Mantap! Petani di Klaten Bikin Relawan Irigrasi untuk Atasi Kekeringan

Solusi di tengah polemik air dari petani di 7 desa Juwiring

Klaten, IDN Times - Petani di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah bergotong royong memelihara saluran irigasi di Bendung Bagor. Mereka membuat pengairan persawahan tidak lagi kering selama musim kemarau.

Hal tersebut merupakan solusi yang sangat diperlukan untuk bisa mempertahankan pertanian Klaten yang dikenal sebagai sentra padi Jawa Tengah. Sekaligus, bisa menghemat biaya pengairan ratusan ribu per musim panen untuk biaya bahan bakar mesin pompa bor yang selama bertahun tahun digunakan untuk pengairan sawah.

1. Atasi kekeringan di Klaten

Mantap! Petani di Klaten Bikin Relawan Irigrasi untuk Atasi KekeringanKetua Forum Relawan Irigrasi di Bendung Bagor, Juwiring Klaten, Sumartono. (Dok/Istimewa)

Ketua Forum Relawan Irigasi (FRI), Sumartono mengatakan, awalnya banyak petani di wilayah hilir Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur yang tidak kebagian air. Di mana masyarakat petani di tujuh desa yang ada di Kecamatan Juwiring tersebut dengan seenaknya menutup dan membuka saluran air yang ada di Bendung Bagor.

“Kondisi itu pun membuat pabrik AQUA Klaten yang bermitra dengan Gita Pertiwi memfasilitasi pembentukan Forum Relawan Irigasi (FRI) untuk membantu pengaturan air dari Bendung Bagor agar terbagi merata ke semua lahan pertanian yang ada di Juwiring,” ujarnya, Senin (4/9/2023).

Bendung Bagor dibangun tahun 1954 berfungsi untuk mengaliri irigasi sawah petani di hilir. Meski umurnya sudah 67 tahun, hingga kini bendung tersebut masih berfungsi dengan baik.

Baca Juga: Jabungan dan Rowosari Semarang Alami Kekeringan, Warga Butuh Air

2. Bentuk relawan irigrasi

Mantap! Petani di Klaten Bikin Relawan Irigrasi untuk Atasi KekeringanForum Relawan Irigrasi di Bendung Bagor, Juwiring Klaten. (Dok/Istimewa)

Sumartono menjelaskan, terbentuknya Forum Relawan Irigasi (FRI) ini sebagai wujud keseriusan petani di Klaten dalam menata perairan di wilayah tersebut.

Ia menjelaksan, ada sejumlah kesepakatan untuk memelihara jaringan saluran irigasi khususnya di daerah irigasi Bagor. Ada juga kesepakatan untuk menangani keluhan petani secara swadaya dan gotong-royong dengan melibatkan tujuh desa.

Pembentukan FRI itu dilegalisasi melalui peraturan bersama (Perkades) tujuh desa meliputi Desa Pundungan, Juwiring, Bulurejo, Kwarasan, Kaniban, Tanjung dan Bolopleret, untuk mengelola saluran irigasi secara kolaboratif.

”Dalam perkades bersama itu dituangkan banyak hal. Salah satunya agar setiap desa menerima hak masing-masing dalam pengelolaan saluran irigasi, termasuk melakukan pembersihan sedimen dan sampah di saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. Hal itu untuk memastikan air dapat terdistribusi dengan baik hingga ke wilayah hilir yang memiliki panjang 3,6 kilometer,” tukasnya.

Di sisi lain, dalam perkades itu juga menyebutkan agar masing-masing desa memberikan stimulan kepada FRI setiap tahunnya. Hal itu untuk mendukung dalam pengelolaan saluran irigasi yang melintasi 7 desa tersebut.

“Kini petani tidak lagi khawatir tidak kebagian air untuk mengairi lahan pertaniannya di musim kemarau sekalipun,” katanya.

3. Dinilai lebih adil dalam pembagian air

Mantap! Petani di Klaten Bikin Relawan Irigrasi untuk Atasi KekeringanForum Relawan Irigrasi di Bendung Bagor, Juwiring Klaten. (Dok/Istimewa)

Lebih lanjut, Sumartono menjelaskan, jika sebelumnya terdapat Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) dari tujuh desa yang sudah mengelola irigasi di tingkat desanya masing masing.

Lambat laun paguyuban tersebut menemui beberapa persoalan soal penggunaan air. Desa sendiri tidak lagi mengurus saluran air tersiernya atau petak-petak sawah.

Akibatnya, suplai air dari saluran induk sangat kecil karena petaninya malas untuk mengurus dari saluran irigasi.

“Tapi, sejak terbentuknya FRI, saat musim kemarau saja hanya sedikit petani di Desa Bulurejo yang menyedot air dengan pompa. Kemudian di Desa Kaniban, para petaninya juga sudah mulai membersihkan saluran tersier. Selain membersihkan sedimentasi, 4kami juga memperbaiki plengseng yang ambrol supaya lebih kuat dan fungsional. Artinya, FRI yang baru hampir dua tahun berdiri, hasilnya sudah dirasakan para petani,” jelasnya.

Agus Riyono, anggota FRI dari P3A Desa Bulurejo menambahkan, saat ini sudah 90 persen persawahan di desanya yang terairi dari sebelumnya hanya 15 persen saja.

“Dengan adanya FRI yang diinisiasi AQUA Klaten dan Gita Pertiwi yang memberikan semangat motivasi dan solusi-solusi. Alhamdulillah, saluran-saluran sekunder kita pun juga bisa tersentuh dan sudah 95 persen saluran tersier kita jalan semua dalam kondisi sehat dan berfungsi,” ucapnya.

Dengan asupan air irigasi yang cukup ke semua persawahan, dia mengatakan kelembapan tanah bisa terjaga dan kesuburan tanaman pun bisa lebih bagus.

Sementara itu Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten, Rama Zakaria menyampaikan bahwa pihaknya mendukung aksi kolaboratif yang ada. Secara berkala, pihaknya mengajak semua pemangku kepentingan untuk bergerak bersama.

Selain Masyarakat pengguna air seperti petani dan warga desa, dari elemen TNI yaitu Kodim 0723/Klaten dan akademisi juga kita ikut bergerak bersama.

“Upaya di hilir ini melengkapi pendekatan komprehensif dari manajemen air kami dari Hulu Merapi hingga di Hilir, di Juwiring ini. Sekali lagi kami tidak bekerja sendiri dan selalu akan mengedepankan semangat kolaborasi dan bersinergi”, pungkasnya.

Baca Juga: Warga Desa Mundu Klaten Bangun Biogas Dengan Sistem Arisan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya