7 Candaan yang Mengandung Gaslighting dalam Hubungan, Hindari Yuk!

- Candaan dalam hubungan bisa menyimpan gaslighting yang meragukan realitas seseorang.
- Candaan seperti "baper banget sih" atau "kok bajunya gitu sih" dapat mengikis rasa percaya diri pasangan.
- Mengejek kecemburuan, melecehkan profesi, dan menyanggah janji dengan candaan juga termasuk bentuk gaslighting yang merusak hubungan.
Dalam dinamika hubungan, candaan kerap dijadikan alat untuk mencairkan suasana, mempererat ikatan emosional, atau bahkan meredakan ketegangan. Namun, tidak semua candaan muncul dari niat yang murni atau sehat. Beberapa candaan justru menyimpan bentuk manipulasi terselubung yang dapat merusak rasa percaya dan kestabilan emosi dalam hubungan.
Salah satu bentuk candaan yang perlu diwaspadai adalah candaan yang mengandung gaslighting. Meski dibalut dalam bentuk lelucon, gaslighting merupakan bentuk manipulasi psikologis yang meragukan persepsi realitas seseorang. Dampaknya tidak hanya mengganggu kenyamanan emosional, tetapi juga dapat mengikis rasa percaya diri dalam jangka panjang.
Meski dianggap sepele dan lucu, yuk hindari ketujuh candaan yang mengandung gaslighting dalam hubungan di bawah ini. Check it out!
1. Candaan meremehkan perasaan

Bentuk candaan seperti “baper banget sih” atau “cuma gitu aja marah” terdengar seolah tidak serius, tetapi menyiratkan penolakan terhadap validitas emosi yang dirasakan. Candaan ini secara tidak langsung menyampaikan bahwa perasaan yang muncul adalah hal sepele dan tidak layak untuk diperhatikan. Dalam hubungan yang sehat, perasaan, sekecil apa pun, semestinya diterima dan dihargai tanpa harus dianggap berlebihan.
Apabila jenis candaan ini terus berulang, individu yang menjadi sasaran bisa mulai merasa bahwa ekspresi emosinya adalah sesuatu yang salah. Lama-kelamaan, ia mungkin menahan diri untuk mengungkapkan emosi karena takut dicemooh atau tidak dipahami. Ini adalah bentuk pengaburan terhadap kenyataan emosional yang dirasakan seseorang, dan termasuk dalam gaslighting terselubung.
2. Candaan mengolok penampilan

Candaan seperti “kok bajunya gitu sih” atau “gaya rambutmu aneh deh” mungkin terdengar ringan, bahkan dilontarkan sambil tertawa. Namun, jika disampaikan berulang kali tanpa memperhatikan perasaan pasangan, candaan ini dapat menjadi bentuk manipulasi yang mengikis kepercayaan diri. Terutama ketika candaan ini diucapkan di depan orang lain, efeknya bisa jauh lebih menyakitkan.
Lama-kelamaan, orang yang sering menjadi sasaran olok-olok semacam ini bisa merasa tidak nyaman dengan penampilan dirinya sendiri. Ia mungkin merasa harus mengubah diri agar diterima atau dihargai dalam hubungan. Rasa percaya dirinya menurun karena selalu dikaitkan dengan humor yang mengejek. Candaan seperti ini tidak hanya meremehkan, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa keberadaan dirinya tidak cukup baik, dan ini merupakan bentuk pengaruh psikologis negatif yang merusak secara perlahan.
3. Candaan membandingkan dengan orang lain

Menyelipkan perbandingan seperti “kamu harusnya kayak dia dong” atau “lihat tuh si A, rajin banget” dengan nada bercanda sering kali dimaksudkan untuk memotivasi. Namun, dalam kenyataannya, candaan jenis ini menciptakan tekanan emosional yang bisa membuat seseorang merasa tidak cukup. Meskipun terlihat tidak serius, pesan yang disampaikan tetap menciptakan luka psikologis.
Perbandingan semacam ini juga bisa mengaburkan kenyataan bahwa setiap individu memiliki keunikan masing-masing. Dalam jangka panjang, orang yang menjadi objek candaan akan merasa seolah-olah dirinya tidak pernah cukup baik, tidak pernah memenuhi ekspektasi, dan harus selalu berubah untuk memenuhi standar pasangan. Situasi ini menciptakan ketimpangan dalam hubungan karena pihak yang satu merasa lebih unggul dan yang lain selalu tertinggal.
4. Candaan tentang kecemburuan yang diperolok

Mengejek kecemburuan pasangan dengan ucapan seperti “ih cemburuan banget, lucu deh” atau “kamu kayak anak kecil kalau cemburu” mungkin terdengar menggemaskan. Namun, saat candaan ini dijadikan alat untuk menertawakan perasaan pasangan, maka ada upaya untuk mengecilkan reaksi yang sebenarnya berakar dari ketidaknyamanan atau ketakutan akan kehilangan.
Gaslighting dalam bentuk ini terjadi ketika seseorang tidak hanya menolak mengakui kontribusinya terhadap kecemburuan pasangan, tetapi juga membalikkan narasi agar pihak lain tampak berlebihan. Dalam waktu yang lama, pasangan bisa merasa bahwa perasaan cemburu adalah sesuatu yang memalukan dan harus ditekan.
5. Candaan merendahkan kemampuan atau pekerjaan

Ucapan seperti “kerjaan kamu sih gampang” atau “gitu aja repot” sering kali dibungkus dalam tawa ringan. Namun, sesungguhnya ini adalah bentuk candaan yang melecehkan dedikasi dan upaya seseorang dalam menjalani peran atau profesinya. Gaslighting muncul saat seseorang dibuat merasa bahwa apa yang dikerjakannya tidak berharga atau tidak sepenting pekerjaan pasangannya.
Lama-lama, orang yang menjadi sasaran candaan seperti ini akan mulai meragukan nilai dirinya sendiri. Ia mungkin merasa pekerjaannya tidak penting atau tidak sepadan dibandingkan dengan pasangan. Hubungan yang sehat seharusnya dibangun atas dasar saling menghargai peran dan kontribusi masing-masing, bukan menjadikan satu pihak merasa lebih unggul. Ketika rasa percaya diri dirusak lewat humor, hubungan kehilangan unsur kesetaraan.
6. Candaan yang mengaburkan janji

Terkadang, seseorang membuat janji lalu menyanggahnya dengan kalimat seperti “kan cuma becanda, ngapain dibawa serius?” Hal ini membuat pasangan merasa dibingungkan antara harapan dan kenyataan. Candaan semacam ini termasuk dalam bentuk gaslighting karena membuat pihak lain meragukan ingatannya terhadap percakapan yang sebenarnya terjadi.
Dalam jangka panjang, candaan yang sering mengaburkan janji dapat merusak rasa percaya dalam hubungan. Jika janji dianggap tidak pernah sungguh-sungguh, maka harapan yang dibangun perlahan hancur. Rasa kecewa menjadi hal yang biasa, dan kepercayaan terhadap pasangan mulai luntur. Manipulasi semacam ini menciptakan ketidakpastian dan mempermainkan ekspektasi emosional pasangan.
7. Candaan yang menyalahkan perasaan negatif

Bentuk candaan seperti “kamu lagi datang bulan ya?” atau “makanya jangan gampang baper” saat seseorang sedang sedih atau kesal, merupakan cara halus untuk menolak bertanggung jawab atas situasi yang menimbulkan ketidaknyamanan. Candaan ini mengarahkan perasaan negatif sepenuhnya pada pribadi yang merasakannya, bukan pada dinamika hubungan yang mungkin memang sedang bermasalah.
Gaslighting semacam ini sangat merusak karena mengalihkan fokus dari akar masalah yang sebenarnya. Pasangan dibuat merasa bahwa emosinya adalah bentuk kelemahan, bukan respons yang wajar terhadap sesuatu yang menyakitkan. Dalam hubungan jangka panjang, tindakan ini bisa membuat seseorang tidak lagi merasa aman untuk menunjukkan emosi, karena takut akan dijadikan bahan lelucon.
Ketika komunikasi dijaga dengan kesadaran dan empati, hubungan memiliki peluang lebih besar untuk bertumbuh dalam rasa hormat dan kejujuran. Kepekaan terhadap makna terselubung dalam ucapan sehari-hari menjadi kunci agar hubungan tidak terjebak dalam pola komunikasi yang merusak secara perlahan.