5 Alasan Ukuran Rumah Bukan Buat Ejek-Ejekan, Kecil juga Tidak Masalah

- Rumah kecil pun dibeli dengan kerja keras
- Ada rumah mungil dibeli cash, ada pula rumah besar tapi kredit
- Pas atau tidak tergantung penghuninya
Berapa ukuran rumahmu? Kalau kamu bisa membeli rumah yang cukup luas baik 1 atau 2 lantai tentu harus sangat disyukuri. Rumah yang lapang bikin penghuni lebih leluasa ketika beraktivitas di dalamnya.
Atau, dirimu belum memiliki rumah tetapi berangan-angan suatu saat nanti punya rumah yang besar. Begini pun boleh-boleh saja. Semoga rumah yang diimpikan segera terwujud. Namun, baik rumah besar sudah sah dimiliki maupun masih sebatas mimpi, berhati-hatilah dalam menjaga lisan serta ketikan.
Jangan sampai luas rumahmu membuat kamu gampang mengejek rumah orang lain yang lebih kecil. Olok-olok soal ukuran rumah sama sekali tak penting. Kamu perlu mendewasakan diri dalam memandang segala hal terkait materi. Tumbuhkan rasa empati dan hormatmu pada hunian orang dengan memperhatikan poin-poin berikut.
1. Rumah kecil pun dibeli dengan kerja keras

Hanya binatang tertentu yang ditakdirkan sejak awal sudah punya rumah masing-masing. Misalnya, kura-kura dan bekicot. Hewan lainnya serta manusia harus berjuang buat memiliki rumah. Contohnya, burung yang membangun sarang sedikit demi sedikit. Sementara itu, memang ada orang yang dibelikan rumah oleh orangtuanya.
Atau, mereka meninggalkan sejumlah warisan yang setelah diuangkan bisa buat beli rumah. Tapi barangkali bagian warisan seseorang belum cukup untuk membeli sebuah rumah. Dia tetap mesti bekerja keras buat menambal kekurangannya.
Saat orang yang sudah berjungkir balik agar bisa beli rumah malah diolok-olok, rasanya sakit sekali. Ia tidak memintamu untuk memuji keberhasilannya membeli rumah kecil itu. Akan tetapi, minimal kamu jangan mengejeknya. Dirimu gak membantu sepeser pun dalam penyediaan dana guna pembelian rumah.
2. Ada rumah mungil dibeli cash, ada pula rumah besar tapi kredit

Subjudul di atas bukan untuk membenturkan metode pembayaran cash dengan kredit. Keduanya pada dasarnya sama baiknya asalkan konsekuensi sudah diperhitungkan dengan cermat. Namun bila kamu mengejek pemilik rumah mungil seolah-olah mereka gak punya uang lebih banyak, boleh jadi dirimu keliru.
Misalnya, total uang muka plus cicilan rumah yang sudah dibayarkan olehmu hingga hari ini mencapai 50 juta rupiah. Kamu masih harus mencari uang untuk membayar cicilan berikutnya sampai lunas bertahun-tahun lagi. Sementara itu, temanmu yang membeli rumah kecil sudah menggelontorkan uang sebesar 250 juta rupiah.
Dari sini saja tampak bahwa danamu yang telah jelas dibayarkan ke bank baru seperlima dari total uangnya. Bila dia hendak jahat dengan balas menghinamu juga bisa. Belum lagi ia mungkin masih punya sisa tabungan. Maka dari itu, jangan menilai kekayaan hanya dari ukuran rumah yang dipilih melainkan juga ada atau tidaknya utang.
3. Pas atau tidak tergantung penghuninya

Rumah sama pribadinya dengan barang-barang lain yang melekat di tubuh manusia, seperti tas dan jam tangan. Rumah yang menurutmu terlalu kecil serta gak ideal boleh jadi bagi orang lain sudah pas. Kecocokan ini diukurnya dari beberapa aspek.
Pertama, sesuai dari segi harga vs pendapatannya. Kedua, pas karena anggota keluarganya sedikit atau bahkan ia tinggal sendirian. Ketiga, ia lebih sibuk di luar rumah sehingga ukuran hunian yang tak seberapa pun telah cukup.
Jangan mengukur sepatu orang dengan kakimu karena belum tentu sama. Toh, bukan kamu yang hendak menghuninya. Walaupun rumahmu yang lebih besar juga punya daya tarik, mungkin bagi orang lain malah terasa berlebihan.
4. Rumah pribadi kecil, tapi aset lain mungkin banyak

Tidak semua orang ingin memiliki rumah yang besar. Khususnya rumah yang akan ditinggali sehari-hari. Beberapa orang sengaja memilih rumah kecil biar lebih ekonomis dan simpel. Namun, tidak demikian dengan pengembangan asetnya yang lain.
Malah dengan meminimalkan dana pembelian rumah pribadi, mereka jadi punya tabungan lebih banyak buat membangun aset. Contohnya, rumah pribadi seseorang cuma tipe 36/68. Namun, bisnis propertinya makin menggurita.
Ia punya beberapa ruko berbagai ukuran buat disewakan, investasi kos-kosan di kota lain, sawah aktif, dan sebagainya. Orang yang diejek olehmu lantaran rumahnya hanya setengah dari rumahmu boleh jadi memiliki aset bernilai sekian kali harga rumah kamu. Membangun aset memang sering gak mudah terlihat orang lain. Kamu jangan terkecoh cuma oleh ukuran tempat tinggalnya.
5. Rumah sejati lebih dari sekadar ukuran bangunan

Bangunan memberikan perlindungan secara fisik. Namun, rumah sesungguhnya lebih dari sekadar bangunan. Sesuatu disebut rumah jika dapat memberikan keamanan jasmani dan rohani. Tempat bahkan seseorang yang menghadirkan kenyamanan tertinggi dapat pula disebut sebagai rumah.
Walaupun ukuran rumah seseorang kecil, baginya mungkin terasa sangat nyaman. Lokasinya yang gak terlalu ramai dan berpolusi bikin dia merasa tenang serta lebih sehat. Masih ditambah hubungannya dengan anggota keluarga juga harmonis.
Dengan kondisi di atas, ia seakan-akan sudah tinggal di rumah terbesar di dunia. Sementara pemilik rumah berukuran besar belum tentu merasakan kenyamanan seperti dirinya. Boleh jadi termasuk kamu sehingga dirimu masih sempat-sempatnya mengejek rumah orang. Kalau kamu betul-betul nyaman menempati suatu rumah, hatimu terlalu damai buat ingin menghina siapa pun.
Meski kecilnya rumah seseorang membuatmu kaget, hindari menampakkannya dalam raut wajah, perkataan, atau komentarmu di medsos. Bagaimanapun juga, itulah titik berangkat dan pulang pemilik rumah beserta keluarganya. Akar kebahagiaan dan kesuksesan dimulai dari sana. Hindari mengecilkan arti rumah bagi orang lain dari ukurannya.