskan harta yang dimilikinya untuk diberikan kepada para biksu yang membutuhkan pertolongan.
"Ada juga dua kelurahan di Pakintelan yang ikut nyengkuyung, mereka ikut memasak, merea ikut menyiapkan panggung acara bahkan berdana juga dengan barang segala macamnya," tuturnya.
4. Jadi perayaan bagi umat lintas agama
Ia juga berpendapat bahwa keberadaan rombongan biksu Thudong menjadi sebuah perayaan yang mampu menyatukan seluruh umat beragama. Sebab ketika biksu Thudong tiba di Semarang dan mampir ke sejumlah vihara, banyak umat lintas agama yang mendukung penuh.
"Ini jadi satu perayaan satu umat beragama. Ada Romo Budi dari Keuskupan Agung Semarang, FKUB Jateng dan Semarang, Pelita, tokoh penghayat juga ada dua lembaga kepercayaan kepada Tuhan YME dan MLKI yang bersatu, umat Buddha berbagai vihara ikut membantu penyambutan," paparnya.
Baca Juga: Cerita Ariani Blusukan ke Semarang Demi Berikan Sedekah buat Biksu Thudong