Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Walah! Kampung Tambakrejo Jadi Lokasi Paling Cepat Tenggelam di Semarang

Suasana kepadatan lalu lintas di Jalan Kaligarang, Semarang Barat saat sore hari. Tampak para pengendara motor dan mobil memenuhi perempatan lampu merah menuju arah barat Kota Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang memperkirakan Kampung Tambakrejo di Kecamatan Gayamsari menjadi kawasan yang cepat ditenggelamkan air laut. Pasalnya, permukaan daratan Kampung Tambakrejo memiliki tanah aluvial (endapan) muda. 

1. Tanah Tambakrejo turun 13 sentimeter per tahun

Warga Kampung Sentra Bandeng Tambakrejo Semarang menjual bandeng duri lunak di rumah mereka. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Lingkungan Hidup DLH Kota Semarang, Safrinal Sofaniadi, mengungkapkan tanah di perkampungan Tambakrejo mengalami penurunan sampai 13 sentimeter per tahun. 

Dengan kondisi tersebut, maka Kampung Tambakrejo diprediksi akan cepat tenggelam ketimbang wilayah lainnya di Semarang. 

"Kondisi pesisir garis pantai Semarang, posisi kita saat ini (Tambakrejo), penurunanya paling cepat. Bisa 13 senti setiap tahunnya. Maka kalau tidak dipikirkan, daratan akan semakin tergerus laut," ungkapnya, Rabu (1/11/2023). 

2. Permukaan tanah Tambakrejo kategorinya aluvial muda

Dok. IDN Times

Menurutnya, kondisi Kampung Tambakrejo yang dipenuhi banyak bangunan juga bisa menyebabkan penurunan muka tanah. 

Selain itu, penurunan muka tanah yang sangat cepat di Tambakrejo juga dipengaruhi naiknya permukaan air laut yang mencapai 2 milimeter per tahun. 

Ia menyampaikan imbas dari penurunan muka tanah membuat mayoritas warga Tambakrejo terpaksa menaikan lantai rumahnya berulang kali. 

"Jenis tanah di sini aluvial muda, karena merupakan pesisir endapan. Kemudian ada bangunan-bangunan yang bisa mempercepat penurunan muka tanah 10-13 sentimeter. Belum ditambah muka air laut naik 2 milimeter tiap tahun. Dampaknya warga jadi repot sendiri. Harus meninggikan bangunanya setiap lima sampai 10 tahun agar tidak terkena banjir," tambahnya. 

3. DLH ngaku sering tanam mangrove

ilustrasi penanaman mangrove (ANTARA FOTO/Akbar Tado)

Ia pun menambahkan jika untuk merawat garis pantai pesisir Semarang, pihaknya harus berusaha terus-menerus memperbanyak penanaman mangrove di Tambakrejo. Penanaman mangrove sering dikerjakan di Tugu, Tambakrejo dan Mangunharjo. 

Pemkot Semarang juga mempunyai program pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diperuntukan bagi masyarakat pesisir dalam melayani keburuhan air bersih.Di samping itu, ia menyarankan masyarakat berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Salah satunya tetap melestarikan ekosistem mangrove.

4. Warga Tambakrejo tinggikan lantai rumahnya saban tahun

IDN Times/Fariz Fardianto

Seorang warga Kampung Tambakrejo, Sumarwan, tak menampik anggapan bila bila penurunan muka tanah di kampungnya tergolong cepat. Sumarwan juga empat kali meninggikan lantai rumahnya. Peninggian lantai rumahnya bisa menghabiskan uang Rp40 juta. Saban tahun ia meninggikan rumahanya sekitar lima meter. 

"Itu harus utang bank. Karena kerja saya nelayan dapat uangnya seratus ribu. Makanya kalau ngandelin bantuan ya keburu tenggelam," akunya. 

5. ESDM: Kontur tanah Semarang berubah signifikan

Ratusan warga mengikuti gowes BFI Ride mengunjungi landmark Kota Semarang, Sabtu (16/9/2023). (dok. BFI Finance)

Sedangkan, Kepala Dinas ESDM Jateng, Boedya Dharmawan kepada IDN Times membenarkan kalau wilayah Semarang bagian bawah memang terbentuk dari endapan sedimentasi muda.

Sehingga kontur tanah Semarang bagian bawah mudah mengalami penurunan ketimbang daerah atas. 

"Kalau dilihat dan dirasakan emang mencolok sekali. Kita kalau lewat dari Semarang perkotaan naik ke Gombel kan tanjakannya sangat menanjak. Terus kalau menuju Mijen dan Ngaliyan kan naiknya juga langsung curam. Nah, itu yang menandakan ada perubahan yang signifikan," paparnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us