Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Imlek 2025 di Solo, Merajut Keberagaman di Bawah Kilauan Lampion

Pertunjukan barongsai di kawasan area Pasar Gedhe,Solo saat perayaan Imlek tahun 2025. (IDN Times/Larasati Rey)

Surakarta, IDN Times - Hadirnya lampion Imlek 2025 di Kota Solo menjadi keberkahan bagi semua etnis, bukan hanya etnis Tionghua semata, baik etnis Jawa, Sunda, hingga Arab pun ketiban berkah di tahun Ular ini.

Adanya destinasi tahunan yakni ribuan lampion dan shio yang terpasang di sepanjang Jalan Jendral Sudirman hingga kawasan Pasar Gedhe Solo ini menjadi wajah keberagaman yang dibangun oleh warga dibawah kilauan lampion. Mereka bersatu dan saling gotong-royong untuk menjaga dan menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjung yang hadir menikmati meriahnya tahun baru Imlek 2025 di Kota Solo.

1. Ribuan lampion menghiasi pusat Kota Solo

Suasana kawasan Pasar Gedhe Solo saat perayaan Imlek 2025. (IDN Times/Larasati Rey)

Kemeriahan tahun baru Imlek 2025 ini sangat terasa ketika pertama melintasi Jalan Jendral Sudirman, lampion Shio Ular akan menyambut para penguna jalan, disusul dengan lampion-lampion shio lainnya yang berbentuk lucu dan mengemaskan.

Shio-shio tersebut berjajar menyambut dengan cahaya lampu yang berwarna-warni. Nuansa kemeriahan semakin terasa ketika melintas di depan Balaikota Solo, pengunjung akan disambut dengan gapura besar dan merah, dengan cahaya lampu berwarna-warni dengan tulisan Go Xi Fa Cai diatasnya.

Tak sampai di situ, kemeriahan ribuan lampion pun tampak setelah pintu gerbang tersebut hingga area Pasar Gede Solo. Tak hanya cahaya lampion yang menjadi pusat perhatian, namun interaksi dan toleransi yang diperlihatkan oleh warga lokal menjadi daya tarik tersendiri.

“Ada 12 lampion shio, 17 lampion dewa dewi, dan 5.000 lampion merah putih di jembatan kawasan Pasar Gede,” ujar Ketua Panitia Bersama Imlek 2576 Kongzili/2025, Sumartono Hadinoto, Rabu (29/1/2025).

2. Menjadi bagian dari toleransi

Lampion shio ular menghiasi Jalan Jendral Sudirman saat perayaan Imlek 2025 di Kota Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Sumartono mengatakan jika perayaan Imlek di Kota Solo ini sudah menjadi acara rutin setiap tahunnya. Menurutnya, perayaan ini merupakan upaya yang dilakukan untuk branding mengenai kebhinekaan di Kota Solo. 

“Di Kota Solo ini setiap kelompok agama diberikan ruang dan kesempatan yang sama. Ini menjadi bagian toleransi yang terjaga baik terutama momen Imlek,” jelasnya.

Akulturasi budaya juga diwujudkan dengan adanya tradisi Grebeg Sudiro menjadi simbol akulturasi budaya Jawa-Tionghoa melalui karnaval budaya, pembagian ribuan kue keranjang, dan bazar UMKM.

Bahkan sejumlah rangkaian acara pada tahun baru Imlek juga melibatkan warga lokal untuk turut berpartisipasi salah satunya event Fun Run.

“Event lain memeriahkan acara ini berupa Imlek Fun Run 2025 pada 2 Februari. Kalau kirab barongsai keliling Kota Solo digelar 12 Februari. Dan terakhir perayaan Cap Go Meh di Pendaphi Gede Kota Solo pada 12 Februari,” jelas Sumartono.

3. Saling berbagi keberuntungan

Stand Bazar UMKM berjajar selama perayaan Imlek 2025 di Kota Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Seperti makna dari tahun Ular yang menjadi simbol kebijaksanaan dan keberuntungan. Perayaan Imlek 2025 ini juga menjadi ladang mencari keberuntungan bagi para pedagang kaki lima dan penjual pernak-pernik Imlek. Mereka yang sebagain besar warga lokal tersebut menjajakan dagangnya saat di area lampion Pasar Gede Solo.

Salah satu pedagang asal Boyolali, Choirul mengaku hadirnya perayaan Imlek ini menjadi kesempatan bagi dirinya untuk mengais rezeki. Ia mengaku mulai berdagang sejak tanggal 15 Januari hingga saat ini dagangnya laris manis, karena banyak pengunjung yang hadir dari berbagai kota.

“Ya ini perayaan Imlek selalu ramai pengujung,” ujar penjual sate buah tersebut.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh penjual mainan khas Imlek, Andri mengaku jika setiap tahun berjualan mainan di perayaan Imlek di Kota Solo. Meski dirinya jauh-jauh dari Tegal namun ia meyakini akan banyak pembeli.

“Ini jualan mainan barongsai, tahun lalu juga dagang disini ramai dan ini kembali lagi dagang. Semoga ramai juga,” jelasnya.

4. Jadi destinasi wisata toleransi

Warga Tionghua sedang melakukan sembahyang di Klenteng Tien Kok Sie, Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Adanya ribuan lampion Imlek menjadi destinasi baru, banyak wisatawan yang datang dari berbagai kota hanya untuk melihat dan berswafoto dibawah lampion. Salah satu pengunjung asal Yogyakarta, Adina mengaku sengaja datang ke Solo hanya untuk merasakan kemeriahan lampion di Pasar Gede. Ia mengaku kagum dengan toleransi dan akulturasi budaya yang ada di Kota Solo.

“Ini senang sekali ya, Solo bisa menghadirkan lampion yang sebagus ini. Dengan notabene penduduknya mayoritas Islam dan etnis Jawa, ini memberi ruang bagi sesama sangat bagus sekali,” ungkapnya.

Perlu diketahui, pemasangan lampion di area Pasar Gede Solo dimulai sejak tahun 2007.

Lampion pertama kali dipasang di kawasan Pasar Gede Solo oleh Klenteng Tion Kok Sie yang merupakan klenteng tertua di Solo yang didirikan pada tahun 1752.

Awalnya, lampion hanya dipasang di depan klenteng saja. Namun, seiring berjalannya waktu, pemasangan lampion mulai meluas ke kawasan sekitar Pasar Gede Solo.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
Larasati Rey
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us