Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

76 Persen Penjual Online Butuh Dukungan Adopsi AI, Masih Sedikit

Ilustrasi etika penggunaan kecerdasan buatan demi integritas perusahaan (Pexels.com/Cottonbro Studio)
Intinya sih...
  • 76% penjual online di Asia Tenggara masih membutuhkan dukungan untuk mengadopsi AI secara maksimal.
  • Indonesia dan Vietnam memiliki tingkat adopsi AI tertinggi di kawasan, tetapi hanya 42% pelaku usaha online di Indonesia yang benar-benar mengimplementasikannya.
  • 64% penjual masih menganggap implementasi AI mahal dan rumit, sementara 75% karyawan lebih nyaman menggunakan metode lama.

Semarang, IDN Times - Teknologi kecerdasan buatan (AI) makin sering dibicarakan di kalangan pelaku eCommerce. Tapi kenyataannya, masih banyak penjual yang belum siap mengadopsi AI ke dalam bisnis mereka secara penuh. Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru Lazada berjudul "Menjembatani Kesenjangan AI: Persepsi dan Tren Adopsi Penjual Online di Asia Tenggara".

1. Indonesia masih kesulitan terapkan AI

ilustrasi berbelanja di Lazada (dok. Lazada Indonesia)

Laporan yang dikembangkan bersama lembaga riset Kantar itu melibatkan 1.214 penjual online dari enam negara, termasuk Indonesia. Hasilnya, sebanyak 76 persen penjual di Asia Tenggara masih membutuhkan dukungan untuk bisa memanfaatkan AI secara maksimal.

Indonesia dan Vietnam menjadi dua negara dengan tingkat adopsi AI tertinggi di kawasan, disusul Singapura dan Thailand.

Secara khusus, sebagian besar pelaku usaha online di Indonesia mengaku sudah familiar dengan AI. Namun, hanya 42 persen yang benar-benar mengimplementasikannya dalam operasional sehari-hari, yang mana angka tersebut lebih rendah dari klaim mereka sendiri sebesar 52 persen.

“Ini menunjukkan masih ada gap antara persepsi dan praktik. Banyak yang merasa sudah pakai AI, tapi ketika dicek, baru sebagian kecil operasionalnya yang betul-betul menggunakan teknologi itu,” kata CEO Lazada Group, James Dong dalam keterangan resminya, Rabu (9/4/2025).

2. AI dinilai bermanfaat

Chatbot AI dari Lazada (123rf.com/takasuu)

Meski 89 persen responden percaya AI dapat meningkatkan produktivitas dan 93 peren menilai AI bisa menghemat biaya jangka panjang, sebanyak 64 persen penjual masih menganggap implementasinya mahal dan rumit.

Selain itu, 75 persen karyawan lebih nyaman menggunakan metode lama dibanding belajar alat berbasis AI yang baru.

“Transisi dari proses manual ke AI itu nggak mudah. Bukan cuma soal teknologi, tapi juga soal kesiapan mental dan keterampilan tenaga kerja,” ujar James Dong.

3. Baru 29 persen penerapan di Indonesia

Artificial Intelligence (unsplash.com/photos)

Laporan tersebut ikut mengelompokkan penjual menjadi tiga kategori berdasarkan pemanfaatan AI, sebagai berikut:

  • AI Adepts (sudah pakai AI di lebih 80 persen bisnis): 24 persen di Asia Tenggara, 29 persen di Indonesia
  • AI Aspirants (pakai sebagian AI, tapi masih ada celah): 50 persen di Asia Tenggara dan Indonesia
  • AI Agnostics (masih sangat manual): 26 persen di Asia Tenggara, 21 persen di Indonesia.

Thailand tercatat memiliki AI Adepts terbanyak, diikuti Singapura dan Indonesia.

Sementara itu, untuk membantu para penjual lebih siap, Lazada meluncurkan panduan Online Sellers Artificial Intelligence Readiness Playbook. James Dong menyebutkan, panduan tersebut menyajikan strategi, praktik terbaik, serta sumber daya bagi penjual untuk menerapkan AI secara efektif.

“Tujuan kami sederhana: AI harus bisa diakses siapa pun, baik UMKM maupun brand besar. Solusi ini akan bantu penjual makin efisien dan kompetitif,” ucap James Dong.

Adapun, beberapa fitur berbasis AI yang disiapkan Lazada, antara lain:

  • AI Smart Product Optimisation: Membantu penjual memperbaiki judul, deskripsi, hingga gambar produk menggunakan teknologi Generative AI. Bisa uji coba visual dan edit foto hanya dalam hitungan menit
  • AI-Powered Translations: Terjemahkan otomatis deskripsi produk ke berbagai bahasa lokal, memudahkan ekspansi pasar
  • Lazzie Seller: Asisten AI interaktif di platform Alibaba Seller Centre (ASC) yang memberikan jawaban cepat, analisis risiko, hingga saran bisnis.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us