Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alasan Pedagang di Semarang Jual Cabai Jelek Jelang Natal Tahun Baru

Cabai di pasar Pasir Gintung Bandar Lampung. (IDN Times/Muhaimin)
Cabai di pasar Pasir Gintung Bandar Lampung. (IDN Times/Muhaimin)
Intinya sih...
  • Pedagang di Semarang menggunakan cabai kualitas menurun untuk kebutuhan usaha dengan cara menggoreng kembali sehingga tetap aman dikonsumsi.
  • Disperindag Jateng menerima laporan harga dari petugas pengawas, namun belum menerima laporan resmi terkait penjualan cabai kualitas rendah di sejumlah pasar tradisional.
  • Pasokan cabai berkurang karena cuaca ekstrem, dipicu faktor cuaca yang melanda sejumlah kabupaten/kota, menyebabkan lonjakan harga cabai yang sangat fantastis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Sejumlah pedagang kecil di Kota Semarang memilih menggunakan cabai dengan kualitas yang jelek untuk menyiasati lonjakan harga komoditas tersebut menjelang tutup tahun 2025. 

 

1. Emmy: Cabai yang kualitas menurun, bukan busuk

Kepala Disperindag Jateng Julie Emmylia bersama Ketua Hipka Jateng Asrar saat menjelaskan tantangan yang dihadapi saat ada penggenaan tarif baru di AS. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Kepala Disperindag Jateng Julie Emmylia bersama Ketua Hipka Jateng Asrar saat menjelaskan tantangan yang dihadapi saat ada penggenaan tarif baru di AS. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah July Emmylia, menyatakan sebagian pelaku usaha kecil memanfaatkan cabai kualitas menurun untuk kebutuhan usaha dengan cara menggoreng kembali sehingga tetap aman dikonsumsi.

Namun ia menampik anggapan bahwa cabai yang dipakai pedagang tersebut merupakan jenis yang sudah membusuk. 

"Jadi ada pedagang yang kadang menggunakan cabai yang kualitasnya sudah menurun, bukan busuk," akunya, Jumat (12/12/2025). 

2. Disperindag Jateng terima laporan harga dari petugas pengawas

Seorang pedagang cabai di Pasar Karangayu Semarang tengah menata dagangan cabainya. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Seorang pedagang cabai di Pasar Karangayu Semarang tengah menata dagangan cabainya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sementara ini Emmy belum menerima laporan resmi terkait penjualan cabai kualitas rendah di sejumlah pasar tradisional.

Ia hanya sebatas menerima laporan dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP).

Laporan yang diterimanya masih perkiraan lonjakan harga cabai dan komoditas bahan pokok lainnya yang bergerak fluktuatif menjelang momen libur panjang Natal dan tahun baru. 

Data-data laporan yang ia terima, katanya berasal dari pengawas harga kabupaten/kota.

“Pasar ini kan milik kabupaten/kota. Kami justru tahunya dari SP2KP yang diinput petugas pengawas harga di daerah,” kata Emmy. 

3. Pasokan cabai berkurang karena cuaca ekstrem

Pedagang sayur di Pasar Karangayu Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Pedagang sayur di Pasar Karangayu Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Dari laporan petugas pengawas harga tiap kabupaten/kota, Emmy mengklaim lonjakan harga cabai yang sangat fantastis dipengaruhi ketersediaan barangnya yang berkurang. 

Pasokan cabai yang berkurang ini, ia berkata dipicu faktor cuaca yang melanda sejumlah kabupaten/kota. Tetapi dari pantauan terbaru pihaknya menemukan harga cabai sudah berkisar Rp60 ribu per kilogram. 

“Jadi ini kan lagi musim hujan, produksinya menurun. Tapi kemarin itu tertinggi Rp70.000, sekarang sudah berangsur turun menjadi Rp60.000 per kilogram,” terangnya.

4. Akan tegur tim pemantau kalau muncul disparitas tinggi

Pedagang sembako di Pasar Karangayu Semarang belum menjual minyak goreng curah kemasan Minyakita. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Pedagang sembako di Pasar Karangayu Semarang belum menjual minyak goreng curah kemasan Minyakita. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Lebih lanjut, Emmy berkata kini terus memantau stok dan harga cabai serta bahan pokok lainnya. Langkah ini guna menjaga stabilitas pasokan dan melindungi konsumen.

Untuk menekan harga, ia bakal mengandalkan aplikasi Sejagat atau sistem pemantauan ketersediaan stok dan disparitas harga bahan pokok. Melalui aplikasi itu, petugas dapat memantau kondisi pasar secara real-time.

“Ketika terjadi disparitas tinggi, kami tegur kontributornya untuk cek di lapangan. Kalau memang karena ketersediaan berkurang, kami akan intervensi. Itu terus kami lakukan dengan mengecek lewat Sejagat,” ungkap Emmy. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us

Latest News Jawa Tengah

See More

Alasan Pedagang di Semarang Jual Cabai Jelek Jelang Natal Tahun Baru

12 Des 2025, 14:32 WIBNews