Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Langka! Bayi Hiu Paus Ditemukan di Perairan Indonesia

Ilustrasi hiu paus (unsplash.com/jeremiahdelmar)
Ilustrasi hiu paus (unsplash.com/jeremiahdelmar)
Intinya sih...
  • Penemuan bayi hiu paus di Teluk Saleh, NTB
  • Misteri biologi laut terpecahkan setelah lebih dari satu abad penelitian
  • Peran kunci nelayan lokal dan masyarakat dalam penemuan dan perlindungan habitat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times – Dunia konservasi kelautan Indonesia mencatatkan sejarah baru. Untuk pertama kalinya, peneliti berhasil mengonfirmasi keberadaan bayi hiu paus (neonatal) di alam liar perairan Indonesia, tepatnya di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Temuan yang sudah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Diversity itu bukan sekadar catatan biologis biasa. Keberadaan bayi berukuran 135--145 sentimeter tersebut menjadi indikasi kuat bahwa Teluk Saleh merupakan lokasi melahirkan (pupping ground) dan pengasuhan hiu paus.

Jika terbukti valid, Teluk Saleh akan menjadi lokasi pertama di dunia yang teridentifikasi secara pasti sebagai tempat kelahiran spesies ikan terbesar ini.

1. Memecahkan misteri biologi laut

Hiu paus (Rhincodon typus) berenang bebas di Teluk Cendrawasih pada September 2021 saat penelitian (Dok. Konservasi Indonesia/Abdi Hasan)
Hiu paus (Rhincodon typus) berenang bebas di Teluk Cendrawasih pada September 2021 saat penelitian (Dok. Konservasi Indonesia/Abdi Hasan)

Selama lebih dari satu abad penelitian, lokasi melahirkan hiu paus (Rhincodon typus) menjadi salah satu misteri terbesar biologi laut yang belum terpecahkan. Hingga saat ini, catatan global mengenai kemunculan bayi hiu paus di bawah ukuran 1,5 meter sangat minim, yakni hanya 33 kali di seluruh dunia.

Lead Conservation Scientist di Elasmobranch Institute Indonesia, Edy Setyawan mengatakan, signifikansi temuan ini bagi ilmu pengetahuan.

“Catatan bayi hiu paus sangat langka di seluruh dunia, dan setiap pengamatan baru memperkuat basis data global. Temuan ini memberikan wawasan krusial tentang di mana dan bagaimana hiu paus memulai kehidupannya,” katanya.

2. Penemuan oleh nelayan setempat

Penemuan bayi hiu paus oleh nelayan di sekitar bagan (alat tangkap tancap) tidak sengaja terjaring. (Dok. Elasmobranch Institute Indonesia/Edy Setyawan)
Penemuan bayi hiu paus oleh nelayan di sekitar bagan (alat tangkap tancap) tidak sengaja terjaring. (Dok. Elasmobranch Institute Indonesia/Edy Setyawan)

Terkuaknya fenomena itu bermula dari peran aktif nelayan lokal. Pada rentang Agustus hingga September 2024, nelayan di Teluk Saleh melaporkan setidaknya lima kali melihat anakan hiu paus berukuran mungil di sekitar bagan (alat tangkap tancap).

Momen krusial terjadi ketika satu individu bayi hiu paus tidak sengaja terjaring. Sebelum dilepaskan kembali, nelayan sempat menempatkan bayi hiu tersebut dalam boks styrofoam berisi air laut. Dokumentasi itu menjadi data emas bagi peneliti.

Dengan menggunakan analisis visual berbasis objek pembanding (dimensi boks 120x42x32 cm), peneliti dapat mengestimasi panjang total hiu tersebut secara presisi, yakni antara 135 hingga 145 sentimeter. Berdasarkan kurva pertumbuhan ilmiah, ukuran ini mengindikasikan bayi tersebut baru berusia sekitar empat bulan.

3. Peran kunci juga dari masyarakat

Bekas luka pada sirip dorsal hiu paus (Rhincodon typus). Foto diambil saat riset di Teluk Cenderawasih, September 2021. (Dok. Konservasi Indonesia/Abdi Hasan)
Bekas luka pada sirip dorsal hiu paus (Rhincodon typus). Foto diambil saat riset di Teluk Cenderawasih, September 2021. (Dok. Konservasi Indonesia/Abdi Hasan)

Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, Mochamad Iqbal Herwata Putra menjelaskan, karakteristik perairan Teluk Saleh sangat mendukung fase kehidupan awal hiu paus yang rentan.

“Perairan Teluk Saleh relatif tenang dan terlindung dari gelombang besar, sekaligus memiliki produktivitas plankton tinggi. Suplai nutrien dari mangrove dan keberadaan bagan yang menarik ikan kecil menjadikan teluk ini ‘meja makan’ alami yang stabil bagi bayi hiu paus,” ujarnya dilansir keterangan resmi yang diterima IDN Times, Minggu (21/12/2025).

Iqbal menambahkan, temuan itu adalah sinyal kuat fungsi ekologis Teluk Saleh. Namun, statusnya saat ini masih sebagai strong potential pupping ground.

Peneliti masih membutuhkan bukti tambahan, seperti keberadaan induk hamil atau konfirmasi biologis bahwa bayi tersebut benar-benar lahir di sana, bukan hasil migrasi.

Bentuk dan ukuran bayi hiu paus dengan panjang 135--145 sentimeter yang tidak sengaja tertangkap nelayan dan kemudian dilepas. (Dok. Elasmobranch Institute Indonesia/Edy Setyawan)
Bentuk dan ukuran bayi hiu paus dengan panjang 135--145 sentimeter yang tidak sengaja tertangkap nelayan dan kemudian dilepas. (Dok. Elasmobranch Institute Indonesia/Edy Setyawan)

Penemuan tersebut juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara sains dan kearifan lokal. Pemimpin studi First Evidence of Neonatal Whale Sharks in Saleh Bay, Ismail Syakurachman menyebut, nelayan sebagai "mata para peneliti" di laut.

“Laporan dari nelayan memungkinkan peneliti merespons cepat. Tanpa keterlibatan mereka, tahap paling awal kehidupan hiu paus kemungkinan besar akan tetap tersembunyi dari sains,” ucap Ismail.

Merespons temuan tersebut, Konservasi Indonesia bersama mitra pemerintah sedang mempercepat pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (Marine Protected Area/MPA) di Teluk Saleh. Langkah itu mendesak dilakukan mengingat adanya ancaman nyata bagi bayi hiu paus, mulai dari jerat jaring, penurunan kualitas air, hingga lalu lintas kapal.

Perlindungan habitat tersebut diharapkan dapat menjamin kelangsungan hidup populasi hiu paus global di masa depan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest News Jawa Tengah

See More

KPP Mining dan IKAMaT Tanam 10 Ribu Mangrove di Demak dengan Wanamina

21 Des 2025, 12:00 WIBNews