Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

11 Trivia Coping Mechanism Issue Shikamaru di Naruto, Sudah Membaik?

Shikaku Nara dan Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Naruto Shippuden)

Shikamaru Nara adalah satu satu tokoh yang kerap disorot dalam serial ninja Naruto hingga Boruto. Dia memang tak berperan sentral namun eksistensinya jelas krusial.

Putra tunggal mendiang Shikaku dan ayah dari Shikadai ini digambarkan sebagai sosok jenius yang santai. Akan tetapi, benarkah jiwa Shikamaru sedamai itu?

1. Shikamaru memang tampak tenang, padahal itu upaya keras untuk menutupi gemuruh jiwanya

Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Naruto Shippuden dan Boruto: Naruto Next Generations)

Sejak awal kemunculannya, Shikamaru kecil kerap memilih menghindari terlibat dalam hal-hal merepotkan. Kendati sangat cerdas, dia bahkan nyaris tak memiliki ambisi.

Dia acuh tapi sebenarnya awas. Dia peduli tapi mencoba mengelak sebab tak ingin dikecewakan ekspektasi. Dia tampak tenang padahal kerap menekan gemuruh jiwanya.

"Aku hanya ingin hidup seperti awan. Bebas, dan tenang." - Shikamaru

Dalam serial Naruto, Naruto Shippuden, dan Boruto, setidaknya enam kasus ini mengurai cara Shikamaru merespons beban pikiran dan mental terhadap situasi penuh tekanan. 

2. Shikamaru memimpin misi chunin perdana yang gagal dan nyaris merenggut nyawa rekannya

Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Naruto)

Shikamaru, chunin satu-satunya di angkatannya, diutus dalam Misi Pengejaran Sasuke beranggotakan Naruto, Neji, Kiba, dan Choji. Ini adalah misi perdananya sebagai pemimpin.

Kendati kerap mengeluh, tapi dia sangat bertanggungjawab. Dia menyusun strategi cermat, menggali dan percaya potensi rekan-rekannya, dan mengekspektasikan keberhasilan.

Sayangnya, misi itu gagal dan nyaris menewaskan rekannya. Dia jelas terpukul. Dia memendam kekecewaan, seolah tak begitu remuk, membebankan diri atas kegagalan.

Bahkan lari dari masalah bahwa dia memang tak layak sebagai pemimpin. Coping mechanism issue itu ditegur ayahnya. Emosi negatif harus dilepaskan dengan positif.

3. Shikamaru mengalami titik balik dari perkembangan mental saat kematian Asuma

Shikamaru Nara dan Asuma Sarutobi (dok. Pierrot/Naruto Shippuden)

Kasus selanjutnya menggambarkan coping mechanism issue Shikamaru lebih kentara dan komprehensif. Jiwanya tenggelam begitu dalam pada keterpurukan.

Kematian Asuma Sarutobi menjadi titik balik dari perkembangan mental Shikamaru. Baginya, beliau tak sekadar jonin pembimbing tapi juga sosok yang sangat dihormatinya.

Mereka dalam satu misi, dia menyaksikan langsung momen beliau gugur oleh Hidan Akatsuki. Kekecewaan mendalam itu membuatnya merasa sangat bodoh.

Dia sudah mengerahkan seluruh strategi dan kemampuannya tapi berujung gagal. Padahal, Asuma selalu mendukung dan percaya pada potensinya hingga akhir hayat.

4. Shikamaru bukan tak peduli, dia hanya tak siap menanggung perfeksionis dan ekspektasi dirinya

Shikaku Nara dan Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Naruto Shippuden)

Kegagalan tepat di depan matanya itu benar-benar meremukkan jiwanya. Dia jadi jauh lebih menutup diri dan terus memendam rasa sakit sendirian. 

Ayahnya kembali membantu Shikamaru mengelola emosi negatif. Permainan shogi mereka merupakan medium untuk menarik Shikamaru keluar dari penjara jiwanya.

Kendati jelas dari raut wajahnya, tapi dia terus berusaha seolah baik-baik saja. Pikirannya semrawut, hatinya berkecamuk, tapi fisiknya mencoba mengabaikan itu.

Pada dasarnya, Shikamaru enggan mengambil alih bukan karena tak peduli. Dia hanya takut tak mampu menanggung sisi perfeksionis dan ekspektasi dari dirinya sendiri. Itu menyakitinya.

5. Shikamaru terlalu keras pada diri sendiri dan berimbas pada ledakan emosi yang destruktif

Shikaku Nara dan Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Naruto Shippuden)

Shikamaru terlalu keras pada dirinya sendiri. Perfeksionis, ekspektasi, dan rasa tanggungjawab yang tinggi justru berimbas destruktif pada jiwanya yang tertutup.

Dia punya ingin besar menjadi sosok berguna dan melindungi orang-orang berharga. Namun, jiwanya rentan tak siap untuk menerima kegagalan atas kerja kerasnya.

Dia akan menyalahkan diri sendiri walau tahu bahwa ada variabel eksternal yang memang tak dapat dikontrol. Sayangnya, Shikamaru memilih memendam.

Ketika dia tak lagi kuasa menahan beban mental, ledakan emosi muncul, sebagaimana tergambar dalam momen ayah dan anak itu. Shikaku menyeret anaknya untuk bebas.

6. Shikamaru menyembunyikan misi berbahaya terkait Gengo yang nyaris merenggut nyawanya

Shikamaru Nara dan Temari (dok. Pierrot/Naruto Shippuden)

Perang Dunia Shinobi Keempat juga berkesan dalam bagi Shikamaru. Dia kehilangan ayahnya sekaligus didapuk menjadi pemimpin ribuan shinobi.

Selain pembentukan jiwa kepemimpinan, mendiang ayahnya berperan krusial mengatasi coping mechanism issue itu. Namun, agaknya jiwa Shikamaru masih belum terlatih mandiri.

Pasca perang, dia memutuskan turut berperan melindungi dunia ninja. Namun, sifat tertutup dan memilih menanggung beban sendiri itu bahkan membahayakan nyawanya.

Dia menyembunyikan misi terkait Gengo dari orang-orang terdekatnya, bahkan nyaris tewas jika Temari tak datang menolong. Alih-alih menunjukkan kerapuhan, dia memilih berkorban.

7. Shikamaru berperan dalam penculikan anak salah seorang daimyo yang nyaris berakhir tragis

Boruto, Tentou, Shojoji (dok. Pierrot/Boruto: Naruto Next Generations)

Dalam serial Boruto: Naruto Next Generations, Tentou, anak salah seorang daimyo, diculik kelompok bandit Mujina. Dia bahkan nyaris tewas di tangan Shojoji, penjahat kelas kakap.

Usut punya usut, insiden ini terkait Shikamaru (dalam novel Shikamaru Shinden: A Cloud Dancing in Forlorn Falling Petals). Sayangnya, strategi Shikamaru bergulir di luar kendali.

Dia juga nyaris memicu perang saat menjerat Tsuchikage melalui jurus bayangan dalam rapat jika Naruto tak menghentikan dan mendamaikan suasana. Sangat tertekan dengan ragam polemik lalu desa Konoha dituding "tukang rusuh", emosinya lantas meledak.

Niat baik Shikamaru dieksekusi dengan keliru. Sikap-sikap lancang Shikamaru membuat Naruto tak hanya kecewa tapi juga merasa dianggap tak becus sebagai pemimpin. 

8. Shikamaru, ahli strategi, seketika impulsif menyerang Amado yang menyandera Shikadai

Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Boruto: Naruto Next Generations)

Hingga era Boruto, dia tetap sosok tertutup yang rentan stres. Dalam novel Shikamaru Shinden: A Cloud Dancing in Forlorn Falling Petals, ini bahkan bumerang bagi keluarganya.

Alih-alih menyalurkan positif, dia destruktif pada dirinya. Dia sering pulang mabuk dan menjadi perokok berat untuk sejenak menghalau beban pikiran dan mental.

Respons buruk terhadap tekanan itu ibarat bom waktu. Misalnya, Shikadai disandera Amado dan mengancam akan membunuhnya. Dia seketika impulsif menyerang Amado.

Jelas Shikamaru gusar, tapi sebagai ahli strategi, dia seyogyanya berkepala dingin terhadap gertakan untuk bernegosiasi. Bahkan, dia disindir ternyata tak setenang itu.

9. Shikamaru tertekan dengan ekspektasi keluarga dan pekerjaan tapi tetap menyangkal

Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Boruto: Naruto Next Generations)

Sejak awal, pernikahan Shikamaru dan Temari menuai beragam respons. Dewan Suna kurang berkenan dengan hubungan mereka terkait isu politik dua desa.

Shikamaru masih dianggap tak cukup layak menikahi keturunan Kazekage. Bahkan, kendati sudah menikah dan memilik anak, klan Nara masih menerima omongan miring. 

Dia didorong ganti karir demi memenuhi ekspektasi pihak tertentu. Dia terus mengelak dan berusaha keras dengan pilihannya. Tekanan keluarga dan pekerjaan menyita hidupnya.

Kendati jelas sedang tak baik-baik saja, dia tetap mencoba seolah mampu menanggung beban sendirian. Jiwanya terus menolak untuk mengakui bahwa dia juga bisa rapuh. 

10. Hingga kini, coping mechanism issue Shikamaru belum kentara sembuh namun sudah lebih baik

Shikamaru Nara dan Shikadai Nara (dok. Pierrot/Boruto: Naruto Next Generations)

Hingga kini, belum tampak coping mechanism issue Shikamaru sudah jelas membaik. Namun, dia agaknya telah mulai belajar untuk mengelola tekanan.

Dia mulai memahami bahwa dia sama seperti manusia lain, yang tak sempurna. Kegagalan bukan untuk diratapi dan dipendam melainkan dicari solusi dan dihadapi.

Dia juga belajar mengelola beban pikiran dan mental guna melaksanakan tanggungjawab besar di pundaknya. Dia tak sendiri sehingga tak seharusnya memikul beban sendirian.

Saat dia memohon maaf karena tak menemukan strategi mengatasi ancaman Otsutsuki, warga desa Konoha justru menyemangatinya. Ini adalah tanggungjawab bersama.

Kini, agaknya dia semakin siap untuk meneruskan sisi konstruktif dirinya pada anaknya, Shikadai. Dia ingin anaknya kelak matang dalam mengemban tanggungjawab.

"Aku sudah tumbuh, dengan melihat punggungmu." - Shikamaru (kepada Shikaku)

11. Selain ayahnya, Naruto juga sosok krusial dalam mengatasi coping mechanism issue Shikamaru

Naruto Uzumaki dan Shikamaru Nara (dok. Pierrot/Naruto, Naruto Shippuden, Boruto: Naruto Next Generations)

Kendati berkapasitas pemimpin, pada dasarnya Shikamaru tak ingin menjadi pemimpin. Dia sadar bahwa rentan hancur oleh sisi perfeksionis saat gagal mengemban harapan.

Dalam novel Shikamaru Shinden: A Cloud Dancing in Forlorn Falling Petals, bagi Shikamaru, Naruto ibarat matahari. Naruto tak perlu risau akan kegelapan.

Keberanian dan tekad Naruto seperti cahaya matahari yang sangat terang. Semakin terang cahaya bersinar maka semakin gelap bayangan berkembang.

Selagi ada sosok yang memikul kegelapan itu maka dunia akan baik-baik saja, dan dialah sosok itu. Sebagai pengguna jurus "bayangan", itu sudah menjadi tugasnya.

Dialah yang akan menghalau semua bayang kegelapan yang mengganggu cahaya Naruto. Jalan ninjanya adalah menjadikan Naruto sebagai Hokage dan menjadi tangan kanannya.

Sejatinya, memang tak ada manusia yang selalu baik-baik saja. Mereka hanya pandai menyembunyikan luka, namun luka itu tak sembuh karena disangkal dan tak diobati.

Kalau diamati seksama, ternyata si santuy mania mantap tak setenang itu. Semoga Shikamaru tak lagi "jahat" pada dirinya, yuk kita juga belajar coping mechanism!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us