Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Fakta Boomerang Effect, Ketika Niat Baik Malah Membawa Hasil Buruk!

ilustrasi meminta bantuan (pexels.com/Alexander Suhorucov)
Intinya sih...
  • Boomerang Effect terjadi saat upaya mengubah perilaku malah memicu reaksi berlawanan, seperti kampanye anti-rokok yang membuat orang ingin merokok sebagai bentuk perlawanan.
  • Teori Reactance Psikologis menjelaskan bahwa ketika kebebasan pilihan terancam, seseorang cenderung melakukan kebalikan dari apa yang disarankan untuk melindungi otonomi mereka.
  • Boomerang Effect tidak hanya terbatas pada psikologi sosial, tetapi juga ditemukan dalam pemasaran, kesehatan masyarakat, dan perilaku lingkungan.

Pernahkah kamu memberikan nasihat yang baik, tapi malah mendapat reaksi yang tidak diharapkan? Atau mencoba mengubah kebiasaan seseorang, dan mereka malah semakin bertekad melakukan hal yang sama? Fenomena ini dikenal sebagai Boomerang Effect, sebuah ironi psikologis yang terjadi ketika upaya untuk mengubah pikiran atau perilaku seseorang justru memicu respons yang berlawanan.

Boomerang Effect dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan kita, dari interaksi sosial hingga kampanye kesehatan publik. Memahami fenomena ini dapat membantu kita berkomunikasi dan bertindak dengan cara yang lebih efektif. Berikut adalah lima fakta menarik tentang Boomerang Effect yang akan membuka mata kamu tentang kompleksitas perilaku manusia. Yuk, simak!

1. Boomerang Effect menampilkan kebalikan dari efek yang diharapkan

ilustrasi menegur (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Boomerang Effect terjadi ketika upaya untuk meyakinkan atau mengubah perilaku seseorang malah menghasilkan reaksi yang berlawanan. Misalnya, kampanye anti-rokok yang terlalu agresif bisa justru membuat orang lebih ingin merokok. Ini menunjukkan bahwa terkadang, pesan yang terlalu kuat atau mengancam dapat memicu keinginan untuk melakukan hal yang bertentangan sebagai bentuk perlawanan atau pemberontakan.

Dalam konteks sosial, efek ini sering terlihat ketika seseorang merasa bahwa kebebasannya terancam. Mereka mungkin merespons dengan melakukan persis apa yang mereka dilarang lakukan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka masih memiliki kontrol atas pilihan mereka. Ini adalah contoh klasik dari reaksi psikologis yang disebut ‘reactance’.

2. Boomerang Effect berakar pada teori psikologis

ilustrasi menegur (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Teori Reactance Psikologis menjelaskan bahwa ketika kebebasan pilihan seseorang terancam, mereka cenderung melakukan kebalikan dari apa yang disarankan. Ini adalah reaksi alami untuk melindungi kebebasan pribadi mereka. Teori ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki pilihan dan ketika pilihan tersebut dibatasi, mereka akan mencari cara untuk mendapatkan kembali kontrol.

Reaksi ini tidak hanya terbatas pada situasi di mana seseorang secara langsung diberitahu apa yang harus dilakukan. Ini juga bisa terjadi dalam situasi di mana seseorang merasakan tekanan sosial atau normatif untuk bertindak dengan cara tertentu. Ketika tekanan ini menjadi terlalu kuat, mereka mungkin memilih untuk melakukan hal yang berlawanan sebagai cara untuk mempertahankan individualitas dan otonomi mereka.

3. Boomerang Effect bisa terjadi di berbagai bidang

ilustrasi menegur (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Boomerang Effect tidak hanya terbatas pada psikologi sosial, tetapi juga dapat ditemukan dalam pemasaran, kesehatan masyarakat, dan perilaku lingkungan. Misalnya, pesan yang terlalu mendesak untuk menghemat air bisa membuat orang kurang peduli terhadap penggunaan air. Ini menunjukkan bahwa pesan yang terlalu menekan atau memaksa dapat mengurangi efektivitasnya dan bahkan dapat memiliki efek yang berlawanan dari yang diinginkan.

Dalam bidang pemasaran, misalnya, iklan yang terlalu agresif atau invasif dapat menyebabkan konsumen merasa terganggu dan memutuskan untuk tidak membeli produk tersebut. Demikian pula, dalam kesehatan masyarakat, pesan yang terlalu menakutkan tentang risiko kesehatan dapat membuat orang menjadi defensif dan mengabaikan informasi penting.

4. Boomerang Effect memiliki sejarah yang panjang

ilustrasi menegur (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Efek ini pertama kali diakui dan dinamai oleh Hovland, Janis, dan Kelly pada tahun 1953. Mereka menemukan bahwa efek ini lebih mungkin terjadi di bawah kondisi tertentu, seperti ketika argumen yang lemah dipasangkan dengan sumber yang negatif. Penelitian awal ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana pesan persuasif dapat memiliki efek yang tidak diinginkan.

Sejak saat itu, banyak penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasi berbagai aspek Boomerang Effect. Para peneliti telah mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi kemungkinan efek ini terjadi, termasuk kekuatan argumen, kredibilitas sumber, dan karakteristik penerima pesan.

5. Boomerang Effect mengajarkan kita tentang komunikasi

ilustrasi menegur (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Memahami Boomerang Effect penting dalam merancang komunikasi yang efektif. Pesan harus disampaikan dengan cara yang tidak terasa mengancam atau memaksa, agar tidak memicu reaksi yang tidak diinginkan. Ini berarti bahwa komunikator harus mempertimbangkan bagaimana pesan mereka mungkin diterima dan apakah ada potensi untuk reaksi negatif.

Pesan yang sukses sering kali adalah yang menghargai kebebasan pilihan penerima dan memberikan informasi tanpa tekanan. Dengan memahami Boomerang Effect, kita dapat menjadi lebih sadar tentang bagaimana kita menyampaikan pesan dan bagaimana kita dapat menghindari hasil yang tidak diinginkan.

Nah, itu dia serba-serbi Boomerang Effect yang mungkin bikin kamu mikir dua kali sebelum ngasih saran ke temen. Tapi, jangan lupa nih, efek ini juga pengingat buat kita semua buat nggak asal ikut-ikutan atau terpengaruh tanpa pikir panjang. Jadi, tetap pakai logika dan fakta yang ada, ya. Jangan cuma ikutin hati aja. Semoga info ini bisa jadi tambahan pengetahuan yang berguna buat kamu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us