Korban G30S, Menguak Rumah Pierre Tendean di Semarang

Romo Kris merinding saat melihat atap rumah

Semarang, IDN Times - Cuaca Kota Semarang pada Rabu (8/9/2021), cukup terik. Di sejumlah ruas jalan raya, arus lalu lintas terlihat ramai. Termasuk di perempatan Jalan Imam Bonjol, Pandansari. 

Namun tak banyak yang tahu bahwa di salah satu sudut ruas Jalan Imam Bonjol menyimpan jejak sejarah mengenai sosok Kapten Czi (Anumerta) Piere Andreas Tendean, salah satu pahlawan revolusi yang gugur saat peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S. 

Tepat di bangunan bernomor 172 yang kini berubah menjadi Kantor Pelayanan Pastoral Semarang, pada zaman dahulu ditempati oleh keluarga Piere Tendean. 

1. Piere Tendean dan keluarganya tinggal di rumah Jalan Imam Bonjol Nomor 172

Korban G30S, Menguak Rumah Pierre Tendean di SemarangLobi Kantor Pastoral Semarang pada zaman dulu dijadikan rumah inti milik keluarga Piere Tendean. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semasa hidupnya, Piere menghabiskan masa kecilnya bersama ayahnya yang bernama Dr AL Tendean dan ibundanya bernama Maria Elisabeth Cornet serta sang adik di rumah Jalan Imam Bonjol Nomor 172 tersebut. 

Dr Tendean, ayah Piere diketahui berprofesi sebagai seorang dokter yang membuka praktek di rumah nomor 172. Romo Yohanes Krismanto, yang saat ini ditunjuk sebagai Kepala Bidang Sosial Ekonomi Pastoral Semarang mengaku punya kenangan manis atas bangunan peninggalan keluarga Piere Tendean tersebut. 

"Waktu saya masih jadi frater, pertama kali datang di kantor Pastoral Semarang tahun 1991. Bangunannya masih berupa rumah lawas yang sangat luas. Saya ingat betul di tempat berdirinya kantor Pastoral ini dulunya masih berupa sebuah rumah. Depan pintunya ada pohon beringin yang besar. Lalu di samping rumah ada jalan masuk di mana bagian kirinya ada sejumlah kamar. Mungkin ayah Piere Tendean yang bernama Dr Tendean juga buka praktek di rumah," kata Romo Kris, sapaan akrabnya ketika berbincang dengan IDN Times. 

Baca Juga: Sosok Pierre Tendean, Pemuda Pahlawan Indonesia Berdarah Perancis

2. Rumah Piere Tendean ditumbuhi pohon jambu dan ada sebuah pohon beringin

Korban G30S, Menguak Rumah Pierre Tendean di SemarangIDN Times/Imam Rosidin

Romo Kris bilang tak banyak informasi mengenai keluarga Piere Tendean yang dapat dikulik dari rumah itu. Romo Kris mengingat jika rumah Piere Tendean pada zaman dulu kelihatan asri dengan banyaknya pohon jambu dan sebuah taman di belakang rumah. 

Kemudian pada bagian dalam rumah Piere, Romo Kris melihat atap bangunanya membuatnya merinding. "Karena bangunan kuno kan memang atapnya sudah lapuk. Jadinya kalau setiap masuk ya mrindingi," akunya. 

3. Ayah Piere Tendean menghibahkan rumahnya kepada Yayasan Budi Mulia

Korban G30S, Menguak Rumah Pierre Tendean di SemarangAntara/M Risyal Hidayat

Berdasarkan literatur yang diperoleh dari Keuskupan Agung Semarang, Romo Kris mengetahui bila rumah keluarga Piere Tendean sekitar tahun 1970 dihibahkan kepada Yayasan Budi Mulia. Yayasan tersebut merupakan lembaga Konggregasi Bruder-Bruder FIC yang bertugas mengelola kepemilikan aset tanah dan bangunan.

"Kira-kira tahun 1970 Dr Tendean menghibahkan rumahnya kepada Yayasan Budi Mulia. Sedangkan keluarga Tendean berserta anaknya memutuskan pindah ke Jakarta. Informasi itupun baru saya tahu dari YouTube tiga tahun belakangan ini," kata Romo Kris.

4. Kini rumah Piere Tendean sudah dipugar untuk dijadikan Kantor Pastoral

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Korban G30S, Menguak Rumah Pierre Tendean di Semarang(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin

Selepas dihibahkan, rumah keluarga Piere Tendean kemudian dikelola oleh pihak Delegatus Sosial Keuskupan Agung Semarang (DELSOS KAS) yang dipimpin oleh I.Jayasewaya, Pr pada awal tahun 1980. Praktis, menurutnya setelah itu rumah keluarga Piere Tendean sepenuhnya dikelola oleh Keuskupan Agung Semarang. 

Ia tak mengetahui secara pasti apakah Dr Tendean beserta istri dan anak-anaknya pernah menengok kondisi rumah itu atau tidak. Pun demikian setelah Piere Tendean gugur akibat peristiwa G30S. 

"Saya kurang tahu apakah keluarga Dr Tendean pernah menengok rumahnya yang ada disini atau tidak. Tapi ketika rumah Dr Tendean direnovasi total oleh Keuskupan Agung Semarang tahun 2007 silam, ada kemungkinan ada pembicaraan dengan ahli waris keluarga Dr Tendean. Kan semua saudara Piere Tendean sekarang tinggalnya di Jakarta," jelasnya. 

Ia berkata ketika renovasi dikerjakan tahun 2007, seluruh sudut bangunan rumah peninggalan Dr Tendean dipugar. Taman yang asri diubah jadi tempat parkir Pastoral. Pohon beringin ditebang. Sedangkan lorong kamar diubah total. 

"Terakhir saya lihat kondisi fisik bangunan rumahnya ya tahun 2006. Tahun 2007, dipugar untuk dibangun ulang menjadi Kantor Pastoral. Tidak ada peninggalan apapun. Termasuk tdak ada foto keluarga Dr Tendean dan anaknya Piere Tendean," ungkapnya. 

Baca Juga: Kisah Pierre Tendean, Juru Selamat Jenderal AH Nasution saat G30S/PKI

5. Pemugaran dilakukan karena rumah Piere Tendean sering kebanjiran

Korban G30S, Menguak Rumah Pierre Tendean di SemarangFoto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu

Keputusan melakukan pemugaran, selain kondisi fisik bangunan yang sudah tua, Keuskupan Agung Semarang juga membutuhkan ruangannya pelayanan umat yang memadai.

Disamping itu, pemugaran atas pertimbangan biaya perawatannya yang mahal serta lokasi lebih rendah dengan jalan raya, sehingga ketika hujan deras seeing kebanjiran. 

Bagian belakang rumah tersebut juga terkadang ikut terendam rob. "Atas dasar itulah, kita memutuskan membangun ulang menjadi sebuah Kantor Pelayanan Pastoral selama tiga tahun. Pembangunannya tuntas pada 25 Juni 2009 atau telat saat HUT KAS ke-69 lalu diresmikan oleh Monsinyur Ignasius Suharyo," akunya. 

6. Sejumlah lembaga saat ini menempati kantor Pastoral Semarang

Korban G30S, Menguak Rumah Pierre Tendean di SemarangGereja Katedral Semarang bersiap menyambut perayaan Natal 2020. IDN Times/Fariz Fardianto

Menurut riwayatnya, Kantor Pelayanan Pastoral pernah ditempati oleh sejumlah lembaga yang bernaung dibawah Keuskupan Agung Semarang. Mulai dari DELSOS bidang Panitia Sosial Ekonomi, Panitia Aksi Puasa Pembangunan, Lembaga Pelayanan Bantuan Hukum, Informasi bursa lowongan kerja, WKRI, Komisi Pendidikan, Komisi Hubungan Antar Keagamaan, Komisi Kepemudaan hingga Komisi Koisi pendidka komisi hubungan antar keagamaan, lembaga Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan KAS (PK4AS), komisi kepemudaan komisi ketaketik. 

Kemudian sejak 1999 dengan banyaknya lembaga yang pindah ke sejumlah daerah, maka Kantor Pelayanan Pastoral kini ditempati oleh, Unit Pengembangan Pastoral Sosial, Unit Pengembangan Pastoral, Kemasyarakatan dan Advokasi, Panitia APP KAS, Yayasan Sosial Soegijapranata, Yayasan Bernardus, WKRI Jateng dan Majalah Salam Damai. 

Sedangkan menurut pengakuan Ketua Masyarakat Sejarawan Jawa Tengah, Professional Wasino, informasi mengenai seluk beluk kehidupan Piere Tendean hingga saat ini sangat minim. 

Dirinya sendiri juga belum melakukan penelitian untuk mengulas sosok Piere Tendean. "Info-info yang kita peroleh masih sedikit. Tidak banyak cerita yang dikembangkan dari sisi lain kehidupan Piere Tendean. Sehingga kita mendorong masyarakat untuk memperdalam bacaan lewat buku-buku sejarah maupun dari arsip kuno lainnya," pungkasnya. 

Baca Juga: Umat Katolik Semarang Diizinkan Misa ke Gereja, Gak Perlu Bawa Kartu Vaksin

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya