Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pendaki (pexels.com/Darina Belonogova)
ilustrasi pendaki (pexels.com/Darina Belonogova)

Intinya sih...

  • Nafas tidak teratur dan terengah-engah menandakan kelelahan berlebih, butuh istirahat sejenak untuk stabilkan oksigen dalam darah.

  • Nyeri otot bertanda tubuh bekerja terlalu keras, perlu jeda dan peregangan ringan untuk menghindari kram atau cedera otot.

  • Kepala pusing dan konsentrasi menurun bisa jadi tanda dehidrasi, kelelahan ekstrem, hingga kekurangan energi yang perlu diatasi dengan minum air dan beristirahat.

Mendaki gunung mungkin bisa menjadi aktivitas yang menarik dan menyenangkan, namun juga bisa menguras tenaga secara ekstrem. Banyak dari pendaki pemula yang terlalu memaksakan diri untuk mendaki gunung tanpa menyadari bahwa tubuh mereka sudah memberikan sinyal agar bisa berhenti sejenak dari aktivitas tersebut.

Mengabaikan tanda-tanda kelelahan tubuh justru bisa berdampak fatal, mulai dari cedera ringan hingga masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali beberapa tanda berikut ini yang menunjukkan bahwa tubuh harus segera beristirahat ketika mendaki gunung agar bisa kembali memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan.

1. Nafas mulai tidak teratur dan terengah-engah

ilustrasi pendaki (pexels.com/Maël BALLAND)

Jika kamu merasa kesulitan bernapas secara normal dan nafas pun terasa semakin pendek, serta cepat, maka itu menandakan bahwa tubuhmu sudah mulai mengalami kelelahan berlebih dan membutuhkan istirahat sejenak. Hal ini biasanya terjadi pada saat proses pendakian sudah terlalu cepat atau ketika medannya terlalu menanjak tanpa ada jeda yang memadai.

Mengambil waktu untuk duduk dan menormalkan pernapasan merupakan langkah penting agar kadar oksigen dalam darah tetap stabil. Jangan sampai membiarkan tubuh terus dipaksa untuk mendaki dalam kondisi nafas yang tidak terkendali, sebab hal ini dapat memicu mual, pusing, bahkan pingsan ketika berada di jalur pendakian, sehingga lebih berbahaya.

2. Otot mulai terasa nyeri dan melemah

ilustrasi pendaki (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Nyeri otot yang muncul secara bertahap, terutama di bagian kaki dan punggung merupakan sinyal bahwa ototmu sudah bekerja terlalu keras. Jika memang kamu sudah mulai merasa lemas, kaku, atau pun sulit dalam melangkah, maka artinya tubuh memerlukan jeda sejenak untuk proses pemulihan dalam melanjutkan perjalanan.

Beristirahat sejenak dan melakukan peregangan ringan bisa membantu melancarkan aliran darah, serta menghindari potensi kram atau cedera otot. Jangan sampai tunggu hingga rasa sakitnya bertambah parah, sebab proses pemulihannya mungkin akan memakan waktu yang lebih lama dan berisiko menghentikan perjalanan.

3. Kepala pusing dan konsentrasi menurun

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Nina Uhlikova)

Pusing atau merasa linglung ketika mendaki sebetulnya bisa menjadi tanda dari dehidrasi, kelelahan ekstrem, hingga kekurangan asupan energi. Pada kondisi seperti ini, kemampuan untuk berpikir jernih dan menilai medan pendakian pun akan mengalami penurunan secara signifikan.

Jika kamu mulai sulit fokus dan kehilangan keseimbangan, maka harus segera mencari tempat berteduh untuk minum air, beristirahat, atau pun mengonsumsi camilan ringan. Mengabaikan tanda ini akan rentan menimbulkan kecelakaan atau bahkan membuatmu tersesat karena salah pada saat mengambil jalur pendakian.

4. Detak jantung terasa terlalu cepat atau tidak normal

ilustrasi pendaki (pexels.com/Gabriela Palai)

Detak jantung yang meningkat sebetulnya merupakan hal yang wajar ketika mendaki gunung, namun jika denyutnya terasa terlalu cepat atau tidak teratur, maka kamu perlu mewaspadai hal tersebut. Ini bisa menjadi indikasi bahwa tubuh mengalami stres berlebih akibat beban fisik dan juga tekanan udara yang mengalami perubahan di ketinggian.

Berhenti mendaki sejenak, menarik nafas dalam-dalam, hingga memastikan bahwa jantung berdetak dengan normal merupakan langkah penting sebelum melanjutkan perjalanan tersebut. Memaksakan tubuh dalam kondisi seperti ini justru hanya akan meningkatkan risiko yang lebih fatal atau bahkan kelelahan akut, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan serius dan bahaya yang tidak bisa disepelekan.

Mendaki gunung bukan hanya soal menaklukan puncak, namun juga mendengarkan kondisi tubuh agar berjalan tetap aman dan menyenangkan. Oleh sebab itu, jangan sampai mengabaikan respon tanda-tanda tubuh yang sudah mulai kelelahan agar tetap aman tanpa hambatan. Ingatlah bahwa keselamatan dan kesehatan merupakan tujuan utama pada saat mendaki gunung!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team