Kisah Mahasiswa Tuna Rungu yang Lulus Sarjana di UIN Saizu Purwokerto

Mampu raih IPK 3,65

Banyumas, IDN Times - Meskipun memiliki keterbatasan dalam hal pendengaran, Definda Eka Riris Wulandari, mahasiswa UIN Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto ini mampu membuktikan lulus kuliah dengan predikat 'Dengan Pujian'.

Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah itu merupakan satu di antara 494 wisudawan/wisudawati yang diwisuda di Auditorium UIN Saizu Purwokerto. Wisuda Magister ke 27 dan Sarjana ke 61 berlangsung hari Selasa (28/5/2024) lalu.

Riris merupakan wisudawan Disabilitas tuna rungu, dari Prodi BKI Angkatan 2020. Wisudawan tersebut berhasil menyelesaikan studinya di semester 8 dan dibuktikan dengan keberhasilannya meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,65.

Baca Juga: UIN Saizu Purwokerto Raih Akreditasi Unggul

1. Gunakan aplikasi transkripsi instan

Kisah Mahasiswa Tuna Rungu yang Lulus Sarjana di UIN Saizu PurwokertoAplikasi transkripsi instan yang digunakan Riris dalam perkuliahan.(IDN Times/Tangkapan layar)

Riris telah membuktikan, perjuangan yang dilakukannya selama hampir empat tahun itu berbuah manis. Perjuangannya selama kuliah tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan.

Perempuan asal Kabupaten Purbalingga itu harus menyesuaikan dan beradaptasi di lingkungan yang masih belum mendukung akomodasi dan kebutuhan akan akses bagi mahasiswa yang memiliki tidak bisa mendengar atau tuna rungu.

Saat pembelajaran di kelas, Riris menggunakan aplikasi transkripsi instan untuk menyimak penjelasan dosen. Selama bergaul dengan teman-temannya, dia juga mengandalkan sisa pendengaran dan membaca gerakan bibir.

2. Awalnya malu dan menutup diri

Kisah Mahasiswa Tuna Rungu yang Lulus Sarjana di UIN Saizu PurwokertoRiris usai mengaku menggunakan transkripsi instan untuk menyimak penjelasan dosen.(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Awalnya Riris menutup diri dan tidak terbuka dengan identitasnya. Alasannya merasa malu serta takut dengan stigma beberapa orang di kampus. Namun pada akhirnya, saat menginjak semester tiga, tepatnya pada November 2021, Riris mengikuti Workshop Jurnalistik Inklusif di Serang, Purbalingga.

“Dalam perkuliahan menyimak penjelasan dosen, saya pakai aplikasi transkripsi instan. Walaupun terkadang tidak akurat tapi sangat membantu,” ungkapnya.

Sedangkan niat awal mendalami ilmu jurnalistik justru membawanya berkenalan dengan teman tuna rungu secara langsung. Dari teman tersebut, Riris belajar banyak dan mengembangkan kemampuannya mengenai Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan budaya tuna rungu.

3. Makin percaya diri setelah bertemu teman tuna rungu

Kisah Mahasiswa Tuna Rungu yang Lulus Sarjana di UIN Saizu PurwokertoRiris setelah bertemu dengan teman teman baru makin percaya diri, Jumat (30/5/2024).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Setelah bertemu sesama teman tuna rungu, kepercayaan dirinya semakin bertambah. Dia menjadi terbuka dengan teman dan dosennya.

Saat di kelas, yang semula tidak nyaman untuk sekadar melihat catatan teman, akhirnya menjadi berani untuk bertanya apabila ada hal yang tidak diketahuinya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Teman-teman Riris jadi lebih menyesuaikan setelah dia terbuka, bahkan menurut penuturannya apabila dosen mendikte maka teman kelas secara gamblang menawarkan catatannya untuk dilihat.

4. Bergabung di komunitas batir isyarat

Kisah Mahasiswa Tuna Rungu yang Lulus Sarjana di UIN Saizu PurwokertoRiris aktif berorganisasi di Komunitas Batir Isyarat Banjoemas yang bernaung di Purwokerto.(IDN Times/Tangkapan layar@batir.isyarat)

Saat ini, Riris aktif berorganisasi di Komunitas Batir Isyarat Banjoemas yang bernaung di Purwokerto. Bersama teman tuna rungu lainnya, dia aktif dalam beberapa kegiatan advokasi, salah satunya adalah dalam program BIB Goes To School di SLB B Yakut Purwokerto.

Kegiatan dari komunitas BIB tersebut sebagai gerakan dan upaya untuk mewujudkan Kabupaten Banyumas yang inklusif. Tak hanya itu, dia juga bergabung dengan Yayasan Difapedia Indonesia Inklusif sejak 2023 lalu.

Dalam Yayasan tersebut, Riris sudah banyak terlibat di beberapa kegiatan, salah satunya Workshop Literasi Digital Inklusi yang diselenggarakan di Pendopo Kabupaten Purbalingga. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi dan kegiatan tidak terlepas dari peran dan dukungan orang tua. Motivasi terbesarnya adalah ibunya.

5. Ikut sertifikasi

Kisah Mahasiswa Tuna Rungu yang Lulus Sarjana di UIN Saizu PurwokertoSertifikasi kompetensi skema trainer di lembaga sertifikasi profesi.(IDN Times/Foto : ilustrasi)

Di akhir masa studinya pada semester 8, Riris mengikuti Sertifikasi Kompetensi skema Trainer di Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto dan mendapatkan Sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Dalam sertifikasi tersebut harus menyusun modul pelatihan dan merancang materi pelatihan serta melakukan praktek melaksanakan pelatihan ketika melakukan uji kompetensi.

Topik dari modul tersebut kemudian diajukan untuk lomba, dengan dukungan serta bimbingan dari dosen Nur Azizah MSi (Ketua Jurusan Konseling dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Dakwah).

6. Juara dua literasi training Islami

Kisah Mahasiswa Tuna Rungu yang Lulus Sarjana di UIN Saizu PurwokertoUIN Sunan Gunung Djati Bandung tempat Riris raih juara dua nasional Fordakom.((IDN Times/Foto : Ilustrasi)

Dalam hal prestasi, Riris berhasil meraih Juara 2 tingkat nasional kategori literasi training islami pada Mei 2024 yang diselenggarakan dalam lomba pengembangan Model Konseling dan penyuluhan dalam Rangka Fordakom oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang bekerjasama dengan Perkumpulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam (PABKI).

"Saya berharap keberhasilan ini dapat memberi manfaat untuk almamater dan masyarakat agar terus berupaya menciptakan aksesibilitas di sektor pendidikan," ungkap Riris dalam keterangannya kepada IDN Times, Jumat (30/5/2024).

Keberhasilan Riris sebagai mahasiswa disabilitas ini menjadi bukti bahwa disabilitas juga memiliki potensi yang luar biasa, namun kurangnya kesadaran dan perhatian dari stakeholder terkait, dapat berdampak pada ketidaksetaraan hak disabilitas untuk mengakses pendidikan dengan baik.

Pihak kampus diharapkan dapat membantu memberikan dukungan dan akses yang lebih baik bagi mahasiswa disabilitas sesuai kebutuhannya masing-masing, terutama di Kampus UIN Saizu Purwokerto.

Baca Juga: Dapat Rekom Kemendikbud, UIN Saizu Purwokerto Miliki Prodi Umum

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya