Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda Orang Memiliki Ketergantungan Emosional pada Makanan

ilustrasi makan (unsplash.com/Alex Haney)
Intinya sih...
  • Makanan sebagai pelarian dari masalah dan penanda ketergantungan emosional
  • Konsumsi makanan tinggi gula saat stres memicu otak memproduksi dopamin
  • Siklus emosional yang tidak sehat antara ngemil untuk bahagia dan menyesal setelahnya

Pernah merasa makanan adalah sahabat sejati? Kalau sedang sedih, makan. Lagi senang, ngemil. Marah, langsung pesan junk food. Ini mungkin terdengar wajar, tapi berhati-hatilah! Ketergantungan emosional pada makanan bisa menjadi kebiasaan yang merugikan.

Dalam artikel ini, akan membahas 5 tanda utama seseorang memiliki hubungan spesial dengan makanan yang sudah di luar kendali. Yuk simak! 

1. Selalu mengandalkan makanan saat stres atau sedih

ilustrasi makan (unsplash.com/Adriel Prastyanto)

Sebagian orang menganggap makanan sebagai pelarian dari masalah. Apalagi saat bad mood, makanan manis seperti cokelat atau es krim jadi pilihan utama. Ini tanda awal adanya ketergantungan emosional pada makanan.

Konsumsi makanan tinggi gula saat stres memicu otak memproduksi dopamin, sehingga kamu merasa lebih baik sementara. Masalahnya, efek ini sementara saja dan bikin tubuh ketagihan untuk mengulanginya. Bahaya, kan?

2. Sering ngemil meski tidak lapar

ilustrasi snack (unsplash.com/Denny Müller)

'Ngemil itu healing!' mungkin sering kamu dengar. Padahal, sering makan tanpa lapar adalah tanda kuat dari ketergantungan emosional. Makanan di sini bukan lagi soal kebutuhan fisik, tapi upaya mengisi kekosongan lain dalam hidup.

Makan emosional sering kali didasari kebutuhan psikologis, bukan kebutuhan tubuh. Kebiasaan ini bisa memicu kenaikan berat badan, bahkan obesitas.

3. Merasa bersalah setelah makan

ilustrasi badmood (unsplash.com/christopher lemercier)

Setelah menghabiskan sekotak pizza sendirian, perasaan bersalah sering muncul. "Kenapa tadi aku makan banyak banget?" Kalau ini sering terjadi, kamu perlu waspada. Ini adalah siklus emosional yang tidak sehat antara ngemil untuk bahagia dan menyesal setelahnya.

Pola seperti ini berpotensi mengembangkan gangguan makan seperti binge eating disorder. Jangan sepelekan perasaan bersalah itu, cari cara yang lebih sehat untuk mengatasinya.

4. Sulit mengontrol diri di depan makanan favorit

ilustrasi dessert (unsplash.com/Toa Heftiba)

Pernah ketemu cheesecake, niat makan cuma sepotong, tapi akhirnya habis 1 loyang? Kalau kamu merasa makanan selalu punya kekuatan besar untuk menggoda, ini bisa jadi pertanda ketergantungan emosional. 

Makanan tinggi lemak dan gula sangat sulit ditolak karena efeknya yang memabukkan otak. Hal ini membuatmu kehilangan kendali dan akhirnya makan lebih banyak dari seharusnya.

5. Membiarkan suasana hati menentukan pilihan makanan

ilustrasi makan (unsplash.com/Pablo Merchán Montes)

Pernah dengar istilah comfort food? Misalnya, saat bahagia memilih salad, tetapi begitu sedih langsung ke fast food. Kalau suasana hati terus memengaruhi pola makan, kamu mungkin sedang mengalami ketergantungan emosional.

Mood swings sering kali berkorelasi langsung dengan perilaku makan emosional. Sayangnya, ini tidak menyelesaikan masalah, hanya menambah komplikasi kesehatan.

Menggunakan makanan sebagai pelipur lara mungkin terasa normal, tapi kalau keterusan, itu bisa jadi bahaya! Kenali tanda-tanda ini dan mulai perbaiki hubunganmu dengan makanan. Cobalah mencari alternatif lebih sehat untuk mengelola emosi, seperti olahraga atau meditasi. Kalau kebiasaan ini sudah sulit dikendalikan, berkonsultasilah dengan ahli gizi atau psikolog.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ignatius Drajat Krisna Jati
EditorIgnatius Drajat Krisna Jati
Follow Us