Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Komunitas Suluh Hati Semarang, Kompas Bagi Penderita Kanker Payudara

Komunitas Cancer Information and Support Center (CISC) Suluh Hati Semarang dalam kegiatan Breast Cancer Campaign di Mal Ciputra Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Intinya sih...
  • Shinta Roselyne, pejuang kanker payudara yang divonis pada 2019.
  • Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas penyintas kanker sangat berperan dalam kesembuhan Shinta.
  • Komunitas CISC Suluh Hati Semarang memberikan dukungan dan informasi bagi para penderita kanker.

Semarang, IDN Times - Vonis mengidap kanker payudara bisa menjadi ‘kiamat’ bagi penderita yang tidak siap menerima penyakit tersebut. Sebagian mereka akan menjadi kecil hati, bahkan menarik diri dari masyarakat. 

1. Cerita pejuang kanker payudara

Pejuang kanker payudara, Shinta Roselyne berbagi pengalaman pada kegiatan Breast Cancer Campaign yang diselenggarakan Mal Ciputra Semarang, Senin (7/10/2024). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Namun, sikap itu tidak berlaku bagi Shinta Roselyne. Perempuan berusia 52 tahun itu merupakan pejuang kanker payudara. Ia divonis mengidap kanker payudara pada tahun 2019. Awalnya Shinta tidak menyadari jika memiliki penyakit tersebut di tubuhnya. Hal itu diketahui saat ia mandi dan melakukan Sadari (periksa payudara sendiri).

“Awal mengetahui terkena kanker payudara adalah karena saya rutin melakukan Sadari (periksa payudara sendiri, red), dan suatu hari saya menemukan benjolan kecil di bawah payudara. Benjolan itu lalu hilang dan muncul lagi di tempat yang sama,’’ tuturnya kepada IDN Times, Jumat (11/10/2024).

Tanpa berpikir panjang, Shinta langsung ke dokter dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hingga akhirnya diketahui bahwa benjolan di tubuhnya itu kanker payudara stadium satu.

‘’Saya langsung kontrol ke dokter, syukurlah masih stadium satu, langsung ditangani, dan puji Tuhan karena diketahui sejak dini, sehingga ada kesempatan besar untuk sembuh,’’ ujarnya.

Namun, perjuangan untuk pulih dan kesempatan hidup lebih lama dilakukan Shinta dengan berbagai upaya. Ia harus melakukan biopsi, pengobatan hingga menjalani delapan kali kemoterapi untuk mengalahkan penyakit kanker payudara itu.

2. Bertahan hidup karena dikelilingi support system

Ilustrasi pemeriksaan atau deteksi dini kanker payudara dengan USG Mamae. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Untungnya saat menjalani episode kehidupan sebagai pasien kanker payudara, Shinta tidak sendiri. Ia mampu bertahan dan semangat untuk tetap hidup karena dikelilingi support system seperti suami, keluarga, teman, dan komunitas penyintas kanker payudara Cancer Information and Support Center (CISC) Suluh Hati Semarang

‘’Dukungan itu saya butuhkan hingga hari ini. Dari kondisi sakit luar biasa, sekarang saya terima kasih dan bersyukur sama Tuhan ternyata saya bisa melewati. Kini saya sudah bisa kembali beraktivitas dengan normal,’’ ungkapnya.

Melalui Komunitas CISC Suluh Hati Semarang, Shinta bisa mengetahui berbagai informasi tentang penyakit kanker, rekomendasi dokter, dan pengobatan. Bahkan, sesama anggota dan penyintas di sana juga saling memberikan dukungan seperti mengingatkan jadwal kontrol ke dokter.

Untuk diketahui, Komunitas CISC Suluh Hati Semarang sendiri sudah berdiri sejak tahun 2008. Selama 16 tahun komunitas tersebut merangkul para pejuang dan penyintas kanker seperti kanker payudara, serviks, kelenjar getah bening, ovarium, dan masih banyak lagi. Adapun, mayoritas yang tergabung dalam komunitas tersebut adalah penderita kanker payudara. Keberadaan komunitas ini untuk memberikan dukungan dan informasi yang tepat bagaimana perawatan kanker dan menjadi jembatan komunikasi bagi dokter di rumah sakit.

3. Ada 450 pejuang kanker di CISC Suluh Hati

Cegah dini kanker payudara

Ketua Komunitas CISC Suluh Hati Semarang, Cahyaning Puji Astuti mengungkapkan, sampai dengan bulan Oktober ini yang bergabung ke komunitas ada 450 pejuang kanker dan penyintas. Dari jumlah tersebut kasus kanker payudara mendominasi dan angkanya selalu meningkat dari tahun ke tahun.

‘’Kanker payudara jenisnya banyak dan jumlah kasusnya juga banyak. Jadi, kami tidak akan memberikan celah, kalau sudah ada diagnosa apalagi sudah stadium Her2 positif, kami mendorong mereka melakukan pengobatan. Jangan cari pengobatan lain dulu, kami ajak mereka untuk langsung treatment medis dulu. Sebab, medis sudah ada penelitiannya, sudah jelas dan bisa dipertanggungjawabkan,’’ katanya.

Komunitas CISC Suluh Hati ini berupaya memberikan semangat agar para penderita kanker payudara berada di jalan yang benar. Artinya, komunitas mengarahkan mereka ke dokter yang sesuai bidangnya dan memotivasi penderita agar tidak takut.

‘’Kami selalu sampaikan dan berikan semangat untuk jangan takut, karena kanker tidak semenakutkan yang kita kira. Selama cepat penanganannya, semakin dini ditemukan, kesempatan sembuh semakin besar,’’ kata perempuan yang akrab disapa Naning.

4. Galakkan metode MDT dan sentuhan holistik

Pengunjung sedang mengikuti pemeriksaan USG Mamae di sela kegiatan Breast Cancer Campaign yang diselenggarakan Mal Ciputra Semarang, Senin (7/10/2024). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Saat ini CISC Suluh Hati tengah menggalakkan multi discipline team (MDT) sebagai metode perawatan penyakit kanker. Tujuannya adalah agar penderita kanker bisa dengan benar mengambil langkah untuk kesuksesan pengobatan.

‘’Pertama, kalau sudah tahu sakit kanker payudara harus kemana, yakni ke dokter spesialis penyakit dalam untuk konsultan hematologi onkologi medik. Selanjutnya melakukan skrining, dari diagnosa ini akan menentukan dokter akan bekerja sama dengan siapa saja, apakah dokter bedah, radiologi atau dokter gizi. MDT ini semakin digalakkan agar pasien kanker yang sudah didiagnosa tidak salah arah,’’ jelas Naning.

Selanjutnya, komunitas berperan untuk mengedukasi para penyintas dan pejuang kanker bahwa pengobatan penyakit itu membutuhkan waktu lama dan harus disiplin. Maka itu, antar anggota akan saling mengingatkan satu sama lain. Sebab, tidak berarti setelah kemoterapi pengobatan selesai. Sehingga selain melalui metode MDT, CISC Suluh Hati juga mengajak para penyintas dan pejuang kanker untuk memberdayakan diri dengan sentuhan holistik.

‘’Kami menyadari bahwa sakit kanker ini tidak hanya mengandalkan pengobatan seperti rumah sakit bagus, dokter bagus atau obat bagus, tetapi kita harus mau memberdayakan diri kita secara holistik. Maka, kami ada bareng-bareng punya jargon ‘sentuhan holistik sembuhkan kanker’,’’ terang Naning yang juga penyintas kanker kelenjar getang bening itu.

Melalui sentuhan holistik, ia mengajak para penderita kanker untuk menyadari diri sendiri sebagai manusia yang punya keterbatasan.

‘’Holistik ini sifatnya menyeluruh dari ujung kepala hingga kaki. Bagaimana kita bahagia, olahraga, rilesk, hipnoterapi, mengenalkan essential oil. Kegiatan ini tujuannya untuk apa? Sakit kanker ini perjalanan spiritual hidup kita, nggak ada yang salah dengan sakit kanker, yang ada adalah kita diajak lebih baik lagi untuk mempersiapkan yang baik ke depannya. Kita nggak pernah tahu umur kita sampai usia berapa. Yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki hidup ke depan, bermanfaat, dan berbagi dengan sesama agar lebih semangat,’’ tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us