5 Perbandingan Kutukan Naruto dan Boruto, Dirasuki Makhluk Jahat!

Bagaikan bapak dan anak, apa yang dialami Naruto kala itu juga dialami Boruto di masa kini. Alih-alih pengalaman baik, tapi justru pengalaman buruknya yang diwarisi Boruto.
Sebuah pengalaman di mana dalam suatu kondisi, tubuh bapak dan anak ini diambil alih oleh makhluk jahat yang amat kuat. Kurama untuk Naruto, Momoshiki untuk Boruto.
Tapi sadarkah kamu bahwasannya kondisi Boruto di sini, tak kalah berbahaya daripada Naruto saat itu? Berikut perbandingannya berdasarkan beberapa aspek yang ada.
1. Pemicu

Pengambilalihan tidak semerta-merta langsung terjadi, perlu ada sebuah pemicu yang terlebih dahulu harus hadir. Di mana amarah, adalah pemicu kedua bapak dan anak tersebut. Kawan-kawan mereka disinggung, diancam, disakiti, itu hal-hal yang sungguh memicu amarah mereka.
Namun, suatu kondisi di mana dirinya sekarat, adalah aspek ekstra bagi Boruto. Karena hal itu seolah semakin membuka lebar pintu pengambilalihan untuk Momoshiki.
Ini bisa disebabkan oleh ekstraksi karma Momoshiki yang sudah mencapai 80% dalam merenggut Boruto. Di mana itu menyebabkan keringkihan terhadap kesadaran diri Boruto apalagi di kondisinya yang sedang kritis.
Hal ini juga berhubungan dengan motif Momoshiki yang ingin menjadikan Boruto sebagai "wadah" untuk dia tempati. Tentu, kesekaratan apalagi kematian Boruto sungguh-sungguh dihindarinya. Itu lah kenapa, dua pengambilalihan yang telah Momoshiki lakukan, terjadi ketika Boruto pingsan dan sekarat.
2. Indikasi

Aura tidak enak, terdapat chakra negatif yang bisa dirasakan, menggeram, adalah indikasi yang muncul ketika Kurama mencoba mengambil alih Naruto. Tapi hal itu nihil untuk Boruto.
Bagaikan sakelar, pengambilalihan Momoshiki pada Boruto terjadi dengan sangat cepat dan tanpa adanya indikasi. Tentu ini membahayakan orang-orang di sekitar Boruto karena, potensi penyelundupan dan penusukan dari belakang dapat terjadi kapan pun.
Berbanding dengan Naruto, butuh beberapa detik atau menit untuk kemudian, Kurama, berhasil mengambil alihnya.
Di mana sepanjang itu Naruto masih mampu untuk melawan dan menahannya. Sehingga orang-orang di sekitarnya pun juga bisa terlebih dahulu mengambil posisi bertahan atau mencari perlindungan.
Indikasi itu dibutuhkan. Fenomena absurd seperti ini sungguh membutuhkan waktu dan ruang untuk dapat berantisipasi.
3. Kekuatan

Bisa dikatakan, kekuatan adalah ancaman utama dari fenomena pengambilalihan di sini. Sebab di situlah sumber segala kedestruktifan hadir.
Dasarnya, fenomena pengambilalihan di sini meningkatkan berbagai performa diri mereka. Mulai dari tenaga, kecepatan, teknik, sampai peningkatan dari jutsu-jutsu yang mereka punyai.
Bicara tentang jutsu, merujuk umurnya yang sekarang, Boruto memiliki lebih banyak jutsu daripada Naruto. Di mana hal itu menguntungkan Momoshiki sebab, ketika bertarung, ia memiliki lebih banyak variasi penyerangan ataupun pertahanan. Ditambah juga dengan kemampuannya yang mampu menyerap chakra lawan.
4. Pengetahuan

Karma merupakan hal yang sungguh anomali. Tidak seperti Kurama, sebagai seekor bijuu, di mana catatan sejarah mengenainya sudah tertulis dan diketahui banyak orang. Sehingga ada teori atau referensi yang bisa menuntun Naruto untuk menanggulangi fenomena yang dialaminya tersebut.
Berbeda halnya dengan Boruto, dirinya, bagaikan seorang pionir di sini. Bahkan Amado, sebagai seseorang yang sudah meneliti karma lebih dekat pun, juga tidak begitu bisa menuntunnya. Karena ia sendiri berkata bahwa masih banyak yang belum diketahuinya mengenai karma.
5. Derajat

Sosok Momoshiki sebagai dewa di sini tidak hanya superior dalam segi kekuatan, tapi juga intelektual.
Kala itu, Kurama, seakan hanyalah seekor hewan liar saja yang ketika "kumat," hanya bisa menyerang siapapun secara membabi buta. Sedangkan Momoshiki, sesosok dewa di sini, dapat memilah. Siapa yang harus diprioritaskan untuk dibunuh, siapa yang harus diserang, bahkan sespesifik, bagian mananya yang harus diserang. Seperti Sasuke yang waktu itu diincar mata rinnegannya.
Identitas Momoshiki sebagai dewa di sini seharusnya sudah cukup menjelaskan bagaimana kondisi, nasib, atau "kutukan" Boruto, dalam beberapa aspek, lebih berat dibandingkan Naruto.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sebuah peribahasa yang sungguh menggambarkan hubungan bapak dan anak di sini. Walau ironisnya, pengalaman buruklah yang justru menyamakan mereka. Namun, mengingat kala itu Naruto dapat melewati masa kelamnya, apakah Boruto juga optimis untuk mampu, melalui masa kelamnya tersebut?