Gandeng PKK Kudus, BLDF Perkuat Gerakan Pilah Sampah Rumah Tangga

- Peran kunci perempuan dalam kelestarian lingkungan
- Tantangan sampah di Kudus
- Edukasi Kreatif dengan masak zero-waste dan konten digital
Kudus, IDN Times – Upaya menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terus diperkuat. Salah satu implementasinya dilakukan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menggandeng Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Kudus untuk memperkuat pemilahan sampah organik langsung dari sumbernya, yaitu rumah tangga.
1. Peran kunci perempuan dalam kelestarian lingkungan

Kolaborasi itu diwujudkan melalui acara Sosialisasi Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga yang digelar di Pendopo Kabupaten Kudus, Rabu (17/12/2025). Sebanyak 150 kader PKK dari sembilan kecamatan, yakni Jati, Undaan, Kota Kudus, Jekulo, Bae, Kaliwungu, Dawe, Mejobo, dan Gebog datang untuk memperdalam pemahaman mereka mengenai pengelolaan sampah.
Director Communication Djarum Foundation, Mutiara Diah Asmara menekankan, pengelolaan sampah bukan sekadar masalah teknis, melainkan erat kaitannya dengan perubahan perilaku.
“Rumah tangga menjadi titik awal yang sangat krusial. Bertepatan dengan momentum Hari Ibu, sosialisasi ini menjadi ruang komunikasi bagi BLDF untuk memperkuat kapasitas ibu dan keluarganya agar mampu mengelola sampah secara lebih terencana dan berkelanjutan,” katanya.
Senada dengan hal tersebut, Ketua TP PKK Kabupaten Kudus periode 2025–2030, Endhah Endhayani Sam’ani Intakoris menyebutkan, perempuan memegang peran sentral dalam manajemen limbah domestik.
“Ketika ibu bergerak, keluarga ikut berubah, dan ketika ribuan keluarga bergerak bersama, dampak itu akan terasa di tingkat kabupaten,” ungkapnya.
2. Tantangan sampah di Kudus

Seperti diketahui, Kabupaten Kudus menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2024 mencatat timbulan sampah di Kudus mencapai lebih dari 150 ribu ton per tahun, atau sekitar 437 ton per hari. Angka itu menyumbang sekitar 4,5 persen dari total timbulan sampah nasional.
Untuk mengatasi hal tersebut, BLDF memaparkan program Kudus ASIK. Program itu tidak hanya mengedukasi masyarakat untuk memilah sampah, tetapi juga menyediakan sistem penjemputan sampah organik secara berkala.
Deputy Program Manager BLDF, Redi Joko Prasetyo menjelaskan, sampah organik yang terkumpul akan diolah di pusat pengolahan organik (PPO) milik BLDF di Oasis.
“Sampah organik ini mendominasi komposisi sampah di Kudus dan mempengaruhi kualitas sampah lain. Kami dorong untuk dipilah dan diproses. Per November 2025 ini, kami sudah mengolah hingga 57 ton sampah organik per hari,” jelas Redi.
Sampah organik tersebut diolah menggunakan metode VRM Ground Well selama enam bulan hingga menjadi humisoil (tanah humus). Produk akhir tersebut kemudian dikembalikan ke alam melalui program konservasi dan penghijauan di kawasan Muria dan Patiayam, serta dibagikan gratis untuk program penanaman tanaman keras masyarakat.
Ke depan, BLDF berencana menetapkan pilot project di desa-desa yang siap menerapkan pemilahan sampah secara menyeluruh. Redi Joko mengatakan, pihaknya siap mendukung infrastruktur berupa tong sampah untuk memfasilitasi gerakan tersebut.
“Estimasi kami targetnya sekitar 7.000 tong sampah akan disiapkan jika ibu-ibu PKK dan desa-desa aktif memilah sampah,” tambahnya.
3. Edukasi Kreatif dengan masak zero-waste dan konten digital

Acara sosialisasi dikemas dengan pendekatan yang unik. Peserta tidak hanya mendengarkan paparan, tetapi juga mengikuti sesi praktik memasak zero-waste bersama Isman Ridhwansah, alumni MasterChef Indonesia musim ketujuh yang juga influencer Kudus ASIK.
Isman memadukan demo masak dengan pelatihan pembuatan konten media sosial. Tujuannya agar para kader PKK dapat menyebarkan pesan positif pengelolaan sampah yang kreatif dan relevan bagi generasi muda.
Salah satu peserta dari Kecamatan Mejobo, Sri Murni, menyambut antusias pelatihan tersebut. Ia mengaku sudah menerapkan ilmu pengolahan sampah organik di rumahnya.
“Alhamdulillah tambah pengalaman, tambah ilmu. Saya terapkan di keluarga benar-benar barokah, bermanfaat untuk tanaman. Saya buat pupuk organik sendiri,” ungkap Sri Murni.


















