Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Hubungan Antara Stres dengan Nyeri Punggung, Saling Berkaitan!

ilustrasi nyeri (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi nyeri (pexels.com/Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Ketegangan otot punggung disebabkan oleh respon tubuh terhadap stres, membuat otot tegang dan kaku, menyebabkan nyeri kronis atau kejang.
  • Stres memengaruhi cara otak memproses sinyal rasa sakit, meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri punggung dan mengganggu kualitas tidur.
  • Stres membuat orang kehilangan motivasi bergerak, meningkatkan risiko nyeri punggung kronis, tetapi olahraga ringan dan manajemen stres dapat membantu mengurangi nyeri punggung secara signifikan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nyeri punggung adalah keluhan umum yang dialami banyak orang di seluruh dunia. Menariknya, stres memiliki peran besar dalam memicu dan memperparah nyeri punggung.

Ketika tubuh mengalami stres, berbagai reaksi biologis dan psikologis terjadi, yang pada akhirnya bisa memengaruhi kesehatan fisik, termasuk kondisi punggung. Memahami bagaimana stres berkontribusi terhadap nyeri punggung dapat membantu dalam menemukan cara yang lebih efektif untuk mencegah dan mengobatinya.

Yuk simak selengkapnya! 

1. Ketegangan otot dan kejang

ilustrasi sakit punggung (unsplash.com/Romina Farías)
ilustrasi sakit punggung (unsplash.com/Romina Farías)

Saat seseorang merasa stres, tubuh secara alami merespons dengan menegang, seolah-olah bersiap menghadapi ancaman. Respons ini dikenal sebagai 'fight or flight' dan sering kali membuat otot-otot punggung menjadi kaku. Jika stres berlangsung lama, ketegangan ini bisa menyebabkan nyeri otot kronis atau bahkan kejang otot yang menyakitkan.

Semakin lama otot tetap tegang, semakin besar kemungkinan terjadi peradangan dan ketidakseimbangan postur, yang pada akhirnya memperburuk nyeri punggung. Selain itu, banyak orang yang tidak menyadari bahwa kebiasaan seperti membungkuk saat bekerja atau duduk terlalu lama tanpa peregangan juga memperparah ketegangan otot akibat stres.

2. Perubahan persepsi terhadap rasa sakit

ilustrasi sakit (unsplash.com/Yuris Alhumaydy)
ilustrasi sakit (unsplash.com/Yuris Alhumaydy)

Stres juga dapat memengaruhi cara otak memproses sinyal rasa sakit. Saat tingkat stres tinggi, otak menjadi lebih sensitif terhadap rasa sakit, sehingga nyeri punggung terasa lebih parah daripada yang seharusnya. Dalam kondisi normal, otak memiliki mekanisme untuk mengatur dan mengurangi persepsi nyeri, tetapi stres dapat menghambat fungsi ini.

Akibatnya, rasa sakit yang mungkin sebelumnya hanya ringan bisa berkembang menjadi lebih intens dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang yang mengalami stres berkepanjangan sering kali merasa tubuhnya lebih mudah lelah dan nyeri semakin sulit diatasi.

3. Gangguan kualitas tidur

ilustrasi tidur (unsplash.com/Kinga Howard)
ilustrasi tidur (unsplash.com/Kinga Howard)

Stres yang tinggi sering kali menyebabkan gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur yang tidak nyenyak. Kurang tidur bisa memperburuk nyeri punggung karena tubuh tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk memperbaiki jaringan yang rusak selama aktivitas harian.

Selain itu, kurang tidur juga dapat menurunkan ambang batas nyeri seseorang, sehingga rasa sakit yang sebelumnya ringan menjadi terasa lebih menyakitkan. Posisi tidur yang tidak tepat akibat stres juga bisa berkontribusi pada nyeri punggung, misalnya tidur dengan posisi yang terlalu kaku atau tanpa dukungan bantal yang baik. Dengan memperbaiki kualitas tidur, tubuh akan lebih mampu memulihkan diri, sehingga nyeri punggung bisa berkurang secara alami.

4. Berkurangnya aktivitas fisik

ilustrasi yoga (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi yoga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Stres sering membuat seseorang kehilangan motivasi untuk bergerak dan berolahraga. Akibatnya, mereka cenderung menjalani gaya hidup yang lebih pasif, seperti duduk terlalu lama di depan komputer atau berbaring sepanjang hari tanpa aktivitas fisik yang cukup. Kurangnya gerakan ini dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi lemah dan kaku, yang pada akhirnya meningkatkan risiko nyeri punggung.

Padahal, olahraga ringan seperti peregangan, berjalan kaki, atau yoga terbukti membantu mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Jika aktivitas fisik tetap dijaga meskipun sedang stres, maka risiko nyeri punggung dapat dikurangi secara signifikan.

5. Faktor psikologis dan nyeri kronis

ilustrasi nyeri (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi nyeri (pexels.com/Kindel Media)

Ada hubungan erat antara kondisi psikologis seseorang dengan nyeri punggung kronis. Orang yang mengalami stres berat lebih rentan mengalami nyeri punggung berkepanjangan dibandingkan mereka yang memiliki tingkat stres lebih rendah. Ketika stres terus berlangsung, tubuh menjadi lebih sulit untuk pulih dari nyeri, sehingga kondisi ini berubah menjadi masalah kronis.

Pendekatan seperti terapi psikologis, meditasi, atau latihan pernapasan dapat membantu mengurangi stres, yang pada akhirnya berdampak positif pada pengurangan nyeri punggung. Mengelola stres dengan baik bukan hanya membantu kesehatan mental, tetapi juga mendukung pemulihan fisik secara keseluruhan.

Mengetahui hubungan antara stres dan nyeri punggung sangat penting untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengatasinya. Mengurangi stres melalui teknik relaksasi, olahraga, dan tidur yang cukup dapat membantu mengurangi nyeri punggung secara signifikan. Jika nyeri punggung terus berlanjut, konsultasi dengan dokter bisa menjadi langkah yang bijak untuk mendapatkan perawatan yang lebih tepat. Dengan gaya hidup yang lebih sehat dan manajemen stres yang baik, nyeri punggung bisa dicegah sebelum menjadi masalah yang lebih serius.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us