Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Traveler Menghindari Makan di Restoran Dekat Tempat Wisata

ilustrasi makanan (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Restoran di sekitar tempat wisata sering mematok harga tinggi karena lokasi strategis, membuat traveler merasa tidak puas.
  • Suasana bising, antrean panjang, dan rasa makanan yang umum membuat traveler mencari tempat makan yang lebih tenang dan autentik.
  • Restoran di kawasan wisata sering mengorbankan keaslian cita rasa lokal demi menarik pengunjung, membuat traveler lebih memilih tempat makan lokal yang orisinal.

Saat jalan-jalan ke destinasi populer, wajar jika restoran di sekitarnya jadi pilihan utama banyak wisatawan. Letaknya yang strategis dan mudah diakses membuatnya terlihat praktis dan menarik. Tapi, ternyata banyak traveler justru sengaja menghindari tempat-tempat makan semacam ini. Mereka memilih alternatif lain yang dianggap lebih nyaman dan terjangkau.

Meski tampak praktis, restoran dekat tempat wisata sering kali menyimpan sejumlah hal yang mengecewakan bagi traveler. Dari harga yang tidak masuk akal hingga rasa makanan yang kurang autentik, semuanya jadi pertimbangan penting. Yuk, simak lima alasan kenapa banyak traveler menghindari makan di restoran dekat tempat wisata.

1. Harga yang terlalu mahal untuk porsi biasa

ilustrasi membayar makanan (pexels.com/Kampus Production)

Restoran di sekitar tempat wisata seringkali mematok harga tinggi bukan karena kualitas rasa, tapi karena lokasinya yang strategis. Traveler merasa harga tersebut tidak sepadan dengan porsi makanan yang disajikan. Makanan yang biasa saja bisa dihargai dua kali lipat hanya karena letaknya dekat spot foto populer.

Hal ini membuat banyak wisatawan merasa rugi dan tidak puas. Apalagi jika mereka sedang melakukan perjalanan panjang dengan bujet terbatas. Daripada membayar mahal untuk rasa yang standar, mereka lebih memilih mencari tempat makan yang lebih jujur secara harga.

2. Antrean panjang dan suasana yang ramai

ilustrasi suasana restoran yang ramai (pexels.com/Kenneth Surillo)

Tempat makan di sekitar objek wisata biasanya selalu penuh dengan wisatawan yang datang dan pergi. Suasana yang bising, antrean yang panjang, dan meja yang terbatas sering kali membuat traveler merasa lelah. Bagi yang ingin makan sambil istirahat, kondisi seperti ini tentu sangat tidak ideal.

Mereka lebih suka mencari tempat yang lebih tenang dan nyaman meskipun sedikit jauh dari area wisata. Makan bukan sekadar mengisi perut, tapi juga bagian dari momen menikmati perjalanan. Oleh karena itu, ketenangan jadi salah satu pertimbangan penting.

3. Rasa makanan yang kurang autentik

ilustrasi wanita sedang makan (pexels.com/RDNE Stock project)

Demi menarik minat pengunjung dari berbagai negara, banyak restoran di kawasan wisata menyesuaikan rasa makanan agar lebih umum. Sayangnya, hal ini sering kali mengorbankan keaslian cita rasa lokal. Traveler yang datang dengan harapan merasakan masakan khas justru kecewa karena rasanya terasa datar dan kurang karakter.

Keautentikan menjadi nilai penting dalam pengalaman kuliner saat traveling. Saat rasa lokal tidak terasa, pengalaman kuliner pun terasa kurang berkesan. Inilah sebabnya banyak traveler lebih memilih tempat makan lokal yang tersembunyi tapi orisinal.

4. Banyak restoran perangkap wisatawan

ilustrasi membayar makanan (pexels.com/RDNE Stock project)

Tak sedikit restoran di sekitar tempat wisata yang hanya fokus pada penampilan luar, bukan kualitas. Mulai dari papan menu yang tidak transparan hingga harga yang tiba-tiba melonjak saat tagihan datang, semua bisa jadi jebakan. Traveler yang pernah mengalami hal seperti ini biasanya jadi lebih hati-hati.

Mereka mulai mengenali ciri-ciri restoran yang hanya mengincar turis dan menghindarinya. Bahkan, beberapa tempat sengaja mengatur porsi kecil agar pengunjung cepat memesan lagi. Dari situ, muncul kesan bahwa restoran semacam ini lebih mengutamakan keuntungan cepat daripada kepuasan pelanggan.

5. Pelayanan yang terburu-buru dan terkadang kurang ramah

ilustrasi melayani pelanggan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak restoran di sekitar objek wisata harus melayani pengunjung dalam jumlah besar setiap hari. Karena itu, pelayanan cenderung dilakukan dengan terburu-buru demi mengejar rotasi meja. Sayangnya, ini membuat banyak traveler merasa tidak dihargai sebagai pelanggan.

Interaksi yang dingin atau bahkan tidak ramah jadi pengalaman yang kurang menyenangkan. Padahal, bagi banyak orang, suasana dan pelayanan adalah bagian penting dari pengalaman makan. Traveler akhirnya memilih tempat dengan pelayanan yang lebih santai dan personal, meski harus berjalan sedikit lebih jauh.

Menghindari restoran dekat tempat wisata bukan berarti anti kemudahan, tapi lebih pada soal kenyamanan dan kepuasan saat makan. Traveler masa kini makin selektif dalam memilih tempat makan yang bukan hanya enak, tapi juga jujur dalam harga dan pelayanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us